Tuesday, 1 December 2015

Film-film Tentang Lingkungan Hidup

Isu lingkungan nggak bakal pernah habis untuk dibahas. Selama manusia masih punya akal untuk memproduksi, dan bumi masih punya udara, sebab-akibat hubungan manusia dan lingkungan akan terus ada.
Beberapa bulan lalu gue sedih dengan keteledoran manusia yang menyebabkan kebakaran hutan di sebagian besar Sumatera dan Kalimantan. Dampaknya gila-gilaan, bahkan sampe ke luar negeri.

Yang terbaru, adalah gonjang-ganjing taman bunga amaryllis di Jogja yang secara semena-mena diinjek-injek demi sebuah definisi baru soal prestis bernama selfie.

Kenapa manusia merusak alam? Karena butuh. Untuk kasus yang bunga amaryllis mungkin hanya menimbulkan sebuah goncangan sosial bagi pelaku, maupun mereka-mereka yang mengutuknya di dunia maya. Tapi coba bayangkan di kasus kebakaran hutan. Dampaknya udah ke ranah fisik. Dalam jangka panjang, mungkin berakibat kepunahan bagi golongan dan kelas tertentu dari makhluk hidup. Bisa tanaman, binatang, atau bahkan manusia itu sendiri.

Ada tiga film yang selalu terbayang di otak gue kalo denger atau liat kerusakan alam. Film-film ini memberi gambaran masa depan gimana kalo bumi udah rusak parah. Gue suka film-film ini karena nggak secara gamblang menyebutkan bahwa apa yang terjadi di dalam cerita adalah akibat ulah manusia. Berikut filmnya:

1. Waterworld Kevin Costner bermutasi hingga memiliki ingsan dan punya selaput di sela jari-jari kaki dan tangannya kayak katak. Doi bermutasi karena lingkungan. Dia menjadi pengembara di dunia yang sepenuhnya ditutupi lautan. Ya seluruhnya lautan. Karena di sini diceritakan es kutub mencair seluruhnya. Ilustrasi ironis di film ini adalah, ketika sebatang pohon dan segenggam tanah kering setara harganya dengan nyawa orang. Waterworld adalah film sains fiksi tahun 1995. Sineas tahun segitu udah punya kegelisahan akan nasib bumi. Kita yang berjarak 20 tahun dari Waterworld, di mana ozon atmosfer kutub bumi bolongnya makin lebar, mestinya lebih khawatir lagi.

2. Mad Max: Fury Road
Sebetulnya film Mad Max udah ada dari tahun 1979. Tapi gue nggak ngikutin. Baru nonton ya versi yang terbaru ini, tahun 2015. Pemainnya masih sodara satu spesies sama gue, Tom Hardy. Film ini emang isinya hampir full action. Tapi kalo diamati secara seksama, pesan kerusakan lingkungannya sangat kental. Di sini diceritakan seluruh dunia berupa padang pasir yang luas. Semuanya akibat sebuah ledakan nuklir dahsyat (nggak diceritakan apakah karena perang, atau uji coba). Manusia-manusia banyak yang mengalami mutasi gen dan fisik. Penyakit-penyakit nggak bisa sembuh. Kalo ada manusia yang selamat dan masih normal, maka pilihannya cuma dua. Kalo perempuan, maka mereka dikurung dan dijadikan indukan supaya bisa melahirkan manusia yang normal. Kalau laki-laki, maka dia dijadikan ‘kantong darah’ berjalan bagi mereka yang sudah terkena radiasi. Ada adegan di mana si Tom Hardy cs melewati rawa-rawa berair asam. Belakangan baru diketahui bahwa rawa itu dulunya hutan yang lebat, dan ada sungai yang mengalir. Sedih hati Hayati mendengarnya, bang.

3. The Day After Tomorrow  
Penggermar Jack Gyllenhaal mana suaranyaaaa???
Ini salah satu film favorit gue. Intinya jelas, bumi mengalami perubahan suhu yang ekstrem akibat dari melelehnya es di kutub. Film ini secara lebay, tapi masuk akal, mempertontonkan bagaimana jika lubang ozon makin gede akibat pemanasan global dari air conditioner (AC) sejuk yang kita nikmati. Bakal terjadi hujan es segede-gede bola bisbol. Gue suka adegan endingnya yang simbolik sekaligus ‘nakutin’ banget. Yaitu ketika dua orang astronot memandang bumi dari luar angkasa. Nggak ada lagi bumi yang indah dengan warna hijau, kuning, cokelat, dan dominan biru. Nggak keliatan lagi bentuk benua yang seperti sekarang kita ketahui. Semuanya putih. Bumi kembali ke zaman es.

Salut sama pembuat film-film tersebut. Tapi gue sih jujur, gue belom siap kalo-kalo aja kejadian di film-film di atas beneran keturutan di saaat gue masih hidup. Jangan. Gue masih punya mimpi main di kebun bunga belakang rumah bersama anak, istri, dan syukur, cucu-cucu gue.
Share:

3 comments:

  1. Kalau saya lebih miris tindakan negara ini mengeksport hasil tambang, bahkan mengeksport energi primer seperti batubara padahal itu titipan anak cucu kita. Kalau kita eksport, oke bikin kita kaya sekarang, pertanyaannya cucu kita kebagian apa?

    ReplyDelete