Dengan berbekal tiket nonpromo dari maskapai yang memiliki tagline ‘Now Every Heart Can Fly….Pas Lagi Sayang-sayangnya’, saya bisa ke Kamboja. Ke Kota Siem Reap tepatnya. Mengapa Siem Reap? Karena saya ingin melihat secara langsung sebuah warisan budaya dunia, kompleks candi Budha terbesar di dunia, Angkor Wat. Sambil berharap semoga jejak-jejak Angelina Jolie pas syuting Tomb Raider masih ada di sana. Wangi-wanginya kalo masih ada kan lumayan.
Siem Reap bukan kota utama di Kamboja. Bisa dilihat dari bandaranya yang kira-kira hanya seukuran lima Sevel dijadiin satu. Enggak persis segitu, sih, tapi sudahlah. Bandara di sini menawarkan jasa antarjemput dari dan ke pusat kota. Ada taksi, minivan, dan tuktuk. Namanya saya jalan-jalan ke sini pakai budget minim, pilihan saya adalah tuktuk. Harganya 15USD keukeuh gabisa kurang, emak-emak juga putus asa kali nawarnya. Buseh. Jadi saya berjalan ke luar bandara yang ternyata jaraknya cuma beberapa meter. Di luar pagar banyak kang tuktuk yang menawarkan jasa, ke hostel yang sudah saya booking, setelah tawar menawar alot dan duet nyanyi lagu Mantan Terindahnya Raisa, terjadilah keseimbangan harga antara saya dan kang tuktuk di angka 5USD. Jauh kan perbedaannya dengan tuktuk di dalam bandara?
Nah kang tuktuk ini adalah kuntji untuk keberlangsungan perjalanan saya di Siem Reap. Ketika menurunkan saya di hostel, dia menawarkan untuk mengantarkan saya tur ke Angkor Wat seharian penuh. Harga yang dia propose adalah 20USD. Kalau saya baca dibeberapa situs, harga pasarannya memang segitu sih. Mahal. Karena saya hanya sendiri. Nekat nawar, ah! Dengan Bahasa Inggris seadanya, ditambah logat Inggris kang tuktuk saya ini yang aneh, saya berhasil menawar hingga harga turun menajadi 15USD. Hemat 5 dollar. Untuk saya yang every penny is breath to life, bisa hemat segitu dari budget berasa pengen tumpengan aja. Oke. Akhirnya, Ra, nama kang tuktuknya, berjanji menjemput saya di tempat yang sama jam setengah 5 pagi paling lambat supaya keburu untuk sunrise tour.
Pantes Bruce Wayne tajir melintir, usahanya di mana-mana anjir! |
Ada alasan tertentu kenapa kalo mau sunrise tour kudu bangun lebih pagi dari ayam pelung. Pertama, kalo belum punya tiket harus beli dulu di loket yang jaraknya dari Angkor Wat sendiri itu lumayan. Jadi harus antri. Kesiangan dikit aja mungkin saya harus antri dan sikut-sikutan kombinasi sliding tackle sama bule-bule. Dan saya pasti kalah, secara badan mereka yang dua-tiga kali lebih solid dari saya. Harga tiket untuk masuk ke Angkor Wat:
- 1 day tour, 37USD
- 2 day tour, 60USD
- 3 day tour, 72USD
Untuk harga yang 2, dan 3 hari saya lupa persisnya berapa. Tapi enggak jauh dari kisaran segitu. Saya ambil yang paket 1 hari saja, sesuai itinenary. Itupun rasanya mahal, sih. Tapi yah, namanya juga warisan budaya dunia, worth it lah. Oh iya, jangan lupa dandan yang menor sebelum beli tiket, karena nanti kita difoto dan dicetak di tiketnya. Jangan sampai hilang ya tiketnya, karena itu adalah key pass buat masuk ke keseluruhan Angkor Wat.
Alasan ke dua kenapa harus berangkat sepagi mungkin adalah, biar dapet spot yang strategis untuk menyaksikan matahari terbit dari balik stupa-stupa Angkor Wat. Jadi spot terbaiknya itu ada di pinggir sebuah kolam. Nah, buru-buruan deh tuh biar jadi orang yang persis tepat di pinggir kolam wich means, itu paling depan. Saya alhamdulillah dapet di paling depan, cuma memang agak pinggir. Daripada kebagian di belakang, ya wassalam karena bule-bule badannya tinggi-tinggi sangat, dan pada ngerangkul pasangan. Ngiri, anjir!
- 1 day tour, 37USD
- 2 day tour, 60USD
- 3 day tour, 72USD
Untuk harga yang 2, dan 3 hari saya lupa persisnya berapa. Tapi enggak jauh dari kisaran segitu. Saya ambil yang paket 1 hari saja, sesuai itinenary. Itupun rasanya mahal, sih. Tapi yah, namanya juga warisan budaya dunia, worth it lah. Oh iya, jangan lupa dandan yang menor sebelum beli tiket, karena nanti kita difoto dan dicetak di tiketnya. Jangan sampai hilang ya tiketnya, karena itu adalah key pass buat masuk ke keseluruhan Angkor Wat.
Alasan ke dua kenapa harus berangkat sepagi mungkin adalah, biar dapet spot yang strategis untuk menyaksikan matahari terbit dari balik stupa-stupa Angkor Wat. Jadi spot terbaiknya itu ada di pinggir sebuah kolam. Nah, buru-buruan deh tuh biar jadi orang yang persis tepat di pinggir kolam wich means, itu paling depan. Saya alhamdulillah dapet di paling depan, cuma memang agak pinggir. Daripada kebagian di belakang, ya wassalam karena bule-bule badannya tinggi-tinggi sangat, dan pada ngerangkul pasangan. Ngiri, anjir!
Punya saingan banyak pedekate ke gebetan? Inget aja saingan buat liat sunrise di Angkor Wat. |
Setelah menyaksikan matahari terbit, saya masuk ke dalam kompleks Angkor Wat. Ternyata stupa-stupa tinggi yang saat sunrise tadi masih berbentuk siluet, bisa dinaikin sampai ke puncaknya loh. Asal sabar ngantrinya aja. Udah gitu harus naik tangga yang curam dan enggak sedikit. Ada baiknya berhati-hati dan sebisa mungkin tetap di keramaian, karena di beberapa titik, ada semacam labirin yang lumayan bikin parno.
Kalau kata lidah Kamboja, "Sanray!" |
Abis sunrise Angkor Wat, Mr. Ra mengantar saya ke bagian kompleks Angkor Wat yang lain. Yaitu Angkor Thom. Kirain Angkor Thom ini cuma satu candi, ternyata ini adalah merupakan sebuah komplek candi. Jadi Angkor Thom itu berada di dalam komplek Angkor Wat, dan di dalamnya ada komplek lagi. Set dah, niat banget emang Raja Jayavarman II waktu ngebangun nih candi. Mr. Ra menurunkan saya di pintu masuk Angkor Thom. Dia mengeluarkan peta dan menunjuk titik di ujung Angkor Thom untuk kita bertemu. So sweet banget, akhirnya saya ada yang nungguin. Walaupun konsep ‘ditungguin’ yang saya harapkan sebetulnya bukan itu.
“I’ll waiting you, here.” Tunjuknya di sebuah peta. Telunjuknya mengarah ke sebuah titik kecil di ujung atas.
“Here? What is it?” Ulang saya.
“Toye.”
“Hah? Toye?”
“Yes, Toye. Emmrgghh…emrgghhh…” Katanya, dan seperti tahu saya kebingungan, dia menirukan gesture jongkok sambil ngeden.
“Ohhh…toilet?”
“YAHHH. TOYE!”
Ternyata pelafalan orang Kamboja atas toilet itu ‘toye’. Oke. Ditungguin kang tuktuk di toilet. Normal, kok. NORMAL. Kalem.
“I’ll waiting you, here.” Tunjuknya di sebuah peta. Telunjuknya mengarah ke sebuah titik kecil di ujung atas.
“Here? What is it?” Ulang saya.
“Toye.”
“Hah? Toye?”
“Yes, Toye. Emmrgghh…emrgghhh…” Katanya, dan seperti tahu saya kebingungan, dia menirukan gesture jongkok sambil ngeden.
“Ohhh…toilet?”
“YAHHH. TOYE!”
Ternyata pelafalan orang Kamboja atas toilet itu ‘toye’. Oke. Ditungguin kang tuktuk di toilet. Normal, kok. NORMAL. Kalem.
Gerbang Angkor Thom |
Di Angkor Thom, candi paling besar adalah Candi Bayon. Selain stupa-stupa yang menjulang tinggi, di sini juga banyak patung empat wajah Budha yang menghadap empat penjuru mata angin. Lorong-lorongnya sangat sempit, dan kalau mau naik turun lewat tangga yang sudut kemiringannya lumayan ekstrim. Untuk yang punya phobia ketinggian bakalan punya masalah besar di sini. Selain Candi Bayon, ada beberapa candi lagi yang tingginya enggak kira-kira. Misalnya Candi Baphuon, yang punya tiga tingkat. Saran saya, bawa bekel makanan dan terutama minuman dari luar. Di dalem komplek Angkor Wat, harganya mahal. Masa sebotol air mineral ukuran paling kecil aja 1USD. Kalo inget dikerupiahin kan jadi 13.500IDR, rasanya pengen ngegamparin Thor, ama Hulk sekaligus terus teriak, “LO PIKIR SUMBER AER YANG SEKARANG SO DEKAT PUNYA BAPAK MOYANG LO?”
Candi Bayon |
Abis dari Angkor Thom, Mr. Ra mengajak saya keliling ke bangian komplek Angkor Wat lain. Entah ini keberuntungan atau emang Mr. Ra aja yang kelewat inisiatif, tiap ada reruntuhan candi yang menurut saya biasa aja bahkan nggak menarik, dia berhenti dan menyarankan untuk turun. Awalnya saya kira memang ada yang spesial, tapi seringnya sih cuma bongkahan batu biasa. Pernah dia berhenti di depan sepotong batu besar yang sepertinya bagian sebuah candi terpisah. Saya nggak mau. Apaan, di tengah semak-semak gitu. Narsis kagak, kena ulet bulu iya!
Ada pula sebuah candi yang sudah rata, lantainya doang. Mr. Ra bersikeras saya harus ke sana. Dia berhenti di tepi jalan menunggu saya. Saya nyebrang lumayan jauh, mana cuaca Siem Reap saat itu lagi cemburu-cemburunya (panas-panasnya). Pas liat candinya, nggak ada apa-apa. Rata. Cumana da patung hewan mitologi kayak singa. Yeah, I walk just for it. Capek deh.
Tenaga saya baru setengah hari udah drop banget. Ini nih jeleknya jalan sendiri, capek tuh berasa banget. Enggak ada yang bisa diajak sambil bercanda, atau minimal maen tebak-tebakan biar capek enggak berasa. Saya enggak yakin Mr. Ra ngerti kalau saya kasih tebakan, “Nasi nasi apa yang digoreng, hayo?”
“Sir, this is Big Tree Temple!” Katanya membangunkan saya yang setengah tertidur.
“Big Tree Temple!”
“Is it good?”
“Yeah. Tomb Raidey!”
Demi napak tilas sosok Angelina Jolie, saya pun menghimpun tenaga menuju Big Tree Temple. Jauh dong dari pintu masuknya. Hadeuh. Saya lupa nama resminya dalam Bahasa Kamboja nama candi ini. Tapi ini emang saya akui unik sih. Candi-candi di sini runtuh sebagian besar bukan olehwaktu, tapi karena banyak akar pepohonan berukuran gigantis yang tumbuh di dasar, atau di atasnya jadi kesannya ini candi kayak yang nimbul dari dalam tanah. Ada spot paling laris buat foto, ya mana lagi kalau bukan tempat si Lara Croft nemuin jalan masuk di dekat sebuah akar pohon besar yang menjuntai.
Ada pula sebuah candi yang sudah rata, lantainya doang. Mr. Ra bersikeras saya harus ke sana. Dia berhenti di tepi jalan menunggu saya. Saya nyebrang lumayan jauh, mana cuaca Siem Reap saat itu lagi cemburu-cemburunya (panas-panasnya). Pas liat candinya, nggak ada apa-apa. Rata. Cumana da patung hewan mitologi kayak singa. Yeah, I walk just for it. Capek deh.
Tenaga saya baru setengah hari udah drop banget. Ini nih jeleknya jalan sendiri, capek tuh berasa banget. Enggak ada yang bisa diajak sambil bercanda, atau minimal maen tebak-tebakan biar capek enggak berasa. Saya enggak yakin Mr. Ra ngerti kalau saya kasih tebakan, “Nasi nasi apa yang digoreng, hayo?”
“Sir, this is Big Tree Temple!” Katanya membangunkan saya yang setengah tertidur.
“Big Tree Temple!”
“Is it good?”
“Yeah. Tomb Raidey!”
Demi napak tilas sosok Angelina Jolie, saya pun menghimpun tenaga menuju Big Tree Temple. Jauh dong dari pintu masuknya. Hadeuh. Saya lupa nama resminya dalam Bahasa Kamboja nama candi ini. Tapi ini emang saya akui unik sih. Candi-candi di sini runtuh sebagian besar bukan olehwaktu, tapi karena banyak akar pepohonan berukuran gigantis yang tumbuh di dasar, atau di atasnya jadi kesannya ini candi kayak yang nimbul dari dalam tanah. Ada spot paling laris buat foto, ya mana lagi kalau bukan tempat si Lara Croft nemuin jalan masuk di dekat sebuah akar pohon besar yang menjuntai.
Big Tree |
Big Tree Temple adalah candi terakhir yang saya kunjungi. Padahal baru setengah hari, sedangkan saya sudah deal dengan Mr. Ra untuk mengantar seharian penuh. Tapia pa daya, kaki udah gempor, napas senen-kemis, dan hati rindu tapa kikis. Eak. Saya menyerah. Lelah.
Saya meminta Mr. Ra untuk mengantar saya kembali ke penginapan. Dia mah happy aja, lha wong ongkos sehari tapi dia cuma narik setengah hari. Intinya, kalau mau ke Angkor Wat sendirian, paling enggak persiapkan ini:
1. Fisik. Boleh lah exercise lari-lari kecil sebelum ke sini, biar enggak kaget-kaget amat.
2. Duit lebih. Jelas, ya. Sendirian berarti ongkos tuktuk full ditanggung sendiri.
3. Selalu berhati-hati. Sendirian bakal jadi sasaran empuk buat kang dagang buat maksa-maksa.
4. Enjoy the moment.
Di perjalanan kembali ke Kota Siem Reap, saya tertidur. Lalu mimpi dan melihat sesuatu. Indonesia. Ah, rindu.
Rata-rata yang motret Angkor Wat pasti pas pagi, jarang banget ada yang mengeksplor dalamnya hhahahaha.
ReplyDeleteIya, Mas. Kalo di candi utamanya memang atraksi utamanya sunrise tour.
DeleteWah seru baca ceritanya,mas. Jadi tiket masuknya juga ga jauh beda dgn warisan budaya dunia Candi Borobudur ya. Tp kalo disana dibedakan gak,warga lokal dan WNA harganya?
ReplyDeleteOya, sudah nonton film First They Killed My Father belum? Itu juga ada bau baunya Angelina Jolie. Hehe.
Salam kenal, Dede
Setahu saya di list harga tiket di loketnya tidak ada harga khusus untuk warga lokal, dan WNA. Dan, kecuali kang tuktuk atau guide lokal, tidak ada saya temui warga asli Kamboja yang segaja berkunjung untuk wisata. Kayaknya harga segitu terlalu mahal buat mereka. Ironis, ya?
DeleteWah saya belum nonton. Coba deh nanti kucari filmnya. Terima kasih banyak infonya ya, Mbak. Dan makasih juga sudah berkunjung. =)
Nah film First They Killed My Father ini saya juga baru tau karena supir tuk-tuknya figuran di film ini, dia kasih liat fotonya sama Angelina Jolie
DeleteRgds,Flo
Mas Iqbal, di Kamboja ada bunga Kamboja gak?
ReplyDeleteCerita seru! Akhirnya, beneran juga berangkat ke negara asean! Naek gunung lagi, gih. Bosen kali, nabung buat ke asean lagi. :p
Btw. 1 dolar sana, brp rupiah? Biar saya bisa mengira-ngira semahal apa yg mas iqbal katakan di atas. Yah, ga pertamax. :'(
1 USD= 4.000 KMR (Kamboja Riel= 13.500 IDR. Dan di sana jarang ada barang yang di bawah 1USD. Dan kalo kita nanya harga suatu barang, pasti dijawab dengan mata uang USD, bukan mata uang lokal =(
Delete1 USD= 4.000 KMR(Kamboja Riel= 13. 500 IDR. Dan jarang ada barang seharga di bawah 1USD. =(
DeleteWahh kerrn2 candi di Kambojaa..
ReplyDeleteKamboja emang salah satu negara Asean yg memprihatinkan. Lebih parah dr Indonesia...
Sunraynya ok tapi yah tetap sunray di Labuan Bajo lebih bagus wakakak
Ya sunray di Indonesia emang nggak akan pernah ada lawannya =)
DeleteYa sunray di Indonesia memang belum ada lawannya =)
DeleteRebutan lihat sunrise ampe segitunya ya, kaki-kaki bejejer rapat. Kapan ya bisa ke sana, semoga suatu saat bisa ke sana bareng keluarga, aamiin
ReplyDeleteAmiinnn. Saya turut mendoakan. Semoga ada maskapai yang langsung ke sana supaya lebih mudah, dan murah =)
DeleteKe Kamboja mayan uga ya, soalnya make USD, jadi berasa banget pasti pas bayarnya.
ReplyDelete.
.
.
YAIYALAH MASA BAYARNYA PAKE RUPIAH.
Bukan mayan lagi. Kalo menuru saya Kamboja itu itungannya mahal =(
DeleteWah naik tuktuk cuman sendirian mas, sayang bgt yah, coba rame2 bisa tuh spanjang jlan ngeluarin tebak2an.
ReplyDeleteAku kok agak takut ya klo dnger Kamboja, bukan, bukan karna itu nama bunga yang suka dikuburan, tapi lebih ke pernah baca sejarah nya lebih kelam dr Indonesia. Tapi setelah baca pengalaman mas, gak terlalu serem kayaknya.
Wah aku suka big tree templenya,unik banget ya,semoga gak cepet rusak itu krna akar2 pohon yang makin panjang.
Kamboja salah satu negara yang udah damai dengan masa lalunya. Jadi udah nggak serem lagi. Tapi tetep kudu hati-hati, ya =)
DeleteToye.. Mayan mampir di mari tau arti toye 😁😁😁😁😁
ReplyDeleteWkwkwk ... akhirnya ada yang yang nungguin, meskipun ditunggunya di TOYE ^~^ ups!
ReplyDeleteDimana-mana yang dicari sunrise. Memang indahnya kekuasaan Allah tiada tandingannya. Bahkan rela berjejer dan berhimpit dipinggir kolam. Takutnya kalau enggak hati-hati, malah kejebur, deh, hehehe...
alhamdulillah setelah baca tulisan ini, aku merasa tercerahkan perihal tempat dimana tomb raider, filmnya angelina jolie dibikin, ternyata di angkor wat ^^
ReplyDeleteMantap betul ini bang yos, plesiran akhir tahunnya ke luar negeri, kapan ya kira-kira aku bisa begitu? Plesiran ke luar negeri juga ^^
Kok foto sunrisenya gak diposting juga bang, di tulisan??? Padahal a penasaran juga bagaimana keindahan sunrise di angkor wat, apakah keindahannya sama dengan sunrise di pegunungan atau di borobudur??
Lah itu kan diposting yang gambar siluet candi. Mungkin karena mataharinya ketutup awan kali, ya =(
DeleteCerita ke kamboja yang bikin Kening Lebar Kao sebelum puncak klimaks nya.
ReplyDeleteTapi saya yakin, mas ini capeknya karena ulah mas Tuktuk yang maksain untuk ke tempat Bekas batu dan Candi yg rata dengan tanah.
Hehehe, jadi tenaga sudah duluan terbuang disitu.
Dandan yg menor hihihi
ReplyDeleteBtw sepertinya ini lokasi cocok tuk foto ala ala ya..
Bagusnya bawa teman yg pintar moto, trus kitanya berdandan ala ala gt
Hahaha...
Soalnya sy klu jalan suka foto foto gt
Sok sok pemotretan model wakakakwakakaka
Eh tp mmg ya saat sblum jalan tenaganya besaaaar
Pas udah jalan..eh mudah capek, pinggang sakit dan lemas...tp klu ada teman lumayan bisa buat semangat selain krn gengsi jg hehe
T3menku sesama backpacker malah pingsan dipuncak tertinggi Angkor Wat. Mana badannya gede lagi. Untung ada petugas pariwisata yang berjaga buat ngebantu. Kumayan lama, sampe setengah jam sampai sadar bener
ReplyDeleteLah serem. Iya, untungnya di Angkor Wat ini selalu ada petugas di setiap sudut. Saya bahkan sempet minta minum ke mereka =)
DeleteKeren Ms Yos bisa solo traveling. Ke Angkor Wat pula. Tapi kalau dibaca pengalaman di atas, kayaknya Ms Yos bukan tipe pejalan sendiri. Bakal kesepian dan mudah lelah jadinya =D Untung pernah nonton filmnya, jadi sedikit-sedikit bisa membayangkan lokasi Angkor Wat yang dimaksud.
ReplyDeleteSaya misalnya ke Angkor Wat kayaknya gak bisa eksplor banyak, deh. Habisnya saya phobia ketinggian. Hihihi. Pernah ke candi kecil deket rumah, nyoba naik, eh sambil ngesot-ngesot saya pas mau turun. Huahaha..
ReplyDeleteBtw candinya bagus-bagus ya. Tulisan perjalanannya juga asyik dibaca :)
Tapi dilihat dari bawah aja udah bangus banget kok, Mbak Angkor Wat ini. Dan terima kasih untuk meluangkan waktu membaca tulisan ini. =)
DeleteIni sebenernya lanjutan lebih luas dari tulisan gue ya? Pas lagi sendirian, orang di tulisan gue larinya ke cafe. Ini ke Kamboja.
ReplyDeleteTapi ya apa perlu nyari pelarian sepi sejauh itu, Mas?
MashaAllah ..
ReplyDeleteDi belahan bumi Allah yang lain ada keindahan alam (dan sejarah) seindah ini.
Keren banget, mas...
Liat matahari terbit, kuyakin mereka gak pada mandi. Sampe segitunya ya antrian kaki2nya
ReplyDeleteItu pohonnya jg bneran gedhe. Akarnya sampai gitu
Matahari terbit memang atraksi utama di Angkor Wat. Jadi sayang banget kalo sampe nggak liat.
DeleteWaa seru banget jalan-jalannya. Gak mau ajak aku gitu? Btw, Kamboja tourist friendly gak? Terus-terus travelling costnya berapa kemarin? wkwkwk penasaran pengen banget juga ke sanaaa.
ReplyDeleteDi Siem Reap sih friendly banget. Karena mungkin di sana memang daerah wisata Kamboja yang go internasional, ya. Kalau di Pnom Penh, harus hati-hati, Mbak. Kabar yang beredar sih banyak scam di sana.
Deleteseru banget masukin list bersama pasangan, eaa. biar ada yang nyemangatin pas jalannya. Bagus ya nggak kebayang sunrise di sana
ReplyDeleteBig treenya cantik bgt itu. Dan candi bayonnya dalemannya isinya apa ya mas? Pemandangannnya gimana? Kayanya bagus untuk liburan kesana
ReplyDeleteKalau di Candi Bayon kebanyakan isinya patung 4 wajah Budha.
DeleteAda candi2. Juga ..ya.., mungkin peradaban Asia tenggara agak2 mirip.. perjalanan yg asyik..beda
ReplyDeletePadahal org kini banyak ingin ke Jepang, Korea,bejing...
Ada temen yang ngajak ke Kamboja...Saya pikir ngapaim ke Kamboja..hehe..ternyata kalau traveler asli mah tau kalau traveling di Kamboja itu asyiknya beda :)
ReplyDeleteHehehehe...coba aja, Mbak. Asyik, kok.
Delete