Ada sejembreng alasan untuk seseorang, even buat
mereka yang nggak suka jalan-jalan, untuk mengunjungi Inggris. Mulai dari
alasan yang paling logis sampe yang paling absurd. Termasuk gue. Gue punya
alasan yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan tapi cukup kuat untuk
membuat Inggris menjadi tujuan gue.
Why? But, Why not?
Oke, tapi kalo emang harus dijabarkan alasan kenapa
gue mesti ke Inggris adalah: Gue belom pernah ke Inggris, makanya mesti kesana.
Simpel. Dan menjadi harus ke Inggris karena selain tobat, mengunjungi Inggris
masuk dalam kategori ‘harus dilakukan’ sebelom gue mati.
Emang se-worth it apa sih Inggris? Keren banget apa? Untuk
jawab pertanyaan itu sih gue bilang relatif. Tiap orang bisa suka, bisa juga
nggak. Kalo gue ya udah pasti termasuk yang bilang Inggris itu kerennya very
very outstanding!
Kekerenan negara Eropa barat ini dimulai dari bentuk
negaranya. Salah satu mimpi gue di bidang traveling adalah, mengunjungi negara
dengan bentuk monarki. Alias negara yang ngakuin raja atau ratu sebagai kepala
negara. Inggris termasuk dong. Gue suka aja gitu sama negara kerajaan.
Bayangin, di saat jaman udah maju gini masih ada populasi manusia yang
menganggap seseorang adalah manifetasi Tuhan di dunia dalam bentuk raja atau
ratu. Inggris adalah satu-satunya negara adi kuasa yang masih mempertahankan
monarki parlementer sebagai bentuk negara. Coba bandingkan sama sekutunya AS
yang liberal banget. Monarki di Inggris menjadi lebih punya nilai tambah karena
ratu mereka bukan sekedar simbol pemersatu bangsa kayak di sebagian besar
negara Eropa bahkan dunia yang bentuknya juga monarki. Ratu Inggris punya
kedudukan politis dan pengaruh yang nggak kecil di dunia. Di Inggris atau di
luar Inggris, sang ratu dan keluarganya sangat dicintai masyarakat dunia. Unik kan?
Makanya gue pengen banget kesono. Nyobain hidup di antara manusia yang sangat
mengkultuskan seseorang.
Inggris juga punya segudang identitas yang nggak
dimiliki negara lain, khususnya di Eropa. Misalnya soal mata uang. Di saat
negara-negara Uni Eropa sibuk mengkonversi mata uang mereka ke Euro, Inggris
tenang-tenang aja dan pede tetep pakai Poundsterling. Cuma Poundsterling yang
bisa mengimbangi kedigdayaan USD di Eropa. Makanya, gue pengen banget ke
Inggris. Seenggaknya sekali seumur hidup dompet gue yang setipis tempe warteg
ini pernah diisi oleh lembaran Poundsterling. Poundsteling coy, Poundsterling!
Sebab Dollar dalem dompet udah mulai mainstream. Ihiw, asik dah gaya gue.
Apa lagi ya? Oh iya landmark. Bicara soal Inggris
nggak enak rasanya kalo nggak ngomongin juga bangunan-bangunan yang jadi simbol
negara ini. Inggris adalah negara dimana bangunan modern dan antik bisa berdiri
secara harmonis. Siapa yang nggak tau Big Ben yang terkenal itu coba? Nggak
usah minder, gue juga nggak tau. Lha wong gue belom pernah ke sana. Tapi pasti
sensasinya lebih dari sekedar ‘maknyus’ kalo bisa foto-foto dengan latar
belakang London Eye yang futuristik atau fasade gedung parlemen Inggris berhias
Big Ben yang seolah masih belum move on dari abad pertengahan. Jadi makin
pengen deh ke sana…
Lalu…tentu saja, sepak bola. Ngomongin Inggris, nggak
bisa nggak ngomongin si kulit bundar. Inggris adalah tanah lahirnya sepak bola.
Turnamen tertua di dunia berasal dari Inggris, yaitu Piala FA. Suporter sepak
bola negara mana yang rela menyebrangi benua dengan modal nekat cuma demi
nonton timnas mereka main? Jawabannya adalah Inggris dengan Hooligans-nya yang
fanatik. Stadion mana di Eropa yang paling punya daya magis dan bergengsi?
Jawabannya, lagi-lagi, di Inggris. Yaitu Wembley, stadion yang menjadi saksi
sejarah The Three Lions sekali-kalinya (hingga tulisan ini dibikin) ngangkat
trofi piala dunia di tahun 1966. Lalu gue nggak boleh ngelupain Old Traffrord.
Bukan, gue bukan penggemar Manchester United. Gue penggmar AC Milan. Untuk para
Milanisti, Old Trafford di musim 2002/2003 adalah kenangan manis. Di sanalah
Paolo Maldini mencium trofi ‘si kuping besar’ untuk yang ke enam kalinya. Ahhh…gue
pengen kesana, selfie di depan The Theatre of Dream sambil pakai jersey AC
Milan. Top of all, sebagai penggila bola, gue mesti menginjak tanah tempat
sepak bola dilahirkan.
Terakhir…kenapa gue mesti ke Inggris adalah untuk
mengamalkan ilmu. Belasan tahun gue belajar Bahasa Inggris nyampe lidah keseleo
dan itu pun nggak jaminan bisa, masa iya gue nggak minat ke sana? Emang nggak
harus ke Inggris sih untuk ngetes gue fasih apa nggak berbahasa British style,
tapi alangkah afdolnya kalo bahasa itu bisa gue pakai di negara aslinya.
Sebagai
penutup, muncul pertanyaan. Kenapa Old Trafford dijuluki The Theatre of Dream?
Karena setiap pemain bola di seluruh dunia punya mimpi mempertunjukkan bakatnya
di sana. Setiap tim, ingin
mempertontonkan drama terbaik di sana. Dan untuk scope yang lebih luas, buat
gue Inggris adalah teater impian untuk siapa aja yang punya hobi jalan-jalan.
Gue kepengen banget ke sana, untuk menunjukkan apa aja yang bisa gue bawa dari
Indonesia. Walopun mungkin cuma menyapa penduduk sana dengan noraknya, “Hi, I’m
Iqbal from Indonesia!”
Gue mesti ke Inggris!