Bingung rasanya kalau mau jalan-jalan tapi budget terbatas. Tanggal tua pula. Pilihannya adalah cari gratisan, atau piloh tujuan yang murah meriah. Kecuali saya adalah seorang seleb medsos yang punya pengikut militant dengan jumlah banyak, rasanya pilihan kedua adalah yang paling realistis.
Bogor adalah kota pertama dalam daftar tujuan saya. Di sana pilihannya beragam. Ada gunung, wisata alam, atau sekedar keliling kota menikmati kuliner. Setelah menimbang-nimbang dan browsing sana sini, akhirnya saya memutuskan untuk main air ke Curug Ciampea. Dari Kota Bogor letaknya tidak terlalu jauh, ke arah Tenjolaya dekat kaki Gunung Salak.
Walaupun dekat dengan Jakarta, rasanya sulit untuk mencapai curug ini dengan angkutan umum. Karena dari jalan utama menuju lokasi harus memasuki kawasan yang tidak di lalui angkutan umum dengan medan curam, dan kondisi jalan yang tidak seluruhnya terlapisi aspal. Untuk menuju Curug Ciampea, saran saya bawa kendaraan pribadi. Kalaupun tetap memaksakan naik angkutan umum, bersiap saja merogoh kocek lebih dalam untuk naik ojek atau carter angkot.
Saya ke sana menggunakan motor, ala ala touring gitu. Pegal-pegal sudah pasti karena saya, sebagai pihak yang dibonceng, harus beberapa kali turun dan membantu mendorong motor supaya kuat menanjak. Tanjakan terparah adalah sesaat sebelum sampai ke pintu gerbang Curug Ciampea. Saya sempat terperosok karena ban motor yang selip dan jalan yang menanjak dengan sudut kemiringan cukup tajam. Sempat shock dan malu. Shock karena sebelah kiri adalah jurang, dan malu karena jadi tontonan anak-anak SD yang baru pulang sekolah.
Harga tiket masuknya lumayan menurut saya, Rp. 20.000/orang. Itu belum termasuk parkir Rp. 5.000/motor. Tetapi melihat sedang banyak perbaikan sarana, terutama akses jalan di sini, saya jadi maklum.
Dibutuhkan trekking kurang lebih 30 menit menuju lokasi Curug Ciampea. Jalannya cukup bersahabat karena landai dan dinaungi hutan pinus. Berjalan lah sepagi mungkin, supaya belum terlalu ramai jika datang di akhir pekan. Selain kita bebas memilih spot mana saja, datang lebih pagi memungkinkan air curug masih jernih. Dari kejauhan, sudah terlihat sebuah cerukan berisi air. Begitu jernih hingga dasarnya yang berbatu koral bisa terlihat.
Tanpa pikir panjang banyak drama, saya langsung ganti setelan baju yang lebih minim untuk berenang. Incaran saya sudah tentu cerukan yang tadi saya lihat dari atas. Jadi ingat film Power Rangers The Movie terbaru, ketika para Rangers menemukan markas Zordon dengan cara loncat ke sebuah telaga. Saya pun melakukannya, loncat dari atas lagon tersebut dengan tinggi tiga meteran. Wuih, segar!
Sayangnya waktu itu Curug Ciampea sedang minim debit air karena ujung kemarau masih melanda. Walaupun begitu, semakin siang pengunjung yang datang semakin banyak. Bahkan ada wisatawan asing yang terlihat antusias dengan curug ini.
Malas basah-basahan? Tenang, bisa buka hammock karena banyak pepohonan yang cocok untuk leyeh-leyeh and forget about all problems! Saya malah hammocking di hutan pinus, gelar matras, seduh mie instan, sambil ngopi.
Jangan kesorena ya kalau mau ke Curug Ciampea, karena demi keamanan curug ini hanya dibuka hingga jam lima sore. Dan di seputar Curug Ciampea, banyak curug-curug lainnya sebagai alternatif. Ke depannya saya rasa kawasan ini semakin terkenal dengan wisata alam airnya.
Jadi kalau akhir pekan tapi kantong cekak buat liburan, sudah tahu kan mau ke mana? =)
Bogor adalah kota pertama dalam daftar tujuan saya. Di sana pilihannya beragam. Ada gunung, wisata alam, atau sekedar keliling kota menikmati kuliner. Setelah menimbang-nimbang dan browsing sana sini, akhirnya saya memutuskan untuk main air ke Curug Ciampea. Dari Kota Bogor letaknya tidak terlalu jauh, ke arah Tenjolaya dekat kaki Gunung Salak.
Walaupun dekat dengan Jakarta, rasanya sulit untuk mencapai curug ini dengan angkutan umum. Karena dari jalan utama menuju lokasi harus memasuki kawasan yang tidak di lalui angkutan umum dengan medan curam, dan kondisi jalan yang tidak seluruhnya terlapisi aspal. Untuk menuju Curug Ciampea, saran saya bawa kendaraan pribadi. Kalaupun tetap memaksakan naik angkutan umum, bersiap saja merogoh kocek lebih dalam untuk naik ojek atau carter angkot.
Saya ke sana menggunakan motor, ala ala touring gitu. Pegal-pegal sudah pasti karena saya, sebagai pihak yang dibonceng, harus beberapa kali turun dan membantu mendorong motor supaya kuat menanjak. Tanjakan terparah adalah sesaat sebelum sampai ke pintu gerbang Curug Ciampea. Saya sempat terperosok karena ban motor yang selip dan jalan yang menanjak dengan sudut kemiringan cukup tajam. Sempat shock dan malu. Shock karena sebelah kiri adalah jurang, dan malu karena jadi tontonan anak-anak SD yang baru pulang sekolah.
Harga tiket masuknya lumayan menurut saya, Rp. 20.000/orang. Itu belum termasuk parkir Rp. 5.000/motor. Tetapi melihat sedang banyak perbaikan sarana, terutama akses jalan di sini, saya jadi maklum.
Dibutuhkan trekking kurang lebih 30 menit menuju lokasi Curug Ciampea. Jalannya cukup bersahabat karena landai dan dinaungi hutan pinus. Berjalan lah sepagi mungkin, supaya belum terlalu ramai jika datang di akhir pekan. Selain kita bebas memilih spot mana saja, datang lebih pagi memungkinkan air curug masih jernih. Dari kejauhan, sudah terlihat sebuah cerukan berisi air. Begitu jernih hingga dasarnya yang berbatu koral bisa terlihat.
Tanpa pikir panjang banyak drama, saya langsung ganti setelan baju yang lebih minim untuk berenang. Incaran saya sudah tentu cerukan yang tadi saya lihat dari atas. Jadi ingat film Power Rangers The Movie terbaru, ketika para Rangers menemukan markas Zordon dengan cara loncat ke sebuah telaga. Saya pun melakukannya, loncat dari atas lagon tersebut dengan tinggi tiga meteran. Wuih, segar!
Sayangnya waktu itu Curug Ciampea sedang minim debit air karena ujung kemarau masih melanda. Walaupun begitu, semakin siang pengunjung yang datang semakin banyak. Bahkan ada wisatawan asing yang terlihat antusias dengan curug ini.
Malas basah-basahan? Tenang, bisa buka hammock karena banyak pepohonan yang cocok untuk leyeh-leyeh and forget about all problems! Saya malah hammocking di hutan pinus, gelar matras, seduh mie instan, sambil ngopi.
Jangan kesorena ya kalau mau ke Curug Ciampea, karena demi keamanan curug ini hanya dibuka hingga jam lima sore. Dan di seputar Curug Ciampea, banyak curug-curug lainnya sebagai alternatif. Ke depannya saya rasa kawasan ini semakin terkenal dengan wisata alam airnya.
Jadi kalau akhir pekan tapi kantong cekak buat liburan, sudah tahu kan mau ke mana? =)
Jadi, kalau aksesnya seperti itu mobil sudah bisa lewat belum Mas?
ReplyDeleteBtw, fotonya kurang banyak:D
Bisa Mbak. Tapi nggak sampai atas, jadi mesti jalan kaki lebih jauh.
DeleteSengaja, untuk foto lebih banyak sila follow instagramku @kening_lebar. Nanti difolbek =)
Boleh juga tu, buat mwngisi akhir pekan
ReplyDeletekayaknya asik nih curugnya pake treking segala
ReplyDeleteDuh bikin deg2an yaa perjalanannyaa..pake dorong2 duluu..
ReplyDeleteKubelum tahu kalau liburan mau kemana? Nunggu yg ngajak aja, ga kebayang kalau liburan seorang diri, hayati pasti kesepian...pengen atulah kali2 diajak ke daerah yang ada curugnya, pengen semedi dibawah air terjun *lho
ReplyDeleteIni yang sepanjang jalan ngemut susu kental manis yang bukan susu, ya?
ReplyDeleteWah, penasaran nih eeeh tapi kayaknya foto dan ceritanya kurang banyak nih hehehe...banyak pertanyaanku nih mas :) Mau deh ke Curug Ciampea, tapi belum jelas gimana2nya. Nanti kalau udah lengkap aku mau baca lagi yach, tq mas Kening Lebar :D
ReplyDeletewkwkwkw... pengalaman berharga tu mas, terperosok dan dijadikan tontonan anak2 SD hehe.. kayaknya pemandangannya indah tuh proses ke curugnya, kalau diabadikan juga dan dimasukkan ke tulisan ini. SOalnya pengalaman pas ke curug di Batu, pemandangan selama perjalanan cantik untuk diabadikan
ReplyDelete