Ternyata
travelling sendirian ke Semarang dan Solo itu
nggak sesusah yang saya bayangkan, lho. Setelah nekad miskin dengan
gegayaan beli tiket pesawat pergi Jakarta-Semarang, dan Solo-Jakarta, yang terbayang oleh saya adalah bagaimana caranya menekan
budget serendah mungkin untuk bekal saya survival di Semarang, dan Solo. Utamanya di Solo, karena di kota itu saya lumayan lama, tiga hari dua malam. Jadilah misi
travelling murah ke Solo saya canangkan dari beberapa minggu sebelumnya.
Banyak yang bilang Solo itu kota yang murah. Biaya hidupnya tidak begitu tinggi. Dan rasanya memang benar. Setelah dapat
penginapan murah di Semarang, saya semakin yakin akan harapan hidup di Solo bahwa saya
nggak akan gembel-gembel
amat.
Jadi saya membagi beberapa hal dalam
travelling murah ke Solo. Hal-hal ini adalah yang terpenting dalam sebuah perjalanan.
|
Welcome to Solo |
1. Penginapan Nah, peginapan ini berada di urutan pertama dalam
must to do if you want to survive when you fall in love with someone you can’t have travelling to Solo. Iya lah, kalau ini tidak segera dipikirkan, mau tidur di mana coba? Di pangkuanmu? Beruntung ada seorang kawan yang merekomendasikan saya cari penginapan di sekitar RRI, sebuah kawasan tepat di depan Stasiun Balapan. Katanya saya bisa dapat yang 75 ribu semalam, dengan tambahan saya harus sedikit berjuang untuk menolak oknum-oknum yang menawarkan jasa wanita tunasusila.
Sigh. Sayang waktu lagi tanggal tua, eh
gimana?
Sampai mana tadi? Oh iya teman saya salah. Ternyata saya tidak mendapatkan yang 75 ribu. Tapi yang 40 ribu. Iya
seriusan. Saya nyaris salto ala Jayjay Okocha begitu masuk ke sebuah losmen dan harga per kamarnya adalah 40 ribu Rupiah per malam. Tapi kegirangan saya segera kuncup begitu melihat kamarnya. Kenapa? Pertama karena sama sekali tidak ada colokan buat mengisi daya HP. Kedua kamar mandinya di dalam. Iya kamar mandi di dalam, sebuah fasilitas impian para tamu penginapan. Andai saja istilah kamar mandi di dalam ini tidak diterjemahkan setengah-setengah oleh pengelola losmen ini. Kamar mandinya tepat di samping tempat tidur, tanpa dinding.
Gimana, ya? Walaupun bepergian sendiri, tapi mandi telanjang bulat dengan pemandangan langsung ke tempat tidur itu bikin saya berasa ditonton Cleopatra sama dayang-dayangnya. Akhirnya saya batal menginap di sana. Saya memilih hostel di depannya dengan harga 60 ribu per malam. Ada colokan, dan kamar mandi di dalam lengkap dengan dinding. Pas di kantong!
Jadi bagi yang mau
travelling murah ke Solo, jangan khawatir dengan penginapan murah, di sana ada banyak.
2. Transportasi
|
Halte BTS. Selamat menunggu. |
Nih ya, kebanyakan kekhawatiran orang Jakarta kalau mau
travelling ke daerah itu takut susah transportasinya. Ke mana-mana sulit. Di Solo jangan khawatir. Ada BST, Batik Solo Trans. Moda transportasi massal berbentuk bus ini sangat bisa diandalkan. Konsepnya mungkin sama dengan Transjakarta. Rute yang menggurita dan halte yang banyak di tiap titik strategis Kota Solo. BTS juga jadi
feeder bagi bus Damri menuju bandara. Harganya Rp. 4.500. Kondekturnya ramah-ramah, begitu sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya. Oh iya, mereka sebagian besar cewek manis, lho.
Asiq.
Selain BTS, ada becak juga. Ini adalah transportasi dengan kearifan lokal yang juga sangat prima. Awalnya saya takut seperti di Jogja. Di mana kita akan dibawa
muter-muter ke tempat yang bukan tujuan dan akhirnya harus bayar ongkos yang jauh lebih mahal dari kesepakatan awal. Di Solo semua itu tidak terjadi. Jadi sabtu sore itu saya ingin kembali ke hostel setelah jalan-jalan keliling Solo dengan Bus Wisata, ke Keraton, dan Pasar Klewer. Karena bingung mau naik apa, saya memutuskan untuk naik becak dari desa wisata batik Kauman. Saya mengatakan ingin ke Balapan. Si bapak mengiyakan. Setelah sampai, saya bertanya berapa ongkosnya. Eh si bapaknya menjawab,
“Sedikasihnya aja lah saya, mah.”
“Hah? Lha kalau saya kasih lima ribu, piye?” Canda saya.
“Iya. Rapopo kalo memang rejekinya segitu.”
Goks. Zaman sekarang gitu, masih ada yang mau dibayar dengan ikhlas.
Saya tidak bisa cerita berapa yang saya kasih ke bapak penarik becak itu. Yang jelas, hari itu
budget transportasi saya jauh dari
over. Sebuah kemenangan besar.
|
Nggak capek ngejar-ngejar dia? Nggak mau ngasoh dulu sama aku? |
3. Makanan
Saya bertubi-tubi menerima pesanan oleh-oleh Surabi Notosuman. Saya cuekin. Di Jakarta sudah banyak kok yang jual. Lagipula mana ada dipikiran orang yang lagi jalan-jalan dengan budget gembel beli oleh-oleh. Hih. Dan saya pun tidak sempat mencoba makanan ini. Sedih.
Sewaktu di Solo, dalam hal harga makanan dan minuman, saya hanya dikecewakan sekali. Itu pun konyol. Kejadiannya pagi hari, ketika saya sedang mengisi waktu sambil menunggu jadwal keberangkatan saya dengan
Bus Wisata Werkudara di kompleks Stadion Manahan. Ada tiga mahasiswa menghampiri saya dengan membawa dagangan berupa makanan dan minuman. Mereka memperkenalkan diri dan mengaku sedang dalam program
entrepreneur whatever apa
gitu, saya tidak ingat. Mereka menawarkan barang bawaan mereka. Karena memang cuaca panas dan sedikit iba melihat wajah putus asa mereka, saya membeli air mineral kemasan botol kecil. Dan rasa iba saya medadak berganti rasa ingin melaporkan mereka ke YLKI ketika mereka bilang,
“Harganya Rp.20.000, Kak.” Kata mereka dengan nada pengusaha yang melihat prospek cerah dari bisnis air mineral. WHAT!!! Saya mau batal membelinya, tapi apa daya tutup botolnya sudah saya buka. Gila. Bukan masalah di dua puluh ribunya, sih. Masalahnya adalah, mereka menyebut sedang dalam program
entrepreneur, tetapi menetapkan harga di antara tukang asongan, pedangan kaki lima, atau ibu-ibu penjual nasi pecel yang menjual produk serupa dengan harga hanya 3.000-4.000 Rupiah. Helow, mahasiswa!
Sudah-sudah, kita tinggalkan mahasiswa tadi, semoga tahun depan mereka sudah umroh sekeluarga. Selebihnya, makanan di Solo itu murah-murah. Saya sarapan bubur ayam di depan Stasiun Balapan cuma 5 ribu, coba. Makan pecel lele 7 ribu. Nongkrong di angkringan dari jam 9 malam sampai jam 3 pagi dengan kopi dan cemilan tanpa henti habis hanya 20 ribu.
Lalu makan tengkleng di Pasar Klewer plus minum teh kemasan dalam botol, genap cuma 20 ribu. Dan
the best-nya sih ketika dapat rekomendasi untuk makan di Rumah Makan Vien’s. Rumah makan dengan signature-nya nasi timlo dan nasi selat.
Packaging-nya sih restoran, tapi begitu masuk dan melihat menu beserta daftar harga, bawaannya kepingin nraktir teman –teman sekelas waktu TK. Seporsi nasi timlo yang enaknya outstanding, cukup dengan 7.500 Rupiah saja. Laf! Lengkap sudah acara
travelling murah ke Solo saya.
|
Timlo plus nasi. Enak bat, enak... |
|
Rasa bintang lima harga kaki lima yang sesungguhnya. |
Jadi untuk yang mau
travelling murah, Solo bisa jadi pilihan mumpuni. Rasanya kota ini tidak tergerus arus inflasi. Solo travelling ke Solo, cusss…
|
Putra mahkota mah bebas-bebas aja... |