Jarang-jarang gue memutuskan nonton sebuah film hanya karena suka sama posternya. Ketika pertama gue liat posternya, film Negeri Van Oranje udah bikin gue suka. Suka karena komposisinya yang bagus dan tone warnanya yang nggak biasa untuk ukuran film Indonesia. I must wacth it. Apalagi setelah nonton teasernya di youtube, semakin menegaskan kalo ini film sepertinya lebih dari layak untuk ditonton.
Cast aktor dan aktrisnya pun nggak sembarangan. Tiga nama aktor jagoan layar lebar Indonesia rasanya udah cukup jadi jaminan gimana kualitas Negeri Van Oranje. Ada Arifin Putra yang nyoba keluar dari patron karakternya selama ini, di mana doi sukses memerankan Banjar yang petakilan dan pede abis. Jauh dari karakter ‘sinetron’-nya selama ini. Ada juga Abimana Aryasetya, begitu pas dengan role-nya sebagai Wicak yang tenang dan misterius. Kemudian Chico Jericho, tanpa kesulitan menyatu dengan karakter Geri yang woles dan flamboyan. Tapi bintang dari film ini menurut gue adalah Ge Pamungkas. Gue baru liat komika satu ini berakting secara full di sebuah film. Dan dia berhasil. Ge seperti memainkan dirinya sendiri dalam tokoh Daus. Jenius di dalam, tapi gokil blo’on di luar. Sejak pertama gue liat penampilan Ge Pamungkas di panggung stand up comedy, gue udah ngerasa ini orang pasti bisa melakukan ‘yang lebih’ dengan bakatnya. Dan di Negeri Van Oranje ini dia membuktikannya. Keren, Ge!
Dan aktrisnya, oohhh…Tatjana Saphira! Auranya luar biasa aktris yang satu ini, cakepnya udah dari sononya. Karakter Lintang yang mellow, periang, dan agak labil bisa bikin simpati penontonnya. Kayaknya budget film Negeri Van Oranje gede banget, selain karena syutingnya di Eropa, juga akrena mereka harus bayar bidadari dari langit untuk memerankan Lintang. Eaaaa…
Ngomong-ngomong Eropa, settingya film ini emang sialan banget. Bikin gue mupeng sepanjang film. Sebelum Negeri Van Oranje, ada beberapa film Indonesia yang juga pake Eropa sebagai latar, tapi ya gitu cuman jadi ‘background’ doang. Di Negeri Van Oranje, Belanda digambarkan dengan cukup proporsional. Untuk yang mau lanjut S2 di Belanda, kalo jeli, film ini berisi banyak banget referensi universitas. Spot-spot yang diambil untuk lokasi syutingnya memang bener-bener untuk keperluan cerita, bukan sekedar menujunkkan “ini loh kita lagi syuting di Eropa!”. Walaupun ada beberapa scene di Eropa ini yang tone warnanya terlalu pekat. Jadi gue kayak nonton editan Photoshop bergerak dengan saturation berlebih. Nggak ganggu sih, tapi cukup jadi duri dalam daging mengingat salah kekuatan film ini adalah tone warnanya yang ciamik.
Terus yang bikin gue betah nonton adalah, persahabatan yang terjalin dalam cerita benar-benar mengalir. Kelima bintang utamanya punya chemistry kuat, sehingga mereka kayak beneran temenan di luar film. Keliatan sih film yang dibikin dengan persiapan dan nggak asal-asalan. Ini membuat storyline yang udah diset sedemikian rupa jadi makin rapih dan hidup. Joke dan komedinya bikin penonton ketawa ikhlas. Dialog-dialognya jadi lebih dalam.
Oiya, wardrobe yang dipake di film ini juga unik-unik. Stelan yang dipake para pemaennya bisa jadi referensi tren fashion, di luar bener apa nggak mahasiswa S2 di Eropa itu fashionnya seperti yang mereka pake. Jas yang dipake Chico, Celana yang dipake Arifin, Topi ‘Haji Bolot’ yang dipake Ge, Jaket yang dipake Abimana, dan dress unik Tatjana, cucok-cucok cyiiinnn….
Rilis film ini pas banget di suasana liburan, meski harus bersaing dengan film ‘sakral’ Star Wars. Buat yang bingung kemana baiknya mengisi waktu libur, Negeri Van Oranje bisa jadi obat. Ceritanya yang ringan, walaupun gue ngerasa twistnya nggak ada yang spesial dan bisa ditebak, bisa bikin liburan lebih relax.
Pokonya, Tatjana, aku padamu…Hup Holland Hup! =)
Cast aktor dan aktrisnya pun nggak sembarangan. Tiga nama aktor jagoan layar lebar Indonesia rasanya udah cukup jadi jaminan gimana kualitas Negeri Van Oranje. Ada Arifin Putra yang nyoba keluar dari patron karakternya selama ini, di mana doi sukses memerankan Banjar yang petakilan dan pede abis. Jauh dari karakter ‘sinetron’-nya selama ini. Ada juga Abimana Aryasetya, begitu pas dengan role-nya sebagai Wicak yang tenang dan misterius. Kemudian Chico Jericho, tanpa kesulitan menyatu dengan karakter Geri yang woles dan flamboyan. Tapi bintang dari film ini menurut gue adalah Ge Pamungkas. Gue baru liat komika satu ini berakting secara full di sebuah film. Dan dia berhasil. Ge seperti memainkan dirinya sendiri dalam tokoh Daus. Jenius di dalam, tapi gokil blo’on di luar. Sejak pertama gue liat penampilan Ge Pamungkas di panggung stand up comedy, gue udah ngerasa ini orang pasti bisa melakukan ‘yang lebih’ dengan bakatnya. Dan di Negeri Van Oranje ini dia membuktikannya. Keren, Ge!
Dan aktrisnya, oohhh…Tatjana Saphira! Auranya luar biasa aktris yang satu ini, cakepnya udah dari sononya. Karakter Lintang yang mellow, periang, dan agak labil bisa bikin simpati penontonnya. Kayaknya budget film Negeri Van Oranje gede banget, selain karena syutingnya di Eropa, juga akrena mereka harus bayar bidadari dari langit untuk memerankan Lintang. Eaaaa…
Ngomong-ngomong Eropa, settingya film ini emang sialan banget. Bikin gue mupeng sepanjang film. Sebelum Negeri Van Oranje, ada beberapa film Indonesia yang juga pake Eropa sebagai latar, tapi ya gitu cuman jadi ‘background’ doang. Di Negeri Van Oranje, Belanda digambarkan dengan cukup proporsional. Untuk yang mau lanjut S2 di Belanda, kalo jeli, film ini berisi banyak banget referensi universitas. Spot-spot yang diambil untuk lokasi syutingnya memang bener-bener untuk keperluan cerita, bukan sekedar menujunkkan “ini loh kita lagi syuting di Eropa!”. Walaupun ada beberapa scene di Eropa ini yang tone warnanya terlalu pekat. Jadi gue kayak nonton editan Photoshop bergerak dengan saturation berlebih. Nggak ganggu sih, tapi cukup jadi duri dalam daging mengingat salah kekuatan film ini adalah tone warnanya yang ciamik.
Terus yang bikin gue betah nonton adalah, persahabatan yang terjalin dalam cerita benar-benar mengalir. Kelima bintang utamanya punya chemistry kuat, sehingga mereka kayak beneran temenan di luar film. Keliatan sih film yang dibikin dengan persiapan dan nggak asal-asalan. Ini membuat storyline yang udah diset sedemikian rupa jadi makin rapih dan hidup. Joke dan komedinya bikin penonton ketawa ikhlas. Dialog-dialognya jadi lebih dalam.
Oiya, wardrobe yang dipake di film ini juga unik-unik. Stelan yang dipake para pemaennya bisa jadi referensi tren fashion, di luar bener apa nggak mahasiswa S2 di Eropa itu fashionnya seperti yang mereka pake. Jas yang dipake Chico, Celana yang dipake Arifin, Topi ‘Haji Bolot’ yang dipake Ge, Jaket yang dipake Abimana, dan dress unik Tatjana, cucok-cucok cyiiinnn….
Rilis film ini pas banget di suasana liburan, meski harus bersaing dengan film ‘sakral’ Star Wars. Buat yang bingung kemana baiknya mengisi waktu libur, Negeri Van Oranje bisa jadi obat. Ceritanya yang ringan, walaupun gue ngerasa twistnya nggak ada yang spesial dan bisa ditebak, bisa bikin liburan lebih relax.
Pokonya, Tatjana, aku padamu…Hup Holland Hup! =)
Wah, habis baca review ini jadi pengen cepet-cepet nonton filmnya deh. Cus ah!
ReplyDeletesalah satu film bagus di akhir tahun juga ni, filmnya ge pamungkas. saya sebagai pendukung timnas belanda juga cukup tertarik nonton ini... hup holland hup!
ReplyDeleteKeren ya film ini bikin pengen buru-buru terbang ke Belanda :)
ReplyDeleteTotalitas akting pemainnya patut diacungi jempol
Hup Holland Hup!
dan saya pengen bener-bener berkunjung ke sana holand ohhh holand ehehe
ReplyDeleteeh Hup Hollad Hup!
adibriza.com
Pengen banget jadinya ke Belanda @.@ huhu
ReplyDeletekerja yang cerdas dan nabung dengan hebat :D hehe.
Delete