Tuesday, 6 June 2017

Mendaki Lintas Gunung Prau

Akhirnya mendaki gunung lagi setelah terakhir saya mendaki Gunung Ciremai di akhir tahun 2016.

Sejak mendaki gunung menjadi hobi menjamur dan pemandangan puncak gunung menjadi feed wajib di sosmed, Gunung Prau adalah tujuan favorit. Selain aksesnya yang mudah karena berdekatan dengan obyek wisata Dieng, jalurnya yang relatif tidah terlalu sulit, faktor utama penebar pesona gunung ini adalah pemandangannya yang bikin susah move on
Lihat di seberang sana...

Sebelum memutuskan mendaki Gunung Prau, terjadi berbagai ketidakpastian karena cuaca yang tidak menentu dan tragedi memilukan atas meninggalnya tiga pendaki yang tersambar petir di Gunung Prau. Akibatnya gunung ini ditutup untuk pendakian selama beberapa pekan. Tapi di last minute, di saat saya memutuskan untuk mendaki gunung lain, beredar di Instagram bahwa jalur Gunung Prau sudah dibuka kembali. Tanpa ragu langsung pesan tiket bus ke Wonosobo.

Gunung Prau memiliki beberapa jalur. Yang paling terkenal adalah jalur lewat Desa Patak Banteng, dan Dieng. Masing-masing jalur punya keunikan dan kelebihan, dan menentukan di mana nanti kita akan membuka tenda. Awalnya, saya, Centong, dan Ana berencana mendaki via jalur Dieng. Tapi ketika sampai di Lembah Dieng, mobil elf yang kami tumpangi tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai ke Dieng karena saat itu ada acara pawai menyambut bulan suci Ramadhan yang menyebabkan kemacetan total. Beruntung sopirnya berbaik hati menurunkan kami di sebuah tempat istirahat para pendaki di dekat basecamp pendakian Patak Banteng. Rencana pun berubah, kami akan mendaki lewat jalur Patak Banteng. Itu pun harus menunggu sore karena dari siang hujan turun dengan konsisten.

Asyiknya mendaki Gunung Prau lewat jalur Patak Banteng, di antara pos 1 dan 2 masih banyak warung. Jadi kalau istirahat tidak perlu repot-repot bongkar logistik. Rombongan saya mah santai, di tiap warung pasti berhenti untuk makan tempe kemul. Nah dari pos 2 ke sana, jalur mulai menggila dengan kemiringan ekstrem. Tapi karena itu lah jalur menjadi lebih pendek. Dan enaknya lewat Patak Banteng ini, campsite-nya adalah best spot di Gunung Prau untuk menikmati matahari terbit.

Saya bersyukur karena ketika sekitar jam tujuh malam sampai di bukit sunrise, masih sepi dari tenda. Mungkin karena saat itu Gunung Prau baru dibuka kembali, jadi belum banyak pendaki. Saya, dan Centong langsung mengklaim sepetak tanah kosong. Petang itu bulan bersinar lumayan terang, membantu saya mengenali siluet Gunung Sindoro. 
Alhamdulillah, cerah


“Nah, di sini aja nih nendanya. Besok pagi pas buka tenda sambil ngopi pemandangan kita adalah itu.” Tunjuk saya ke arah siluet gagah di seberang sana. 
Ngops dul!

Nah untuk turun, kami memutuskan untuk lintas Gunung Prau. Dengan kata lain melalui jalur berbeda dari titik pendakian. Kami sepakat untuk turun melalui jalur yang tembus ke Dieng. Ada beberapa landscape keren kalau melalui jalur Dieng yang tidak akan ditemukan jika melalui Patak Banteng. Yaitu:

1. Bukit Teletubies
Entahlah, tapi sekarang rasanya hampir setiap obyek wisata berupa gunung pasti memiliki sebuah dataran luas berbukit dengan padang rumput dan disebut ‘bukit teletubies’. Nah kalau mendaki Gunung Prau lewat jalur Dieng ini pendaki akan mengakrabi jalan lumayan landai dan luas dengan hamparan tumbuhan perdu. Diselingi beberapa jalan menanjak. Dari kejauhan akan terlihat hijau rumput langsung beradu dengan kaki langit yang biru. 
In frame: Bukan Tinky Winky dan Po

2. Kandang Banteng 
Ini sebuah tempat teduh dengan beberapa batang pohon. Cocok untuk istirahat dan buka hammock. Berkemah di sini juga asyik kayaknya.

3. Patok Puncak  
Gunung Prau secara resmi tercatat dengan ketinggian 2.565 mdpl. Nah, patok atau tanda kalau kita sudah sampai di puncak ada di sebuah bukit tidak jauh setelah Kandang Banteng. Jadi kalau mendaki lewat Patak Banteng dan turun lewat jalan yang sama, kemungkinan tidak akan menemukan patok ini. Pemandangan di sini di dominasi oleh kawasan wisata Dieng dengan Telaga Warna dan Kawah Sikidangnya. 
Rizal Armada?

4. Basecamp Dieng  
Diliat boleh, dipetik jangan
Ini basecamp yang sangat cantik. Jauh dari kesan seadanya, sebuah image yang biasa melekat pada sebuah pos registrasi sebuah gunung. Gapuranya gagah, bentuk bangunannya artsy dari bambu, ada kebun bunga, dan tulisan landmark ‘Gunung Prau’ berukuran besar. Anak Instagram pasti betah.

Jadi, sudah memutuskan mendaki Gunung Prau lewat mana? Jangan bingung, lewat mana pun keindahan gunung ini stabil, kok =) 

Kamu jangan ke sini, move on-nya susah

Share:

2 comments:

  1. Dulu naik pertama lewat Patak Banteng, saking trauma karena ramai dan rusaknya jalur tersebut, akhirnya tengah tahun kemarin nyobain jalur Wates, Temanggung yang ternyata lebih sepi dan lebih seru tracknya...ahaahha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaa...boleh tuh dicoba via Wates. Ke Wonosobo dulu juga, kah?

      Delete