Tempo hari sepupu gue yang masih SMP di suruh gurunya bikin karya tulis tentang binatang. Karena bingung, dia nanya ke gue. Gue jadi inget pernah punya karya tulis dengan tema serupa, udah dulu banget. Gue kasih aja karya gue ini ke si sepupu. For your information aja, gue kuliah di UFO (Universitas Fauna Owowowow). Jadi gue dapet tugas untuk mengulas tentang hewan berdasarkan fungsinya di berbagai bidang. Langsung aja baca BAB IV karya tulis gue tentang hewan ini. Buruan cari tempat remang-remang buat ngebacanya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di bab ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian tentang hewan setelah melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat mulai dari sungai hingga kandang macan. Diperkuat juga dengan beberapa wawancara bersama kang ojek pangkalan, dan ibu-ibu Dharmawanita. Secara sadar, penulis membagi-bagi hewan berdasarkan fungsinya di berbagai bidang. Penjabarannya sebagai berikut:
1. Bidang Kuliner
Hewan di bidang ini didominasi oleh kelas unggas (Aves), dan memamahbiak (mamalia). Ayam, dan bebek adalah favorit untuk unggas. Sesekali nongkrong lah di daerah Tebet, di sana banyak restoran bebek, dan ayam yang enak. Sambel ijo, atau dipenyet, rasanya crispy campur spicy gitu. Belom makan, iler udah netes dua liter.
Kalo mau hewan memamahbiak, nggak jauh-jauh dari kambing dan sapi. Di depan Kampus UI Salemba ada sate padang enak banget. Lidah sapinya empuk, nggak bikin dagu keseleo pas ngunyah. Kalo kambing ya paling enak ditongseng. Tongseng ini biasanya dimana aja enak, apalagi kalo kolnya banyak dan bumbunya pekat.
Sebetulnya masih banyak hewan yang bisa berpartispasi untuk meramaikan khasanah bidang kuliner ini. Tapi karena jumlah sampel yang diwawancari penulis terbatas, jadi haya hewan-hewan di atas yang berkontribusi. Terima kasih ayam, terima kasih bebek, terima kasih kambing, dan sapi. Tanpa kalian, nafsu makan kami tak akan tersalurkan.
2. Bidang Hiburan Banyak juga hewan yang berperan dalam membuat dunia hiburan begitu berwarna. Band-band legenda semacam White Lion, dan Owl City namanya terinspirasi dari hewan. Dari dalam negeri ada Trio Macan, Duo Srigala, dan Tiga Kucing. Harimau, dan Serigala yang multitalent pun tidak mau kalah. Mereka punya kontribusi besar dalam sinetron Tujuh Manusia Harimau, dan Ganteng-Ganteng Serigala. Sementara itu semut, laba-laba, dan burung sudah go international lewat film Ant Man, Spider Man, dan Bird Man. Kita patut bersyukur Tuhan menciptakan hewan-hewan seperti di atas. Tanpanya, dunia akan menjadi hambar tanpa hiburan yang berarti.
3. Sebagai Logo, atau Lambang Hewan-hewan yang digunakan sebagai logo biasanya adalah hewan mitologi, atau fantasi. Misalnya aja garuda, sebagai kendaraan Dewa Wisnu yang gagah, dia menjadi lambang Negara Indonesia. Naga yang katanya membawa hoki bagi kepercayaan masyarakat Tiongkok menjadi simbol-simbol bisnis dan perdagangan. Klub bola Chelsea memakai lambang singa yang bisa berdiri berwarna biru. Penulis sadar hewan-hewan tersebut tidak ada. Tapi makna filosofis yang terkandung di dalamnya bisa dijadikan pelajaran.
4. Di Dunia Percintaan
Kegunaan hewan di dunia percitaan ini sangat kontekstual. Tergantung konteksnya. Kalo hubungan sedang mesra, hewan-hewan imut dan lucu macam kelinci, angsa, burung merpati, bisa menjadi bahan rayuan. Tapi kalo hubungan sudah tidak kondusif dan berujung pada permusuhan antarmantan, hewan seperti –sensor-, -sensor-, dan buaya bisa jadi langganan. Khusus untuk buaya, penulis belum bisa menemukan korelasi kenapa laki-laki yang suka selingkuh itu disebut buaya? Padahal buaya hanya memiliki satu pasangan sampai dia mati. Kenapa juga air mata palsu disebut air mata buaya? Padahal buaya mengeluarkan air mata setelah memangsa korbannya hanya untuk mengeluarkan kandungan garam dalam tubuhnya. Kalau ini tidak dilakukan, mungkin buaya akan kena darah tinggi karena kebanyakan garam.
5. Di Dunia Tongkrongan
Penulis biasa nongkrong kumpul-kumpul bersama teman. Biasanya kalau di tongkrongan anggotanya suka main ceng-cengan atau punya nama panggilan dengan kandungan hewani. Misalnya Mamat tupai, Jukih kuyuk, Pe’ih undur-undur, dan Gopar encu. Atau kalau lagi main ledek-ledekan bisa seperti ini,
“Bisa aje lu, ketek monyet!”
“Daripada elu, lobang idung kadal!”
“Au amat lah, buntut cicek.”
Begitulah. Walaupun jadinya absurd, tapi hewan-hewan tersebut yang bikin kita betah gaul di tongkrongan. Bisa jadi bahan pembuat tawa.
Sekian pembahasan dan ulasan dari sekup penelitian penulis. Jadi sesempurna apa pun manusia, tetap butuh hewan sebagai penyeimbang kehidupan. Untuk kesimpulannya akan penulis paparkan di BAB selanjutnya. Itu pun tergantung dosen penulis, jantungan apa nggak baca tulisan ini. Sekian.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Bidang Kuliner
Hewan di bidang ini didominasi oleh kelas unggas (Aves), dan memamahbiak (mamalia). Ayam, dan bebek adalah favorit untuk unggas. Sesekali nongkrong lah di daerah Tebet, di sana banyak restoran bebek, dan ayam yang enak. Sambel ijo, atau dipenyet, rasanya crispy campur spicy gitu. Belom makan, iler udah netes dua liter.
Kalo mau hewan memamahbiak, nggak jauh-jauh dari kambing dan sapi. Di depan Kampus UI Salemba ada sate padang enak banget. Lidah sapinya empuk, nggak bikin dagu keseleo pas ngunyah. Kalo kambing ya paling enak ditongseng. Tongseng ini biasanya dimana aja enak, apalagi kalo kolnya banyak dan bumbunya pekat.
Sebetulnya masih banyak hewan yang bisa berpartispasi untuk meramaikan khasanah bidang kuliner ini. Tapi karena jumlah sampel yang diwawancari penulis terbatas, jadi haya hewan-hewan di atas yang berkontribusi. Terima kasih ayam, terima kasih bebek, terima kasih kambing, dan sapi. Tanpa kalian, nafsu makan kami tak akan tersalurkan.
2. Bidang Hiburan Banyak juga hewan yang berperan dalam membuat dunia hiburan begitu berwarna. Band-band legenda semacam White Lion, dan Owl City namanya terinspirasi dari hewan. Dari dalam negeri ada Trio Macan, Duo Srigala, dan Tiga Kucing. Harimau, dan Serigala yang multitalent pun tidak mau kalah. Mereka punya kontribusi besar dalam sinetron Tujuh Manusia Harimau, dan Ganteng-Ganteng Serigala. Sementara itu semut, laba-laba, dan burung sudah go international lewat film Ant Man, Spider Man, dan Bird Man. Kita patut bersyukur Tuhan menciptakan hewan-hewan seperti di atas. Tanpanya, dunia akan menjadi hambar tanpa hiburan yang berarti.
3. Sebagai Logo, atau Lambang Hewan-hewan yang digunakan sebagai logo biasanya adalah hewan mitologi, atau fantasi. Misalnya aja garuda, sebagai kendaraan Dewa Wisnu yang gagah, dia menjadi lambang Negara Indonesia. Naga yang katanya membawa hoki bagi kepercayaan masyarakat Tiongkok menjadi simbol-simbol bisnis dan perdagangan. Klub bola Chelsea memakai lambang singa yang bisa berdiri berwarna biru. Penulis sadar hewan-hewan tersebut tidak ada. Tapi makna filosofis yang terkandung di dalamnya bisa dijadikan pelajaran.
4. Di Dunia Percintaan
Kegunaan hewan di dunia percitaan ini sangat kontekstual. Tergantung konteksnya. Kalo hubungan sedang mesra, hewan-hewan imut dan lucu macam kelinci, angsa, burung merpati, bisa menjadi bahan rayuan. Tapi kalo hubungan sudah tidak kondusif dan berujung pada permusuhan antarmantan, hewan seperti –sensor-, -sensor-, dan buaya bisa jadi langganan. Khusus untuk buaya, penulis belum bisa menemukan korelasi kenapa laki-laki yang suka selingkuh itu disebut buaya? Padahal buaya hanya memiliki satu pasangan sampai dia mati. Kenapa juga air mata palsu disebut air mata buaya? Padahal buaya mengeluarkan air mata setelah memangsa korbannya hanya untuk mengeluarkan kandungan garam dalam tubuhnya. Kalau ini tidak dilakukan, mungkin buaya akan kena darah tinggi karena kebanyakan garam.
5. Di Dunia Tongkrongan
Penulis biasa nongkrong kumpul-kumpul bersama teman. Biasanya kalau di tongkrongan anggotanya suka main ceng-cengan atau punya nama panggilan dengan kandungan hewani. Misalnya Mamat tupai, Jukih kuyuk, Pe’ih undur-undur, dan Gopar encu. Atau kalau lagi main ledek-ledekan bisa seperti ini,
“Bisa aje lu, ketek monyet!”
“Daripada elu, lobang idung kadal!”
“Au amat lah, buntut cicek.”
Begitulah. Walaupun jadinya absurd, tapi hewan-hewan tersebut yang bikin kita betah gaul di tongkrongan. Bisa jadi bahan pembuat tawa.
Sekian pembahasan dan ulasan dari sekup penelitian penulis. Jadi sesempurna apa pun manusia, tetap butuh hewan sebagai penyeimbang kehidupan. Untuk kesimpulannya akan penulis paparkan di BAB selanjutnya. Itu pun tergantung dosen penulis, jantungan apa nggak baca tulisan ini. Sekian.
Kalau saya saat nongkrong bareng teman kantor kadang suka gosip, kalau nongkrong sama teman komunitas blog bahas banyak informasi, ilmu terkadang lucu-lucuan..
ReplyDelete@rin_mizsipoel
WAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKA NGAKAK BANGET MAS! SUERRRR =)))
ReplyDeleteSayangnya, kurang gambar-gambar gitu biar makin keceh.
Kalo temenku sering bilang gini, "kadang manusia emang lebih -sensor daripada -sensor, kasian -sensor disama2in sama manusia."
Meh.
iya benar juga ya kak, hewan selalu ada di sekitar kita..
ReplyDelete