“Cari yang solehah, Yos, biasanya nggak memberatkan kalo soal mas kawin atau syarat-syarat keduaniawian lainnya.” Kata Pak Mul. Di sebuah sore di last minute berakhirnya jam kantor. Di kahir-akhir jam kantor memang waktu yang pas untuk diskusi sesama rekan sejawat. Tentu saja diskusi ringan. Dan entah bagaimana ujung pangkalnya topik terpilih sore itu adalah ‘mencari jodoh’. Sigh, begini lah nasib being single di penghujung 20-an, selalu jadi sasaran tembak kalau topik tentang jodoh ini mengemuka. Anyway, jodoh ini temasuk diskusi ringan bukan? Bukan? Oke, kita ganti topik.
“Menjadi soleh itu gampang, Pak. Istiqomahnya yang susah.” Jawab saya. I know, abis jawaban ini kita ganti topik. Pak Mul dan teman-teman yang lain hanya tersenyum mendengar jawaban saya. Entah getir, atau kagum dengan cara saya ngeles. Jodoh kan nggak bisa dijawab dengan diskusi ringan di penghujung hari.
Hmmm…
Jodoh.
Katanya mau ganti topik?
Eh iya.
Kan, istiqomah itu sulit. Konsisten itu tidak mudah. Konsisten dengan tujuan awal menulis artikel ini saja saya goyah. Apalagi konsisten terus ngeblog dengan satu tema yang sama.
Konsisten memang hanya milik Arsenal dan Wenger-nya.
Eh gimana?
Nah. Tulisan ini terlahir karena saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan konsistensi saya ngeblog. Niatnya kepengen lurus terus ngeblog tentang jalan-jalan. Nah jalan-jalannya sih banyak, tapi nulisnya yang jarang. Banyak detail yang hilang dari beberapa perjalanan saya. Ada yang bilang saya orangnya bosenan. Mungkin seorang Nicholas Saputra ini hanya sedang jenuh dengan dunia tulis, publish, dan komen-komen manis. Nah, dari kalimat sebelum ini saja saya tidak konsisten. Karena saya lebih ke Ongky Alexander daripada Nicholas Saputra.
Baiklah. Please “Apaan sih lo” me.
Akhirnya terpikir oleh saya untuk tetap menghidupkan gairah menulis saya, saya mencoba keluar dari pakem. Nulis fiksi. Oke nulis fiksi. Terjadi brainstorming antara saya dan saya di kaca spion motor. Akhirnya diputuskan bahwa saya akan memfiksikan perjalanan naik gunung saya. Sudah ada 7 BAB. Tapi saya tidak langsung lempar di blog. Istilahnya, masih cek ombak. Biar tetap ada yang baca, saya mempublishnya di platform Wattpad. Dengan ID @kening_lebar. Baca gih, jangan lupa vote.
Lagi asik-asiknya nulis fiksi, eh tiba-tiba kangen nulis blog. Lagi horny-hornynya ngeblog, nggak ada bahannya. Karena dua bulan ini hampir nggak jalan-jalan. Apa yang mau ditulis? Cerpen pakai bahasa Sansekerta? Ya sudah lah, saya tulis tentang inkonsistensi saya saja. Yang penting dunia blog yang saya cintai ini tidak kehilangan Nicholas Saputranya.
Baiklah. Please “Najong banget sih lo” me.
Ketika ingin melihat pelangi tapi takut hujan. Ketika sel dalam tubuh tidak akan menua jika tidak ada oksigen, tapi tanpa oksigen paru-paru akan mengering. Ketika PSSI ingin mencetak pemain muda anak bangsa namun di satu sisi menyuburkan naturalisasi pemain dari luar negeri. Ketika Arjuna yang ksatria terbesar membunuh Adipati Karna dengan cara yang sangat tidak ksatria.
Ketika aku bilang rindu, kau juga rindu. Tapi tidak kepadaku.
Sesimpel, dan sepelik itu lah inkonsistensi.
“Menjadi soleh itu gampang, Pak. Istiqomahnya yang susah.” Jawab saya. I know, abis jawaban ini kita ganti topik. Pak Mul dan teman-teman yang lain hanya tersenyum mendengar jawaban saya. Entah getir, atau kagum dengan cara saya ngeles. Jodoh kan nggak bisa dijawab dengan diskusi ringan di penghujung hari.
Hmmm…
Jodoh.
Katanya mau ganti topik?
Eh iya.
Kan, istiqomah itu sulit. Konsisten itu tidak mudah. Konsisten dengan tujuan awal menulis artikel ini saja saya goyah. Apalagi konsisten terus ngeblog dengan satu tema yang sama.
Konsisten memang hanya milik Arsenal dan Wenger-nya.
Eh gimana?
Nah. Tulisan ini terlahir karena saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan konsistensi saya ngeblog. Niatnya kepengen lurus terus ngeblog tentang jalan-jalan. Nah jalan-jalannya sih banyak, tapi nulisnya yang jarang. Banyak detail yang hilang dari beberapa perjalanan saya. Ada yang bilang saya orangnya bosenan. Mungkin seorang Nicholas Saputra ini hanya sedang jenuh dengan dunia tulis, publish, dan komen-komen manis. Nah, dari kalimat sebelum ini saja saya tidak konsisten. Karena saya lebih ke Ongky Alexander daripada Nicholas Saputra.
Baiklah. Please “Apaan sih lo” me.
Akhirnya terpikir oleh saya untuk tetap menghidupkan gairah menulis saya, saya mencoba keluar dari pakem. Nulis fiksi. Oke nulis fiksi. Terjadi brainstorming antara saya dan saya di kaca spion motor. Akhirnya diputuskan bahwa saya akan memfiksikan perjalanan naik gunung saya. Sudah ada 7 BAB. Tapi saya tidak langsung lempar di blog. Istilahnya, masih cek ombak. Biar tetap ada yang baca, saya mempublishnya di platform Wattpad. Dengan ID @kening_lebar. Baca gih, jangan lupa vote.
Lagi asik-asiknya nulis fiksi, eh tiba-tiba kangen nulis blog. Lagi horny-hornynya ngeblog, nggak ada bahannya. Karena dua bulan ini hampir nggak jalan-jalan. Apa yang mau ditulis? Cerpen pakai bahasa Sansekerta? Ya sudah lah, saya tulis tentang inkonsistensi saya saja. Yang penting dunia blog yang saya cintai ini tidak kehilangan Nicholas Saputranya.
Baiklah. Please “Najong banget sih lo” me.
Ketika ingin melihat pelangi tapi takut hujan. Ketika sel dalam tubuh tidak akan menua jika tidak ada oksigen, tapi tanpa oksigen paru-paru akan mengering. Ketika PSSI ingin mencetak pemain muda anak bangsa namun di satu sisi menyuburkan naturalisasi pemain dari luar negeri. Ketika Arjuna yang ksatria terbesar membunuh Adipati Karna dengan cara yang sangat tidak ksatria.
Ketika aku bilang rindu, kau juga rindu. Tapi tidak kepadaku.
Sesimpel, dan sepelik itu lah inkonsistensi.
Konsisten emang susah, sih. Makanya nggak mau punya blog banyak-banyak dan bertema. Ribet. Mending satu aja, tapi gado-gado. Wqwq.
ReplyDeleteWih, udah 7 bab. Kenapa gak dilanjut terus jadiin novel? Atau e-book gitu? :D
Jadi e-book sih yang paling realistis =D
DeleteJadi e-book sih yang paling realistis =D
ReplyDeleteGue belon baca, dan belon mau baca wattpad lu itu karena nunggu kelar sih. Kalau udah kelar, kasih tau aja. gue ga mau nunggu soalnya.
ReplyDeleteKan gue udah bilang, meskipun tema utama travelling, ada kolom menu/label itu untuk memfasilitasi tulisan lu yang lain.
Injeh Mas, Injeh...*salim*
DeleteDalam hal jodoh, anda tergolong konsisten Kok. Konsisten jomblonya.
ReplyDeleteAnda juga, konsisten bikin kesel!
Deletewakakakkaka. wanda ngehek banget :)))
Deletekonsistensi emang susah untuk dijalani
ReplyDeleteNdak usah konsisten satu tema kalau malah membatasi potensi yang lain. Ada memang yang ahli dalam satu bidang saja, tapi ada pula orang-orang yang bisa menggagahi banyak hal sekaligus.
ReplyDeleteWes rasah konsisten, sampeyan udu Gerard.
Hidup Maz Ilham! \m/
DeleteKurasa banyak yang merasakan hal sama, Om. Kalau aku sendiri, ngerasa masih belum bisa buat konsisten ke satu tema aja. Makanya blog aku masih apa aja yang mau aku tulis ya aku tulis. Aku cuma fokusnya ke perspektif. Udah.
ReplyDeleteTujuh bab itu udah banyak yaa, aku enam bab dan mandek gak mau lanjut lagi wahahaha lanjutin, Om!
Gimana kalo tujuh babku digabung dengan enam babmu? Goks!
DeleteKonsisten memang sulit kak
ReplyDeleteKalau dianya belom punya pacar dan standar bahagianya nggak tinggi, nggak sulit kok =(
DeleteHihihi... berarti kudu ngacir ke wattpad ya. Eh 7 bab udah banyak dong ya. Tinggal duduk manis dua harian kelar deh tuh. Jadi penasaran. Semoga ga mirip2 5 cm ya..
ReplyDeleteKonsistensi oh konsistensi. Mari berikhtiar.. :-)
Wuih nggak bakal mirip 5 cm dong. Bakalan lebih dari itu. Lebih biasa aja -__-
DeleteBaca ini tulisan kok kesel sendiri ya? Bisa bisa sampai bawa bawa Nicholas saputra hahaha itu lagi soal konsistensi gagal lolos 16-besar UCL arsenal-nya wenger emang gak ada tandingannya haha
ReplyDeleteSoal inkonsistensi menulis, saya pun sedang mengalaminya sekarang bang, dimana banyak membaca tapi jarang menulis haha kasusnya pun sama, pas lagi horny2nya nulis eh ada aja halangan, kayak kasus pengusutan candi hambalang yg terbengkalai sampai sekarang, ada aja alasannya
Kamu kayak dia pas ditanya beneran selingkuh apa nggak. Banyak alasan!
DeletePerihal soal jodoh, dan pernikahan, entah kenapa setiap membincangkan ini (lebih tepatnya ditanya soal ini) rasanya kok kesel kesel gimana ya?
ReplyDeleteYa gimana gak kesel? Pacar aja gak punya ditanya "kapan nikah?" mulu, kan kesel ..
Ini topik yang sekaligus curhat dan menebar jala ya Mas? Udah ada yang nyangkut blom?
ReplyDeleteYang nyangkut banyak, yang lolos lebih banyak. Sedih, ga? =(
DeleteIni topik yang sekaligus curhat dan menebar jala ya Mas? Udah ada yang nyangkut blom?
ReplyDeletekonsisten memang paling susah banget untuk di lakukan
ReplyDeleteBukan inkonsistensi namun pencarian jati diri. Di usia bang Yos yang masih remaja hal ini bisa terjadi. ..
ReplyDeleteCara terbaik ketika rindu adalah kau sebut namanya..brgitu pun bila resah dan gelisah terasa..
Mempertahankan niche blog emang berat (eh curcol). Dari niat blog traveling sekarang sukses blog gado-gado. Disaranin bikin blog baru, duh yang ada malah makin ga jelas nanti kapan nulisnya. Mending 1 aja, isi gado-gado, yang penting tetep konsisten terisi.
ReplyDeleteKaya pasangan, cukup 1 aja, tapi bisa segala rupa, dan konsisten dicintai
sama blog aja nggak konsisten gimana sama jodoh. pantes konsisten juga jomblonya.
ReplyDeleteKonsisten itu penting dan gak mudah. Kudu niat bner2 deh
ReplyDeleteSaya mau konsisten nulis fiksi, semoga bneran deh, hehehe
ReplyDeleteMungkin pakai sistem hukuman buat diri sendiri biar lbh konsisten, misal kalau target nulis tdk terpenuhi maka wiken ini dilarang jajan di luar hehe
ReplyDeleteMoga Bab 7nya bisa nambah :D