Ketika Mbak Tika, travelmate saya yang menggagas perjalanan ini, menyisipkan Da Lat sebagai salah satu kota tujuan, saya sedikit heran. Bagi saya kota itu tidak begitu familiar. Saya hanya mengenal Da Lat justru lewat pelajaran sejarah. Dahulu menjelang kemerdekaan Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta diundang oleh Jepang ke kota ini untuk berunding. Dalam benak saya, kunjungan saya ke Da Lat akan banyak diwarnai oleh wisata throwback time yang penuh dengan museum atau narasi sejarah. Sepertinya Da Lat adalah kota yang pernah terlibat serius dalam kecamuk Perang Dunia II di wilayah Asia Pasifik.
Mbak Tika memberi sedikit gambaran yang justru bertentangan dengan bayangan saya. “Da Lat itu sejuk, dataran tinggi. Banyak bunga-bunga, ya Bandungnya Vietnam lah.” Begitu katanya. Saya dan kelima teman saya berangkat ke Da Lat dari Mui Ne. Jam 8 pagi kami sudah dijemput bus tiga per delapan kapasitas 20-30 orang. Kabarnya perjalanan ke Da Lat butuh 5 jam, dan kami cukup kecewa karena busnya buka sleeper bus seperti yang mengangkut kami dari Ho Chi Minh ke Mui Ne.
Mbak Tika memberi sedikit gambaran yang justru bertentangan dengan bayangan saya. “Da Lat itu sejuk, dataran tinggi. Banyak bunga-bunga, ya Bandungnya Vietnam lah.” Begitu katanya. Saya dan kelima teman saya berangkat ke Da Lat dari Mui Ne. Jam 8 pagi kami sudah dijemput bus tiga per delapan kapasitas 20-30 orang. Kabarnya perjalanan ke Da Lat butuh 5 jam, dan kami cukup kecewa karena busnya buka sleeper bus seperti yang mengangkut kami dari Ho Chi Minh ke Mui Ne.
Bunga di tepi jalan. Di tepi Danau Da Lat |
Setelah melewati pemandangan padang pasir Red Sand Dunne dan White Sand Dunne, bus mulai memasuki jalan kecil dan rusak. Di kanan kiri hanya ada tanah lapang yang tandus dan sesekali direcoki oleh kebun buah naga. Jalan rusaknya bukan main. Lubangnya besar-besar. Permukaan aspalnya bumpy. Ditambah cara mengemudi supir yang sama sekali tidak membantu menenangkan penumpang . Turis Inggris cewek pengagum Wayne Rooney yang duduk di depan saya berkali-kali mengumpat. Beberapa penumpang lokal terlihat tertawa, nampaknya sudah biasa dengan kegaduhan semacam itu. Saya jadi mengerti kenapa Mui Ne-Da Lat ditiadakan sleeper bus. Sangat beresiko bagi keamanan tempurung kepala.
Tanda sudah sampai di Da Lat adalah ketika bus memasuki jalan menanjak bukit dengan hutan pinus yang lebat. Mbak Tika benar, seperti Ciwidey di Bandung Selatan. Kami tiba di Da Lat. Bayangan puing-puing dan desing mesiu perang seketika terlupakan dari benak saya. Di tiap persimpangan jalan ditanami bunga dengan warna yang bhineka. Bangunan dan rumah-rumah penduduk bergaya Prancis dengan pot-pot berisi kembang menggantung. Saya seperti anak TK yang baru pergi study tour, duduk melongo di tepi jendela bus dan memandang keluar.
Saya turun tepat di depan Backpacker Hostel. Sebuah penginapan yang memang sudah kami spot sebelumnya. Bayangkan dua kata ini, “backpacker”, dan “hostel”, paduan kata yang membuat nyaman dompet para pejalan. Dua kata itu identik dengan murah. Well, memang begitu adanya. Di sini biaya per malamnya dalah USD 7/orang. Kebetulan kami mendapat kamar doom untuk 6 orang. Pemiliknya sebuah keluarga bermarga Vu. Sangat ramah, informatif, jago Bahasa Inggris, dan sangat sabar. Untuk USD 7 semalam, kami mendapat kamar yang nyaman di lantai 3, wifi, dan sarapan. Dan the best part-nya adalah, kami mendapat free dinner bersama keluarga mereka dan semua tamu yang menginap diundang. Jadi malam itu saya dan teman-teman makan bersama backpacker lain dari Inggris, Wales, Skotlandia, Belanda, dan beberapa dari Singapura. Semua masakannya dimasak oleh keluarga ini. Pemiliknya sangat pandai memasak. Sarapan kami yang berupa roti prancis dengan scrambled egg pun dibuat oleh tangannya. Jika bingung menemukan hostel ini, coba berpatokan pada hotel bintang lima bernama “Da Lat Palace”, letak hostel milik keluarga Vu ini tepat di belakangnya. Atau kalau memang penampilan kita seperti backpacker dengan tas ransel besar dan baju agak kumal, biasanya kondektur bus sudah aka otomatis menurunkan kita di depan hostel ini. Mereka sudah paham. Jadi jangan khawatir.
Tanda sudah sampai di Da Lat adalah ketika bus memasuki jalan menanjak bukit dengan hutan pinus yang lebat. Mbak Tika benar, seperti Ciwidey di Bandung Selatan. Kami tiba di Da Lat. Bayangan puing-puing dan desing mesiu perang seketika terlupakan dari benak saya. Di tiap persimpangan jalan ditanami bunga dengan warna yang bhineka. Bangunan dan rumah-rumah penduduk bergaya Prancis dengan pot-pot berisi kembang menggantung. Saya seperti anak TK yang baru pergi study tour, duduk melongo di tepi jendela bus dan memandang keluar.
Saya turun tepat di depan Backpacker Hostel. Sebuah penginapan yang memang sudah kami spot sebelumnya. Bayangkan dua kata ini, “backpacker”, dan “hostel”, paduan kata yang membuat nyaman dompet para pejalan. Dua kata itu identik dengan murah. Well, memang begitu adanya. Di sini biaya per malamnya dalah USD 7/orang. Kebetulan kami mendapat kamar doom untuk 6 orang. Pemiliknya sebuah keluarga bermarga Vu. Sangat ramah, informatif, jago Bahasa Inggris, dan sangat sabar. Untuk USD 7 semalam, kami mendapat kamar yang nyaman di lantai 3, wifi, dan sarapan. Dan the best part-nya adalah, kami mendapat free dinner bersama keluarga mereka dan semua tamu yang menginap diundang. Jadi malam itu saya dan teman-teman makan bersama backpacker lain dari Inggris, Wales, Skotlandia, Belanda, dan beberapa dari Singapura. Semua masakannya dimasak oleh keluarga ini. Pemiliknya sangat pandai memasak. Sarapan kami yang berupa roti prancis dengan scrambled egg pun dibuat oleh tangannya. Jika bingung menemukan hostel ini, coba berpatokan pada hotel bintang lima bernama “Da Lat Palace”, letak hostel milik keluarga Vu ini tepat di belakangnya. Atau kalau memang penampilan kita seperti backpacker dengan tas ransel besar dan baju agak kumal, biasanya kondektur bus sudah aka otomatis menurunkan kita di depan hostel ini. Mereka sudah paham. Jadi jangan khawatir.
Kalau butuh penginapan di Da Lat, cari saja fasade ini |
Lobby Backpacker Hostel. Kami diberitahu, bahwa kami adalah turis Indonesia ke tiga yang menginap di sini |
Mr. Vu sedang membuatkan scrambled egg untuk menu sarapan kami. |
Da Lat adalah kota yang memang didesain untuk pariwisata. Ingin rasanya meminta maaf ke kota ini karena sempat suudzon bahwa kota ini berupa ‘sisa’ perang. Da Lat jauh lebih santai di banding Ho Chi Minh City. Saya tidak perlu khawatir terserempet pengendara motor ugal-ugalan. Danau Da Lat menjadi urat nadi rileksasi bagi siapa saja yang berkunjung ke kota kembang ini. Banyak pedagang pizza Da Lat, makanan yang secara teknis memang pizza. Hanya saja topingnya telor, bumbu, dan sayuran. Betul, lebih ke martabak telor sebenarnya. Ada juga delman yang siap mengantar berkeliling danau. Kami rencananya ingin mencoba, tapi begitu tawar menawar harga mentok di angka VND 600.000. Gak! Makasih!
Di Museum Kereta Apinya Da Lat. Saya Ranger merah! |
Da Lat traditional market. Bunderannya penuh bunga-bunga, kayak hati abang liat Neng bahagia dengannya. |
Da Lat juga begitu relijius namun tetap penuh toleransi. Saya menjumpai banyak kuil dengan pagoda, namun di tengah kotanya berdiri megah sebuah katedral. Katedral dengan fasade beraksen bata itu buka hingga sore. Di sebelahnya ada altar khusus untuk memanjatkan doa di depan patung Bunda Maria. Nampaknya sosok suci dalam agama kristiani ini memiliki posisi khusus di Vietnam. Di Katedral Ho Chi Minh City juga ada katedral dengan patung Maria besar di depannya.
Mother Marry comes to me speaking words of wisdom...let it be...let it be... |
Soal alam dan landscape, Da Lat juga masuk dalam kategori paripurna. Selain memang memiliki view pegunungan dan hutan pinus, Da Lat memiliki dua air terjun termasyhur. Yang pertama adalah Pongour Waterfall, terletak di tengah perkebunan kopi. Air terjun ini berbentuk memanjang dengan beberapa tingkatan. Air terjun itu bermuara di sebuah telaga dengan air sangat bening. Sayangnya tidak boleh mandi karena pernah terjadi kecelakaan. Kepingin sih nekat nyemplung, tapi mengingat ini di negeri orang, bisa berabe kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Bawaannya pengen pake boxer trus nyemplung |
Yang kedua adalah Elephant Waterfall. Konon katanya air terjun ini terbuat karena para gajah di hutan membendung sungai untuk membantu mengairi pertanian warga. Sayangnya airnya tidak sebening di Pongour Waterfall. Jalan menuju ke sini juga terjal dan licin.
Untuk yang hobi ngopi, jangan pernah takut kehabisan tongkrongan di Da
Lat. Café dan kedai kopi ada di mana-mana. Da Lat punya perkebunan kopi
yang cukup luas. Lumbung kopinya Vietnam. Kopi luwak cuma ada di
Indonesia? Vietnam juga punya. Ada sebuah tempat ngopi (duh, saya lupa
namanya) yang tempatnya tepat di atas kebun kopi.
Anak muda Vietnam kalo ngopi di atas kebonnya langsung |
Tetapi tur saya di Da Lat yang paling berkesan adalah ketika mengunjungi Chicken Village. Sebuah kampung dengan monument ayam raksasa. Suku yang mendiami kampung itu bernama Pho. Suku Pho ini suku asli Vietnam satu-satunya yang tidak bisa berbahasa Vietnam. Akibatnya mereka memiliki sejarah kelam berupa pengasingan dan perang saudara. Mereka mencari uang lewat bertani dan menenun kain. Mostly, turis senang kalau ke sini karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bahasa Inggris mereka bahkan jauh lebih bagus dari saya dan teman-teman. Mereka pun sangat ramah, garis muka mereka tidak seperti penduduk Vietnam lain yang umumnya keras.
Penjual kain tenun suku Pho dengan senyumnya yang manis |
Dua hari rasanya kurang di Da Lat. Kamera rasanya selalu saja kekurangan memori untuk mengabadikan momen dan ruang di kota ini. Walaupun cukup menyebalkan juga karena Instagram tidak bisa diakses di sini. Jadi buat yang eksis lewat medsos berbasis foto ini, tahan ya hasratnya. =(
Kaktus yang di jual di Da Lat. Bentuknya kayak meriam gitu, ya. Ngilu nggak? |
Foto Bunga mawarnya itu asli jepretan sendiri ya? keren sumpah
ReplyDeletebuset dah ada pasar Malem juga yah hahahahaha
ReplyDeleteKeren banget kotanya.
ReplyDeleteTernyata vietnam nggak sekedar hanoi dan ho chi minh aja.
Banget. Masih banyak kota lainnya juga, Mas.
DeleteItu penginapannya beneran murah gitu, yos? Tapi kenapa harga menginap lebih murah ketimbang naik delman.. Kudunya kamu bawa delman kesananya, siapa tau jadi kerjaan sampingan.. Eh hahahha
ReplyDeleteIya murah. Kalo delman mah itu akal-akalan abangnya aja karena tau kita dari luar negeri, jadi dimahalin. Waduh, kalo bawa delman ke sana dan saya jadi kang delman, Indonesia bakalan sedih kehilangan kang delman terganteng.
DeletePada hari minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka, samping pak kusir yang sibuk berkerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya... Tuktiktaktiktuktiktaktiktuk
DeleteTempatnya asyik banget ya... apalagi kalau bisa menginap bersama keluarga Vietnam terus diajak dinner bareng. Mantap
ReplyDeleteModel kaktusnya sesuatuu....
ReplyDeleteDuh Vietnam kerennnnnnn mau ke sanaa aja deh nanti.. Mau selfie sambil minim kopi di perkenunan
Ada apa dengan kaktus?
DeleteKeren ya bentuknya. Di Indonesia mungkin sudah diblur kalo ada kaktus kayak gitu. *eh
DeleteSelalu tergoda pengen ke Vietnam, tapi tabungan selalu gagal kekumpul untuk kesana berdua suami. Kalo sampai akhirnya ada rejeki ke Vietnam, berarti Da Lat harus masuk list kota yang disamperin. Cantik. Klasik. Liat fotonya aja udah suka
ReplyDeleteSemangat nabung Mbak. Vietnam bukan negara mahal kok, mata uang mereka bahkan sedikit lebih lemah dari Rupiah. Iya, Da Lat mesti dikunjungi, wajib! *nggak sante*
DeleteKeren bangett, Mas! Saya yakin itu bukan gara2 fotografernya yg bisa ambil angle pas. wkwkwk.. Eh tapi serius, bikin ngiri! Saya jd pengen ke sana! :D
ReplyDeleteSemua foto yang ada di postingan ini diambil pakai kamera HP, Mbak. Karena saya sudah terlalu malas bawa SLR dan terlalu bokek untuk beli mirrorless =D *korek-korek dompet*
Deletewah vietnam cantik banget. Kapan ya bisa kesana. Semoga bisa segera kesana. Amin amin amin
ReplyDeleteAmiiinn...takkan lari Vietnam dikejar =D
Deleteanjir gue ambigu liat foto terakhir wkwkw
ReplyDeleteSok atuh Ki, disave...
DeleteWuahh, ternyata Vietnam cantik juga. Tak pernah terpikir oleh saya sebelumnya. Dan ramah bagi backpacker, that's the point! Destinasi2nya juga mirip di Indonesia ya, ada danau, air terjun, pasar malam, coffee shop etc.
ReplyDeleteIya mirip Indonesia. Kita nggak bakal merasa terlalu asing kalo ke sana. Cuma lebih rapih aja.
DeleteWow wow wow
ReplyDeletePertama terkesan dg ingatan sejarah bang yos. Sumpah ga pernah denger nama Da Lat
Kedua, terkesan dg keluasan hati abang yg berbunga2 melihat si neng bahagia dengannya.
Done.
Eh belom, sumpah baru kali ini lihat vietnam yg warna warni. Imageku ttg vietnam msh identik dg negara perang kayak di film ramboo (bener kan film ramboo itu cerita ttg vietnam?)
Semoga someday bs jalan2 ke sana aamiin. Berarti kalo di hostelnya, makanannya udh dikondisikan halal ya? Itu tamuny ada yg jilbaban
Iya pemiliknya sudah tau kalau muslim makanannya harus halal, jadi disediakan menu yang sebagian besar dari sayuran. Karena ada yang pakai jilbab, kami sempat dikira dari Malaysia =D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDuh jadi kangen Vietnam dan tiba tiba lapar. Sebaiknya ku makan Pho sekarang biar kangennya terobati dan aku bahagia. Terimakasih sudah membangkitkan kenangan
ReplyDeleteIya betul bang yos, ketika mendengar nama dalat tuh, pertama kali yg teringat itu ttg sejarah perang dahulu, haha ternyata dalat begitu Indah kotanya, aku malah baru tahu kalau dalat dijuluki kota kembang nya Vietnam..
ReplyDeleteEnak bener ya, bisa plesiran ke Vietnam, aku kapan ya bisa kesana?
foto-fotonya keren...
ReplyDeletesepertinya tempatnya seru tuh
bagus sepertinya kotanya
semoga bisa ke sana :D
Baca ini meski tetep duduk anteng, tapi hati jejingkrakan ga karu-karuan. Mau kesana mau kesanaaa!!! Saya jadi penasaran sama Backpacker Hostel nya malah. Dalam sebuah perjalanan itu, menurut saya, adalah ketika kita bersentuhan dengan kebudayan org lain :) indah sekali!
ReplyDeleteBanyak bunga-bunga.
ReplyDeleteBrati literally bunga yaa... Makanya dijuluki kota kembangnya Vietnam. :D
Jadiin wishlist traveling ahh...
Settingnya cocok buat novel Madre nya Dee yaa, mas...
ReplyDeletePengalaman yang tak terlupakan.
wah enak jalan jalan ke vietnam banyak juga lagi tanaman disana bagus nih buat wisata kayanya
ReplyDeleteMantaph ni. Bikin greget pengen ke sana. Banyak tmn" kampus yg berasal Dr sana jadi pengen ngunjungi mereka disana.
ReplyDeleteMakasi yaa mas info nya sangat bermanfaat .
Thanks
Kandida
Kalo ga baca judul dan mencermati kata Bandungnya Vietnam, mungkin aku bakal bingung banget baca tulisan ini, mas yos. Dan lagi, di mana itu Mui ne? Oh pengetahuanku kurang sekali :'D
ReplyDeleteFotonya keren2 Mas Yos, jadi penasaran sama Vietnam. Dulu kenal orang Vietnam waktu jadi TKW di Hong Kong. Orangnya susah ngomong inggris maupun cantonis jadi susah komunikasinya.
ReplyDeleteTernyata penduduknya ada yang pandai bahasa inggris juga ya :)
Ihh rindu lan halan! Seru banget Jalan ke vietnam , biasanya aku baca Wisata Vietnam yg Medan perang hahaa
ReplyDeletehostelnya kelaitan nyaman,ada free dinnernya juga ya baik banget yang punya hostelnya hehe.. liat foto-fotonya jadi ngarep bisa kesana juga, oia kuliner khasnya kota Da Lat ini apa nih mas kira-kira? bahas juga dong :)
ReplyDeleteAh rindu lan halan! Seru banget jalannya ke Vietnam.aku biasanya baca Wisata Vietnam yg Wisata perang haha
ReplyDeleteWuihhh... pengalaman yang keren banget bang Yos.
ReplyDeleteVietnam emang banyak perkebunan atau tanaman gitu kan, kalo gak salah dia termasuk lumbung padi Asia Tenggara. Iya gak?
Aku salfok sama scramble eggnya, doohh ngiler. hahaha...
Hostelnya bagus dan pemiliknya ramah banget.
Kain tenunnya juga bagus-bagus banget.
Pemandangannya bagus juga.
Berharap banget, semoga suatu hari nanti bisa ke sana.
Bang Yos ini rupanya telah melanglangbuana hingga ke luar garis perbatasan. Sungguh menarik nampaknya bisa pergi ke sana. Berwisata ke negara bekas perang nampaknya meninggalkan kesan mendalam.
ReplyDeleteawalnya saya kira mas yos pakai jasa air bnb. rupanya nginap di hostel ya.
ReplyDeletesaya setuju juga, malah saya baru tau kalau penulisannya dipisah Da Lat mas. kalau dulu di buku sejarah di gabung kan Dalat. :D
Jakup Ginting Sinusinga
Itulah kenapa vietnam bikin berkesan di ingatan #yaelahh
ReplyDeleteTapi emang bener sih, meskipun mendapat julukan negara 1000 motor dan banyak wisata sejarahnya, tp ga bosen dan ga cuma sejarahnya aja yg berkesan
Ternyata indah banget ya Da Lat.
ReplyDeleteBtw kalau kota lain kyk di Jepang Nagasaki, Hiroshima jg bisa indah, mungkin bbrp tahun ke depan Da Lat akan jd kota tujuan wisata yg jauh lbh oke :D
Tfs
wah ternyata banyak yang menarik dari kota Da Lat ya. Btw, baik bener ouwner penginapannya ya, ngundang semua tamu untuk makan malam bareng mereka :)
ReplyDeletePaling suka kedai kopi diatas kebon kop, paket komplit y?
ReplyDeleteBegitu menyebutkan kata Vietnam, yang terbayang oleh saya, sebuah tempat yg dipenuhi sisa-sisa perang (efek nonton film, deh! hehehe)
ReplyDeleteTapi ternyataa...indah banget. Saya suka air terjunnya Bang Yos, serasa manggil-manggil untuk diselami ya..hihihi...
Eh, kalo mau nginep di Dalat Backpakers Hostelnya, kita kudu pake baju kucel dulu ya... ^_^.
DeleteSeneng ya, kalo ketemu sama orang asing tapi baiik banget. Sampe ditawarin makan malam gratis.
Kalo soal makanan ada label halalnya ga?
ReplyDeleteWah wah wah....
ReplyDeleteSmuanya cantikkk. Hostelnya pass buat yg hemat. Pengen ikut nyemplung di air terjun yg sayang gak boleh ya
Kupikir air terjun Gajah tadi karena air terjunnya berbentuk gajah. Hhahaha. Imajinasi liar. 😁
ReplyDeleteSeru ihhh, kalo makannya gimana, Kak? Ada label halalnya?
Wuih, Vietnam asri juga yaaa 😱
ReplyDeleteBtw suka banget sama foto langitnyaaa ><
Itu tanpa filter kak?
Kapan yaaa bisa singgah melihat langit disana :')
Wah, ternyata ada pasar malem nya juga ya di sana...
ReplyDeleteMau ke vietnam :(
ReplyDeleteDulu spupu punya mantan orang situ, trus aja aku dipamerin, trus skg dipamerin lagi :(
Tapi makasih, infonya lumayan lengkap
Kalo balik ke vietnam lagi, ajak2 yha mau dong bekpekeran juga
wahhh bookmark nih, rencan pingin explore ke vietnam tp batal mulu. mirip2 bandung yak Dalat. mau donk ittinerary nya��
ReplyDeleteeh nganu pake kamera apa? jepretan bunganya dalet banget
Ahh gue belum bisa banyak komen, soalnya ngeliat photo aja udah takjub tempatnya, vietnam udah kaya ciwidey..lembang dan padalarang aja tempatnya :D
ReplyDeleteYos tulis juga dong, tips budget ngetripnya, supaya gampang ngemanage keuangan buat ngetrip juga :D
Da Lat, namanya mudah diingat, dan tenryata punya cerita dan keindahan yang teramat nikmat. Baca tulisan Mas Yos seperti ikut merasakan perjalanannya. Bagus.
ReplyDeleteKedua air terjunnya punya nuansa yang berbeda ya. Jadi pengen tahu cerita lengkap air terjun yang dibuat kawanan gajah. Apa konon dan cerita yg melegenda di sana ada perjanjian antara gajah dan manusia ya... hmmm
Semoga suatu saat saya juga bisa menginjakkan kaki ke Da Lat. Aminn. #heheenitipdoa
Hai mas ternyata Vietnam cantik yah, kota da lat ini Bagus viewnya cantik2.
ReplyDeleteBerarti nambah nih wish list aku travelling di Negara asean selain Thailand.
Makasih info wisatanya
Yakin tuh blue inggris fans Rooney?
ReplyDeleteKayanya waktu itu pernah Nulis ini juga deh. Apa beda ya?
Kece tulisannya... Saya juga baru tahu kalau ada kota namanya Da lat. . pingin ih kesini jg. . mau icip2 pizza dgn topping telur dan sayurannya. . btw itu mirip martabak har ga ya. . xixixi
ReplyDeleteSaya juga baru tahu ttg da lat serta sejarah sukarno hatta yg pernah diundang kesana. Kaktusnya lucu yaa
ReplyDeletebena udah baca serius2 tulisan bang yos, dan tetep yang mau bena tanyain cuma satu. itu baju lengan panjang merah pake jilbab Ka Dina ya?
ReplyDeleteSaya sampe buka kamus karena baru kali tau istilah "fasade"
ReplyDeleteAbaikan
Dari tulisannya, sepertinya kota ini komplit ya potensi wisatanya ya, mas?
Oya, kenapa ga bisa instagram mas? Apakah di sana instagram juga diblokir kah?
Astaga. Kasian Da Latnya yos kalau disamain sama Bandung (yg sekarang).
ReplyDeleteDari bebeeapa tamasya yang diliatin. Paling kepengen sama air terjun pongopor (apalah itu nulisnya)
Mudah2an ada kesempatan boxeran kesana.
Alhamdulillah ya diberi kesempatan ke sana. Dan bikin ngeces saya.. Semoga ya.. (Komat kamit. Berdoa ceritanya)
ReplyDeleteAda tempat keren juga ya di Vietnam...bayanganku sama, Vietnam itu negara serpihan perang-perang...😂
ReplyDeleteTernyata Vietnam kece juga ya mas, aakk mupeng jadinya ingin kesana. Semoga kesampaian :D
ReplyDeleteya ampun air terjunnya indah juga ya, ternyata vietnam juga punya tempat-tempat wisata yang menarik..
ReplyDeleteKamu ngak ikutan berunding di dalat ??? merundingkan gimana biar hati ini ngak jomblo melulu hahaha
ReplyDeleteKereeen bal,,, btw gw ngilu beneran ne liat pic terakhir.. gokil ya,, bisa2nya ketemu bentuk yg bikin ngilu. Hehehhehehe
ReplyDeletemas, mau tnya selama di dalat transportasinya bagaimana ?
ReplyDeleteapa ada rekomendasi penyewaan mobil + driver ?
thanks