Monday, 2 October 2017

Berkemah di Bukit Tunggul


Mari buka postingan ini dengan senyum
Kalau lagi malas naik gunung tetapi ingin menikmati hawa pegunungan, berkemah di sebuah tempat yang memiliki suhu sejuk adaah pilihan. Pilihan saya tepatnya. Sebagian orang mungkin memiliki opsi lebih dengan menginap di villa di sekitaran Puncak, tapi itu pasti mahal. Tidak masuk budget saya. Sampai sebegitunya memang miskinnya saya. Maka di suatu akhir pekan sebelum lebaran kurban, saya pergi berkemah ke Bukit Tunggul.

Bukit Tunggul adalah sebuah desa di kawasan Bandung Utara. Sebagian besar wilayahnya adalah perkebunan kina yang dikelola oleh PTPN VIII. Maka dari itu, di sini ada wisata kebun dan produksi kina. Sekilas info soal kina, kina adalah hasil perkebunan tropis yang dahulu laris sebagai obat malaria. Namun, sekarang kina lebih laku sebagai bahan baku kosmetik.

Selain agrowisata kina, Bukit Tunggul juga memiliki wisata lain. Yaitu berupa bumi perkemahan, air terjun, dan beberapa wahana alam buatan. Untuk kawasan perkemahannya, Bukit Tunggul memang tidak semasyhur tempat bertetirah dengan tenda lain di Bandung seperti Ranca Upas di Ciwidey, misalnya.

Untuk berkemah di Bukit Tunggul, aksesnya lumayan memerlukan mobilitas berpindah dari satu moda ke moda angkutan umum lain. Itu belum termasuk terjaminnya ketersediaan dari masing-masing angkutan yang dibutuhkan. Dari Terminal Leuwi Panjang, saya menuju Terminal Ledeng untuk mengambil angkot yang menuju Pasar Lembang. Dari Pasar Lembang, harus naik angkot lagi dengan tujuan Terminal Patrol. Dari Terminal Patrol, baru naik ojek sampai Desa Bukit Tunggul.

Di atas adalah prosedur normal. Saya dan Centong, kawan seperjalanan, harus melanggar proses di atas. Karena dari Pasar Lembang menuju Patrol sulit sekali mencari angkot yang mampu menampung kami berdua plus tas gunung ukuran masing-masing 60 dan 70 liter penuh. Kebanyakan angkot sudah penuh dengan warga sehabis belanja di pasar. Belanjaannya tidak tanggung-tanggung, berkarung-karung, hingga berdus-dus. Akhirnya kami memesan taksi online.
Kebetulan taksi online yang kami pesan driver-nya sedikit gaptek sehingga tidak bisa membca tujuan kami di GPS. Karena kalau dia menegerti ke mana tujuan kami, dipastikan tidak akan mau mengambil pesanan kami. Kabar baiknya kami tidak perlu lagi ke Terminal Patrol, karena dengan fasilitas taksi online ini kami bisa diantar langsung ke lokasi perkemahan di Bukit Tunggul. Kabar buruknya, si sopir kelihatan tidak senang dengan jarak dan medan ke Bukit Tunggul. Jalan yang menanjak, dan rusak menjadi pemicu utama rusaknya hari indah sang sopir. Setelah sampai, kami berkali-kali minta maaf dan melebihkan sedikit dari ongkos yang seharusnya.

Biaya berkemah di Bukit Tunggul dikenakan biaya 35 ribu Rupiah per orang. Mahal sih menurut ukuran saya. Kita bebas memilih spot mana saja untuk mendirikan tenda. Lapor saja di pos yang ada di gerbang kawasan, nanti akan ada orang yang mengantar ke titik yang diinginkan. Kami memlih spot di pinggir danau dan, harus berjalan turun selama kurang lebih sepuluh menit. Walaupun namanya bumi perkemahan, berkemah di Bukit Tunggul jangan khawatir tidak dapat lapak untuk mendirikan tenda.

Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, selain bumi perkemahan dan agrowisata, di Bukit Tunggul juga ada air terjun dan wisata alam buatan. Sayangnya air terjunnya saat itu sedang surut tidak mengalir, mungkin karena saat itu musim kemarau sedang berada pada puncak digdayanya. Ada juga sebuah kolam besar denga beberapa wahana dan spot foto. Seharusnya dikenakan biaya masuk ke sana, tapi entah kenapa ketika saya masuk tidak ada yang memungut. Rejeki. Di bagian tanah yang agak tinggi ada sebuah rumah pohon, sebuah sudut bagus untuk dokumentasi atau swafoto.

Secara keseluruhan, tidak ada yang istimewa di Bukit Tunggul. Memang tempat ini tetap memenuhi standar kalau yang kita cari adalah tempat berkemah dengan hawa pegunungan. Tapi kalau mencari lebih dari itu seperti pemandangan atau hal unik lain, lebih baik ke Ciwidey saja. Kecuali kita memiliki obsesi berlebih terhadap kina.

Walaupun begitu, berkemah di Bukit Tunggul ketika itu saya, dan Centong disuguhi langit penuh bintang. Jadilah kami mencoba-coba ‘menangkap’ Galaksi Bimasakti dalam frame kamera dengan kecepatan rana super rendah. Untuk foto-fotonya, silakan cek Instagram saya di @kening_lebar =)
Share:

4 comments:

  1. Kasian sopirnya Taksi Onlinenya.
    Akibat gaptek terpaksa harus menjalani tanggung jawabnya.
    Tapi ane salut sama itu sopir.
    Salam buat sopir taksi nya mas.

    ReplyDelete
  2. Kata taksi onlinenya "SI ANYIING"

    Btw gue ke Bandung cuma tau daerah hitsnya doang. Jadi gak tau kalau ada tempat kemah gitu huhu. Tapi makasih infonya bangs!

    ReplyDelete
  3. Aihhh...ke Bandung lagi yuk ka Yos

    ReplyDelete