Stadion Camp Nou, Barcelona, tahun 1999. Gue masih inget betul kombinasi tempat dan waktu untuk pertama kalinya gue mengenal kopi. Saat itu final Liga Champions Eropa sedang berlangsung antara MU melawan Bayern Muechen. Gue nonton secara langsung. Lewat layar kaca.
Gue yang waktu itu masih SD hobi banget sama sepak bola. Tapi nggak pernah nonton full satu pertandingan karena pasti ketiduran. Di saat itulah temen nonton bareng gue nawarin segelas gede kopi tubruk. Konyolnya, temen gue ini menyampurkan kopinya dengan garam. Kata dia sih kopi pakai garam lebih efektif menjaga mata tetap segar. Gue yang baru mengenal kopi ini nurut aja. Dan sampai sekarang, kalo diinget-inget itu adalah rasa kopi paling aneh yang pernah gue minum. Dan khasiatnya yang menurut temen gue lebih dari kopi biasa, tetap jadi misteri hingga kini.
Dan mulai dari hari itulah hari-hari kopi menemani gue sebagai penikmat sepak bola dimulai. Gue menjadi 'omnivora' kopi kalo nonton bola. Peminum segala jenis kopi. Kopi tubruk, kopi susu, capuccino, apa aja deh, yang sachet atau racik sendiri, selama ada aroma kopinya, seruput abis! Nggak ada partner nonton bola sesetia kopi. Tapi tentu saja nggak pernah lagi pakai garam.
Kopi adalah jodoh bagi apa pun makanan yang gue cemil pas nonton bola. Mulai dari pisang keju sampe kripik bayam, semuanya cocok bersanding dengan minuman dari surga ini.
Hasil dari pertandingan MU VS Bayern Muenchen di tahun 1999 itu adalah 2-1 untuk kemenangan dramatis MU. Kemenangan yang mampu mengubah senyum Lothar Matthaus menjadi tangis hanya dalam waktu kurang dari dua menit.
Gue akan selalu inget itu. Gue nggak pernah suka MU, tapi melihat Sir Alex dan Class of 92-nya mengangkat trofi 'Si Kuping Lebar' sambil gue menikmati segelas kopi tubruk kental, gue juga ikut larut dalam kegembiraan.
Kopi bisa mengubah muram durja menjadi suka kebahagiaan dalam waktu kurang dari dua menit.
Mari ngopi.
Facebook: https://m.facebook.com/yosfiqar.iqbal.3?ref=bookmark
Gue yang waktu itu masih SD hobi banget sama sepak bola. Tapi nggak pernah nonton full satu pertandingan karena pasti ketiduran. Di saat itulah temen nonton bareng gue nawarin segelas gede kopi tubruk. Konyolnya, temen gue ini menyampurkan kopinya dengan garam. Kata dia sih kopi pakai garam lebih efektif menjaga mata tetap segar. Gue yang baru mengenal kopi ini nurut aja. Dan sampai sekarang, kalo diinget-inget itu adalah rasa kopi paling aneh yang pernah gue minum. Dan khasiatnya yang menurut temen gue lebih dari kopi biasa, tetap jadi misteri hingga kini.
Dan mulai dari hari itulah hari-hari kopi menemani gue sebagai penikmat sepak bola dimulai. Gue menjadi 'omnivora' kopi kalo nonton bola. Peminum segala jenis kopi. Kopi tubruk, kopi susu, capuccino, apa aja deh, yang sachet atau racik sendiri, selama ada aroma kopinya, seruput abis! Nggak ada partner nonton bola sesetia kopi. Tapi tentu saja nggak pernah lagi pakai garam.
Kopi adalah jodoh bagi apa pun makanan yang gue cemil pas nonton bola. Mulai dari pisang keju sampe kripik bayam, semuanya cocok bersanding dengan minuman dari surga ini.
Hasil dari pertandingan MU VS Bayern Muenchen di tahun 1999 itu adalah 2-1 untuk kemenangan dramatis MU. Kemenangan yang mampu mengubah senyum Lothar Matthaus menjadi tangis hanya dalam waktu kurang dari dua menit.
Gue akan selalu inget itu. Gue nggak pernah suka MU, tapi melihat Sir Alex dan Class of 92-nya mengangkat trofi 'Si Kuping Lebar' sambil gue menikmati segelas kopi tubruk kental, gue juga ikut larut dalam kegembiraan.
Kopi bisa mengubah muram durja menjadi suka kebahagiaan dalam waktu kurang dari dua menit.
Mari ngopi.
Facebook: https://m.facebook.com/yosfiqar.iqbal.3?ref=bookmark