Orang bijak taat pajak. Gitu kata tagline Departemen Keuangan. Orang botak susah disasak. Gitu kata Opie Kumis.
Oiya, sebelum gue cerita lebih detail tentang pengalaman gue sebagai staff pajak, demi menghindari gue disniper pake senjata laras panjang dengan peluru segede labu siam, atau muntah gembok merek maspion akibat kena santet, gue akan menyamarkan nama-nama dalam tulisan ini. Okesip.
Jadi gini.
Perusahaan yang mempekerjakan gue adalah sebuah importir dan distributor mobil asal India. Sebut saja PT. Mahabarata. Jobdesc gue secara garis besar adalah menghadle segala sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan perusahaan. Mulai dari PPh, PPN, import duty, sampe pajak jadian.
Sebagai staff pajak, pekerjaan gue ini nggak lepas dari vendor-vendor rekanan perusahaan. Utamanya vendor penyedia jasa. Sesuai amanat undang-undang, penghasilan atas jasa harus dipotong PPh pasal 23 sebesar 2 %. Nanti vendornya minta ke perusahaan bukti potongnya, sebagai dokumen bahwa pajak yang dipotong itu telah disetor dan dilaporkan ke Negara.
Suatu hari telpon di meja kerja gue bunyi. Dari resepsionis.
"Mas Iqbal, ada telpon dari PT. Apel mau minta bukti potong. Mau terima ga?"
"Boleh."
Beberapa detik kemudian gue tersambung dengan suara bapak-bapak di seberang sana.
"Pak Iqbal, saya mau minta bukti potong."
"PT. Apel ya? Ini vendor baru ya? Kok saya baru denger."
"Lama kok. Saya mau minta bukti potong untuk invoice bulan November. Jumlahnya 70 ribu."
"Ummm...telepon 10 menit lagi ya, Pak. Saya cek rekonsiliasinya dulu. Nanti langsung ke ekstension saya aja , 007."
Gue pun langsung cek payment PPh di November. Dan nggak ada bukti potong atas nama PT. Apel. Waduh, kayaknya gue salah potong nih. Lebih buruk, gue salah bayar. Masa timbang 70 ribu perak doang gue mesti bikin laporan pembetulan atau pemindahbukuan pajak. Belom lagi terbayang muka horor si bos.
Nggak berapa lama telpon meja bunyi lagi. Dari PT. Apel lagi. Begitu gue angkat, dia langsung nanya,
"Loh ini PT. Mahabaratha, ya? Saya baru ngeh tadi mesin operator bilang ini PT. Mahabaratha."
"Iya, Pak. Emang kenapa?"
"Berarti saya salah sambung. Maaf ya, Pak."
"......."
TUUUUT TUUUT TUUUUT. Telepon ditutup secara sepihak.
Di satu hari yang lain, gue mendapati faktur pajak PPN yang NPWP perusahaan tempat gue kerja salah. Gue pun menelepon vendor yang bersangkutan untuk minta revisi.
"Iya nih Pa Andre, fakturnya salah. Tolong direvisi ya, Pak."
"Oke. Kalo boleh tau nomor fakturnya berapa ya, Pak?"
"Saya email aja ya, Pak. Sekalian saya kirim scan NPWP kantor saya yang bener. Email kantor bapak apa, ya?"
"Nggak punya email kantor, Pak."
"Email pribadi, punya?"
"Ummm...punya sih."
"Yaudah email pribadi juga nggak papa."
"...."
"Halo Pak Andre?"
"Oh, iya...iya..."
"Alamat emailnya apa, Pak?"
"Ummm....andreloveyou at gmail dot com."
"Hah? Apa?" Gue berharap salah denger.
"Andre. Love. You. At. Gmail. Dot. Com. 'Andre love you'-nya disambung, ya Pak.
Terjadi hening yang cukup panjang.
Gue garuk-garuk kepala. Pak Andre juga mungkin lagi garuk-garuk kepala temennya. Otak gue langsung memberikan ide untuk mencairkan suasana. Hal yang terbesit di benak gue untuk mengalihkan pembicaraan adalah dengan bertanya Dwayne Johnson itu cewek apa cowok. Kalo cewek tapi kok lengannya kekar. Kalo cowok tapi kok teteknya gede. Tapi gagal. Gue dan Pak Andre pun terjebak di ackward moment. Ini semua nggak bakal terjadi kalo yang nelpon adalah cewek dan alamat emailnya adalah pevitaloveyou at yahoo dot com.
Gue menutup telepon. Bengong. Dan bergumam, "mama, aku ternoda."
Minggu kemaren pun di saat lagi sibuk-sibulnya closing, ada vendor yang mau kirim bukti potong yang salah. Dia nelpon gue,
"Langsung aja dikirim ke PT. Mahabaratha, Pak. UP- langsung ke saya. Yosfiqar Iqbal."
"Apa? Josfiqar?"
"Yos, Pak. Yos."
"Oh, Ros."
"Yosfiqar, Pak."
"Tulisannya gimana?"
"Oke, nih saya eja. Yengki. Oscar. Sierra. Fanta. India...."
"Apa? Yengki?"
"Iya Yengki. Y, Y. Huruf Y."
"Yengki tulisannya gimana, ya? Bisa dieja ga, Pak?"
"PAK, KITA NGADU PANCO YUK!"
Jadi gitu. Dibalik penerimaan negara yang triliunan dan untuk pembangunan bangsa, ada cerita yang kadang gue sendiri nggak ngerti. Lucu, absurd, dan nggak jarang bikin mood gue berada pada titik di mana gue pengen banget makan paha tapir idup-idup.
Jadi gimana, udah pada taat pajak belom? =)
Oiya, sebelum gue cerita lebih detail tentang pengalaman gue sebagai staff pajak, demi menghindari gue disniper pake senjata laras panjang dengan peluru segede labu siam, atau muntah gembok merek maspion akibat kena santet, gue akan menyamarkan nama-nama dalam tulisan ini. Okesip.
Jadi gini.
Perusahaan yang mempekerjakan gue adalah sebuah importir dan distributor mobil asal India. Sebut saja PT. Mahabarata. Jobdesc gue secara garis besar adalah menghadle segala sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan perusahaan. Mulai dari PPh, PPN, import duty, sampe pajak jadian.
Sebagai staff pajak, pekerjaan gue ini nggak lepas dari vendor-vendor rekanan perusahaan. Utamanya vendor penyedia jasa. Sesuai amanat undang-undang, penghasilan atas jasa harus dipotong PPh pasal 23 sebesar 2 %. Nanti vendornya minta ke perusahaan bukti potongnya, sebagai dokumen bahwa pajak yang dipotong itu telah disetor dan dilaporkan ke Negara.
Suatu hari telpon di meja kerja gue bunyi. Dari resepsionis.
"Mas Iqbal, ada telpon dari PT. Apel mau minta bukti potong. Mau terima ga?"
"Boleh."
Beberapa detik kemudian gue tersambung dengan suara bapak-bapak di seberang sana.
"Pak Iqbal, saya mau minta bukti potong."
"PT. Apel ya? Ini vendor baru ya? Kok saya baru denger."
"Lama kok. Saya mau minta bukti potong untuk invoice bulan November. Jumlahnya 70 ribu."
"Ummm...telepon 10 menit lagi ya, Pak. Saya cek rekonsiliasinya dulu. Nanti langsung ke ekstension saya aja , 007."
Gue pun langsung cek payment PPh di November. Dan nggak ada bukti potong atas nama PT. Apel. Waduh, kayaknya gue salah potong nih. Lebih buruk, gue salah bayar. Masa timbang 70 ribu perak doang gue mesti bikin laporan pembetulan atau pemindahbukuan pajak. Belom lagi terbayang muka horor si bos.
Nggak berapa lama telpon meja bunyi lagi. Dari PT. Apel lagi. Begitu gue angkat, dia langsung nanya,
"Loh ini PT. Mahabaratha, ya? Saya baru ngeh tadi mesin operator bilang ini PT. Mahabaratha."
"Iya, Pak. Emang kenapa?"
"Berarti saya salah sambung. Maaf ya, Pak."
"......."
TUUUUT TUUUT TUUUUT. Telepon ditutup secara sepihak.
Di satu hari yang lain, gue mendapati faktur pajak PPN yang NPWP perusahaan tempat gue kerja salah. Gue pun menelepon vendor yang bersangkutan untuk minta revisi.
"Iya nih Pa Andre, fakturnya salah. Tolong direvisi ya, Pak."
"Oke. Kalo boleh tau nomor fakturnya berapa ya, Pak?"
"Saya email aja ya, Pak. Sekalian saya kirim scan NPWP kantor saya yang bener. Email kantor bapak apa, ya?"
"Nggak punya email kantor, Pak."
"Email pribadi, punya?"
"Ummm...punya sih."
"Yaudah email pribadi juga nggak papa."
"...."
"Halo Pak Andre?"
"Oh, iya...iya..."
"Alamat emailnya apa, Pak?"
"Ummm....andreloveyou at gmail dot com."
"Hah? Apa?" Gue berharap salah denger.
"Andre. Love. You. At. Gmail. Dot. Com. 'Andre love you'-nya disambung, ya Pak.
Terjadi hening yang cukup panjang.
Gue garuk-garuk kepala. Pak Andre juga mungkin lagi garuk-garuk kepala temennya. Otak gue langsung memberikan ide untuk mencairkan suasana. Hal yang terbesit di benak gue untuk mengalihkan pembicaraan adalah dengan bertanya Dwayne Johnson itu cewek apa cowok. Kalo cewek tapi kok lengannya kekar. Kalo cowok tapi kok teteknya gede. Tapi gagal. Gue dan Pak Andre pun terjebak di ackward moment. Ini semua nggak bakal terjadi kalo yang nelpon adalah cewek dan alamat emailnya adalah pevitaloveyou at yahoo dot com.
Gue menutup telepon. Bengong. Dan bergumam, "mama, aku ternoda."
Minggu kemaren pun di saat lagi sibuk-sibulnya closing, ada vendor yang mau kirim bukti potong yang salah. Dia nelpon gue,
"Langsung aja dikirim ke PT. Mahabaratha, Pak. UP- langsung ke saya. Yosfiqar Iqbal."
"Apa? Josfiqar?"
"Yos, Pak. Yos."
"Oh, Ros."
"Yosfiqar, Pak."
"Tulisannya gimana?"
"Oke, nih saya eja. Yengki. Oscar. Sierra. Fanta. India...."
"Apa? Yengki?"
"Iya Yengki. Y, Y. Huruf Y."
"Yengki tulisannya gimana, ya? Bisa dieja ga, Pak?"
"PAK, KITA NGADU PANCO YUK!"
Jadi gitu. Dibalik penerimaan negara yang triliunan dan untuk pembangunan bangsa, ada cerita yang kadang gue sendiri nggak ngerti. Lucu, absurd, dan nggak jarang bikin mood gue berada pada titik di mana gue pengen banget makan paha tapir idup-idup.
Jadi gimana, udah pada taat pajak belom? =)
Hahaha
ReplyDeleteAlamat emailnya, itu lho!
kopputih-love-u@gmail.com
:D
Pait...pait...pait.... =D
DeleteHuwakakakkakakakkakakakkkakka :D~~~ ngakak banget bacanya :D
ReplyDeleteAlhamdulillah, senang hati Hayati...
DeleteWkwkwk....ternyata ga cuma abege yg lebay bapak2 juga :p
ReplyDeleteMungkin dia bapak yang keabege-abegean...
DeleteHaduuhhh, berhasil bikin sakiiitt peruuuuttt :)
ReplyDelete*sodorin jamu cap Kupu-Kupu*
Deletehahahaha... bang gue ngimel boleh gak ? nanti kalau ada email dari ariselalusayangkamuselamanya at yaho dot co id... haha
ReplyDeleteIch...emangnya eike cowok apipah? *benerin sanggul*
Deleteanjrit.. hahaha...
Deletebtw selamat bang lo dapat Liebster Award dari gue nih cek dimari bang :D http://turyonoari.blogspot.com/2015/04/liebster-award-pertama-gue.html
Gokil! "mama, aku ternoda". hahahaa jawab aja bang, loveyoutouandre@gmail.com biar makin ternoda lagi XD
ReplyDeletememang, selalu ada kisah di balik tiap profesi. tapi, yakin bang pengen makan paha tapir idup-idup? :p
Pengen. Paha Tapirnya dikasih ekstrak green tea biar enak kayak kue cubit.
DeleteHahahaa kampret banget. Gak pernah nyesel gue kalo baca tulisan lu bang.
ReplyDelete"disniper pake senjata laras panjang dengan peluru segede labu siam" lu waktu bikin kalimat itu lagi mabok aibon berapa kaleng sih?
Gue biasa beli aibon galonan =D
DeleteHahaha kayaknya lu salah satu pegawai pajak ter-absurd yang pernah gue temuin bang.
ReplyDeleteBerhubung gue masih SMA dan gue anak IPA, gue nggak terlalu mengerti tentang pajak. Gue mau comment tulisannya aja, kocak banget :D
Suatu saat kalo udah kerja lu mesti tau nih tentang pajak. Minimal ga awam-awam banget lah.*benerin kacamata*
Deleteitu e-mailnya beneran begitu, ngakak juga bacanya, apalagi kalau yang bacanya cowo jadi geli. kalau yang punya e-mailnya cewe kan enak dengernya.
ReplyDeleteIya. Kecuali nama Andre, itu gue samarin. Kalo kagak ntar lu email doi, ngajak kenalan. Eaaaakkkk =D
DeleteRupanya banyak cerita lucu di dunia perpajakan.
ReplyDeleteBaru pertama kali main ke sini. Salam kenal :)
salam kenal Mbak Dara. Terima kasih udah mampir.
DeleteUdah dong, untuk umur segini pajak yang dibayar baru untuk motor. Kalo rumah masih orang tua yang bayar.
ReplyDeleteFak banget ada perusahaan yang salah nelpon perusahaan lain. Kenapa gak sekalian aja dia bilang "Anda masuk dalam acara kenak deh". Kalo cewek dengan email kek diatas, bisa langsung di modusin dengan ngomong "Love you too", tapi kejadian diatas cowok, kan gak mungkin dimodusin.
Wah keren euy, taat pajak. Pertahankan ya =D
DeleteNice sharing Mas! Baru kali ini baca cerita perpajakan dari sudut pandang Wajib Pajak, bukan pegawai pajak. Haha.
ReplyDeleteThanks Mas Ariev =)
DeleteWaduh, gak bisa bayangin dah gimana respon gue kalo klien emailnya kek gitu. Untung kagak dijah at yellow dot com tuh, hihihi xD
ReplyDeleteMalah girang gue di email dijah yellow =D
Deletehahaha butuh kesabran yang ekstra ya kalau tugas kerjanya kayak gitu,hehe itu alamat emailnya beneran Andeloveyou@gmail.com ya? :D
ReplyDeleteNggak Mbak Devina. Nama Andrenya disamarkan. =)
Deletebelooooom
ReplyDelete