Tuesday, 29 April 2014

Karena Kita Ga Pernah Tau Apa Yang Akan Terjadi

Pernah nyadar nggak sih bahwa salah satu yang membuat hidup ini menarik adalah bahwa kita nggak pernah tau apa yang terjadi ke depan? Kita nggak pernah tau apa yang terjadi besok, bahkan beberapa menit ke depan.
Gue pernah ngobrol sama temen gue dan dia bilang, “Orang Indonesia mah rata-rata bikin paspor cuma kalo udah pasti mau ke luar negeri doang. Coba kalo di negara barat atau Amerika sono, ketika seseorang lulus SMA dan akil baligh mereka langsung dibikinin paspor. Padahal nggak tau kapan mau ke luar negerinya.”
Obrolan sama temen gue ini cukup bikin gue ‘gelisah’. Sampe akhirnya gue memutuskan untuk bikin paspor. Ke luar negerinya mah nggak tau kapan. Bisa besok, bisa minggu depan, bisa bulan depan, bisa abis lebaran, atau bisa juga abis kondangan ke resepsinya mantan. Yang pasti nggak tau kapan. Dan setelah melewati serangkaian proses yang lumayan ribet, jadilah itu paspor. Seneng banget, akhirnya gue punya paspor walaupun gue kurang puas sama hasil foto gue di situ.
Setelah paspor gue jadi, banyak yang nanyain gini, “Lo mau ke luar negeri, Bal?”. Ini pertanyaan retoris sebenernya, nggak perlu jawaban. Tapi toh akhirnya gue jawab juga, “Ya kalo gue mau ke Bogor doang masa gue harus repot-repot bikin paspor.” Yang mana bakal dilanjutin sama pertanyaan susulan, “Mau kemana? Kapan.” Jawaban gue pun udah ketebak, “Nggak tau.”
Beberapa bulan kemudian, ada tiket promo ke Thailand dari sebuah maskapai nasional yang belakangan merger sama maskapai Singapura. Beruntung gue dapet itu tiket dengan harga murah. Officially gue bakal ke Phiphi Island dalam waktu dekat ini.
Coba bayangin kalo waktu itu gue nggak punya kegelisahan tentag paspor ini. Gue nggak bakal pernah punya kemauan untuk berburu tiket promo dan pergi ke negaranya Thaksin Shinawatra itu. Kita nggak pernah tau kapan sebuah kesempatan datang. Tinggal masalahnya sejauh mana kapabilitas kita untuk menggunakannya.
Itu satu kasus. Kasus lain adalah ketika gue ke Bromo dan Pulau Sempu tahun lalu. Waktu itu gue masih dapet penghasilan tetap dari kerja. Untuk ke Bromo dan Sempu, gue butuh beberapa peralatan contohnya tas keril. Tapi waktu itu gue mikir, “Ah, sayang duitnya kalo beli keril. Kan gue naek gunung juga jarang.” Akhirnya gue nggak jadi beli keril.
Nah sekarang, pas penghasilan gue pas-pasan dan kadang nggak menentu sebagai freelancer, ada yang ngajakin gue ke Semeru. Gue sempet nolak, tapi jadi nggak bisa nolak karena yang ngajak nawarin untuk ngongkosin gue. Gue tinggal mikirin makan doang. Akhirnya gue terima tawaran itu. Di saat yang sama juga gue nyesel, kenapa dulu pas lagi ada uang lebih gue nggak beli keril. Beli sekarang nggak memungkinkan. Harga keril kan nggak ada yang murah. Ah, seandainya dulu gue beli permasalahan ini pasti nggak bakal ada. Konsekuensinya, sekarang gue harus lobi sana-sini nyari pinjeman keril. Again, kita nggak pernah tau kapan sebuah kesempatan datang.
Gue pengen deh punya kemampuan visi yang jauh ke depan. Kayak Xavi Hernandez gitu. Gelandang serang klub Barcelona yang diyakini punya kemampuan membaca pertandingan beberapa menit di depan sehingga dia tau kepada siapa harus mengoper bola, dan tau kapan untuk tidak mengoper. It works, dan dia jadi pemain Spanyol yang paling banyak pegang trofi juara.
Atau seperti Almarhum mantan presiden Gusdur. Waktu beliau masih menjabat, Aceh sedang bergejolak karena GAM semakin meresahkan. Sang presiden nyentrik ini malah pergi ke beberapa negara eropa. Hujatan datang dari intern negeri. Sebuah provinsi terancam lepas karena tindakan makar, kepala negaranya malah asyik pelesiran. Tapi yag terjadi kemudian adalah, sejumlah negara eropa yang dikunjungi Gus Dur berhasil menekan para petinggi GAM untuk melakukan gencatan senjata dan perdamaian di Aceh tercipta sekaligus tetap dalam pelukan NKRI.
Xavi tau bagaimana cara menang ketika rekannya yang lain mengalami kebuntuan, dan Gus Dur tau Indonesia nggak bisa berjuang sendirian.

Kita nggak pernah tau apa yang terjadi nanti. Sedetail apapun unsur penyusun masa depan, mereka cuma bisa ngasih tau kita untuk selalu mengusahakan yang terbaik, dan mengantisipasi yang terburuk. Again, kita nggak pernah tau kapan sebuah kesempatan datang.
Share:

8 comments:

  1. Keep blogging ya Bal, kita ngga pernah tau apa yang akan kita dapat nantinya sebagai berkah ngeblog, kaya yg udab gue rasain. ;)

    BTW, soga menyenangkan jln ke phiphi yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. I Will mbak... =) *iket kepala pakai sorban*

      Delete
  2. kata orang bijak, (bukan kata gue), "kita akan dipertemukan dengan sesuatu yang kita rindukan kok, cuma kadang kita cuma berhenti sampai di level pengen doang, Males merumuskan males ngejadiin target. Kalo kita tau kita pengen kemana atawa jadi apa, dan fokus, insyaallah kita akan dipertemukan dengan orang2 atau peluang ke arah situ.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mbak. Keren deh Mbak Donna ini...

      Delete
  3. Ahahaha..
    Gue sering ngalamin kejadian ga terduga gini. Mungkin karena terlalu sering membuat ekspektasi yang serendah-rendahnya, jadi banyak hal yang bisa jadi "kejutan" buat gue. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mulai sekarang jadilah seorang optimis realis =)

      Delete
  4. tahun kemaren, udah jalan2 nemu tiket untuk melancong ke KL

    tapi sadar gak punya passport,

    kemudian lempar setir ke Medan


    ya, anda punya temen yang gagal ke luar negeri karena gak punya passport, hahaha

    *tapi gw gak nyesel sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, hujan batu isi oncom di negeri sendiri lebih enak daripada hujan emas isi batu di negeri orang toh? =)

      Delete