Mesti diakui bahwa film Indonesia masih ada di bawah bayang-bayang film luar negeri, khususnya dari Hollywood. Mau dari segi apa pun kayaknya kok film kita kalah semuanya, ya. Mulai dari hal soft kayak ide, dan skenario, sampe hal teknis seperti akting, visual effect, hingga properti, film negeri ini masih kurang bisa bersaing. Banyak faktornya, biasanya yang paling klasik adalah masalah dana. Emang paling nggak enak kalo nggak punya dana, mau ngapa-ngapain susah.
Tapi industri film adalah tempatnya orang-orang kreatif. Masalah dana bukan halangan bagi mereka untuk memproduksi sebuah film yang bagus. Salah satu cara untuk mengakali kekurangan ini adalah dengan membuat film yang nggak banyak makan biaya gede kayak film action atau superhero. Indonesia masih harus banyak belajar untuk dua genre film tersebut, walaupun ada beberapa yang lumayan bagus.
Untuk menarik banyak penonton, gue melihat film Indonesia sekarang punya kecenderungan mengadaptasi dari novel-novel best seller, atau memproduce film dengan menawarkan pemandangan alam suatu daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Atau ada yang menggabungkan keduanya. Jadi intinya selain punya cerita yang menginspirasi, lokasi film-film ini juga instagramable banget. Lokasi syutingnya bagus, kalo upload foto di Instagram dengan latar tempat-tempat ini pasti yang nge-love bececeran saking banyaknya.
Film-film instagramable ini memiliki efek bagi siapa aja yang nonton jadi kepengen banget buat mengunjungi lokasi syutingnya. Gue udah ngelist beberapa film Indonesia yang settingnya bukan sekedar pelengkap, tapi juga sebagai alat cuci mata dan pemacu jiwa petualang. Pokoknya instagramable kelas berat!
1. Laskar Pelangi
Di angkat dari novel memoar best seller karya Andrea Hirata. Film yang bercerita tentang anak-anak dengan bakat luar biasa namun terbatas soal materi ini bersetting di Belitung. Sebuah pulau bagian dari Provinsi Bangka Belitung. Ada sebuah scene keren abis. Pas para Laskar Pelanginya main di pantai Tanjung Tinggi. Pantai Tanjung Tinggi ini adalah jualan utama pariwisata pemprov Bangka Belitung. Apalagi setelah film Laskar Pelangi booming. Airnya yang tenang, pasirnya yang putih halus, dan yang pasti batu-batuan misterius berukuran gigantis adalah perpaduan fotogenic tiada lawan. Pantai ini disebut juga pantai Laskar Pelangi.
Tapi industri film adalah tempatnya orang-orang kreatif. Masalah dana bukan halangan bagi mereka untuk memproduksi sebuah film yang bagus. Salah satu cara untuk mengakali kekurangan ini adalah dengan membuat film yang nggak banyak makan biaya gede kayak film action atau superhero. Indonesia masih harus banyak belajar untuk dua genre film tersebut, walaupun ada beberapa yang lumayan bagus.
Untuk menarik banyak penonton, gue melihat film Indonesia sekarang punya kecenderungan mengadaptasi dari novel-novel best seller, atau memproduce film dengan menawarkan pemandangan alam suatu daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Atau ada yang menggabungkan keduanya. Jadi intinya selain punya cerita yang menginspirasi, lokasi film-film ini juga instagramable banget. Lokasi syutingnya bagus, kalo upload foto di Instagram dengan latar tempat-tempat ini pasti yang nge-love bececeran saking banyaknya.
Film-film instagramable ini memiliki efek bagi siapa aja yang nonton jadi kepengen banget buat mengunjungi lokasi syutingnya. Gue udah ngelist beberapa film Indonesia yang settingnya bukan sekedar pelengkap, tapi juga sebagai alat cuci mata dan pemacu jiwa petualang. Pokoknya instagramable kelas berat!
1. Laskar Pelangi
Di angkat dari novel memoar best seller karya Andrea Hirata. Film yang bercerita tentang anak-anak dengan bakat luar biasa namun terbatas soal materi ini bersetting di Belitung. Sebuah pulau bagian dari Provinsi Bangka Belitung. Ada sebuah scene keren abis. Pas para Laskar Pelanginya main di pantai Tanjung Tinggi. Pantai Tanjung Tinggi ini adalah jualan utama pariwisata pemprov Bangka Belitung. Apalagi setelah film Laskar Pelangi booming. Airnya yang tenang, pasirnya yang putih halus, dan yang pasti batu-batuan misterius berukuran gigantis adalah perpaduan fotogenic tiada lawan. Pantai ini disebut juga pantai Laskar Pelangi.
2. 5cm
Masih dari novel best seller, kali ini dari karya penuh filosofi Dhony Dirgantara (cek kalo gue salah spelling namanya) yang dieksekusi dengan ringan oleh Rizal Mantovani. Cerita tentang persahabatan dan kehidupan ini memilih setting di Gunung Semeru. Scene-scene bentangan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bertebaran. Jejeran perbukitan Bromo, sekilas melintasi Pasir Berbisik, Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta, Padang Oro-oro Ombo, samudera awan, dan, yeah, puncak Mahameru! Abis nonton film ini pasti bawaannya pengen ke sana terus ambil kamera dan selfie. Upload di Instagram, dan liat deh berapa love yang mampir.
Masih dari novel best seller, kali ini dari karya penuh filosofi Dhony Dirgantara (cek kalo gue salah spelling namanya) yang dieksekusi dengan ringan oleh Rizal Mantovani. Cerita tentang persahabatan dan kehidupan ini memilih setting di Gunung Semeru. Scene-scene bentangan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bertebaran. Jejeran perbukitan Bromo, sekilas melintasi Pasir Berbisik, Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta, Padang Oro-oro Ombo, samudera awan, dan, yeah, puncak Mahameru! Abis nonton film ini pasti bawaannya pengen ke sana terus ambil kamera dan selfie. Upload di Instagram, dan liat deh berapa love yang mampir.
3. Pendekar Tongkat Emas
Kalo ini adalah film yang lahir karena kegelisahan seorang Mira Lesmana yang ingin mengembalikan kejayaan film silat klasik Indonesia. Beneran silat klasik. Bisa diliat dari temanya yang juga retro abis, tentang perebutan benda mustika dan balas dendam. Tapi film ini mungkin nggak sebagus yang gue tonton seandainya syutingnya nggak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar di Waingapu. Yah, Indonesia timur emang nggak ada matinya. Pengguna Instagram betah nih kalo ke sini. Di film, kita bakal disuguhkan pemandangan padang rumput luas berbukit dengan diselingi bebatuan, deburan ombak tepi laut dengan background sunset, dan bukit-bukit kapur. Untuk yang Instagramnya banyak menggunakan hastag semisal #culture, bakal diservis sama penampakan kain-kain tenun khas Sumba, rumah adat, senjata tradisional, dan kuda-kuda Sumba yang perkasa. Komplit, kan?
Tiga film itu yang berhasil mempengaruhi gue untuk mengunjungi lokasi syutingnya. Alhamdulillah untuk Belitung dan Mahameru gue udah pernah. Nah tinggal yang Waingapu nih belom pernah. Butuh waktu nggak sedikit untuk ke sana, sedangkan izin cuti ke bos susahnya amit-amit. Ya disamping costly juga, sih. Mahal gitu ke sana.
Tapi ya sepengalaman gue foto-foto waktu ke Belitung dan Mahameru, gue bawa kamera DSLR. Gue ini tipe orang yang kalo lagi liburan pengen banyak foto, tapi nggak mau ribet sama keribetan DSLR. Tau dong kalo DSLR itu segede termos? Kalo udah masuk tas dan ada momen bagus difoto, gue males ngeluarinnya lagi. Akhinya gue foto seadanya dengan kamera HP.
Nah kamera HP ini kan terbatas ya kemampuannya. Kadang fokus, kadang blur. Ketika gue mau menciptakan efek blur, eh dia malah fokus. Ketika ada momen bagus yang menuntut detail, eh dia malah blur. Udah gitu fiturnya full automatic. Bakalan susah buat gue motret siluet di pinggiran pantai Tanjung Tinggi, karena foto siluet kan mesti backlight. Apalagi motret lowlight dan kepengen efek light trails atau stardust, wassalam dah kalo pake kamera HP biasa. Sayang banget kan gue udah ke tempat-tempat bagus tapi foto-fotonya nggak ‘pantes’ buat upload ke Instagram.
Mungkin udah saatnya gue berpikir untuk ganti HP yang lebih canggih dan mendukung untuk foto-foto supaya lebih instagramable. ASUS Zenfone 2 Laser 5.0 ZE500KG bisa nih gue coba. OS-nya udah Android Lollipop. Kameranya udah 13 MP. Nggak usah kuatir juga foto gue ngeblur, karena kameranya juga ada fitur Laser Autofocus. Semau-mau gue deh mau fokus di bagian mana gambarnya, dan cerita ketinggalan momen bisa diminalisir. Untuk output dengan layar 5 inchi dan kualitas HD, udah paling bener deh. Lebarnya pas, dan kualitas HD-nya bikin yang liat hasil foto nggak usah memicingkan mata ketika ingin melihat detail foto. Apalagi dilapisi sama Gorilla Glass, aman deh. Kalo jadi beli nih HP, gue bakal isi sama aplikasi edit foto jempolan. Nggak usah kuatir lemot, kapasitas RAM 2GB udah cukup banget buat install dan running semacam Photoshop Express atau Vsco. Gue cek harganya sih terjangkau banget kalo dibandingin dengan produk lain di kelasnya. Dan yang paling bikin gue teriak kegirangan adalah, kamera di ASUS Zenfone 2 Laser 5.0 ZE500KG bisa disetting manual bukaan diafragmanya macam DSLR. Yiha! Bisa bikin foto siluet yang lebih tajam deh kalo nanti gue jadi ke bukit-bukit kapur di Waingapu. Atau bikin foto light trails di saat gue traveling ke lokasi sebuah film di suatu kota. Nggak perlu pegel-pegel bawa DSLR. Nabung, nabung, nabung, biar bisa kebeli nih HP.
Ke depannya semoga ada lagi film Indonesia yang syutingnya di tempat dengan kategori ‘worth to be uploaded to Instagram’. Jadi setelah gue punya ASUS Zenfone 2 Laser 5.0 ZE500KG, langsung meluncur deh ke TKP. Foto out of focus? Bhay! =)