Energi. Sebuah sumber daya yang mutlak dibutuhkan untuk keberlangsungan kehidupan. Salah satu sumber energi terbesar yang digunakan manusia berasal dari minyak bumi. Manusia melakukan eksplorasi, dan eksplotasi tanpa henti sumber daya yang terbentuk dari fosil jutaan tahun silam ini untuk kemudian diolah menjadi berbagai macam produk, dan bahan bakar adalah komoditas yang paling mendominasi.
Masalahnya adalah sumber daya tersebut tidak dapat beregenerasi atau tidak bisa terbarukan. Sedangkan kuantitas sumber daya manusia tidak terbatas. Bahan bakar fosil terus menyusut, cadangan minyak mentah dalam perut bumi mau tidak mau berkurang seiring semakin besarnya upaya manusia membangun industri dan konsumsi.
Apa tandanya manusia harus segera menyudahi, atau setidaknya, membatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini? Indikator sederhananya bisa dilihat dari negara penghasil minyak terbesar di dunia, Arab Saudi. Negeri Petro Dollar ini sekarang mulai mencari pemasukan lain di luar migas untuk menjaga stabilitas perekonomian, misalnya dengan menggenjot sektor pariwisatanya. Mereka mulai membuka diri, mencoba fleksibel dengan budaya agar masyarakat dunia luar tertarik datang untuk tamasya. Contoh lain datang dari negara tetangga kita, Brunei Darussalam. Negara monarki yang tajir melintir karena minyaknya yang melimpah itu, kini sudah berpikir untuk memotong tunjangan warganya demi menyelamatkan ekonomi negara yang goyah karena cadangan minyaknya menipis. Dalam jangka panjang, jika ini terus terjadi, maka kedua negara tersebut akan mengurangi ekspor minyak mereka. Ekspor berkurang, maka peredaran minyak dunia akan menurun di tengah permintaan yang tetap tinggi. Akibatnya terjadi kenaikan harga, dan kita semua tahu apa multiply effect dari naiknya harga minyak dunia.
Memang harus ada ‘teriakan’ “do something!”. Arab Saudi, dan Brunei hanya dua contoh kecil bahwa ketergantungan manusia akan sumber daya hayati unrenewable ini merupakan masalah serius. Sinyal ini harus ditangkap betul oleh semua produsen, dan konsumen bahan bakar fosil.
Ada beberapa cara supaya manusia, setidaknya, tidak kehabisan energi tak terbarukan ini sebelum energi alternatif ditemukan.
Masalahnya adalah sumber daya tersebut tidak dapat beregenerasi atau tidak bisa terbarukan. Sedangkan kuantitas sumber daya manusia tidak terbatas. Bahan bakar fosil terus menyusut, cadangan minyak mentah dalam perut bumi mau tidak mau berkurang seiring semakin besarnya upaya manusia membangun industri dan konsumsi.
Apa tandanya manusia harus segera menyudahi, atau setidaknya, membatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini? Indikator sederhananya bisa dilihat dari negara penghasil minyak terbesar di dunia, Arab Saudi. Negeri Petro Dollar ini sekarang mulai mencari pemasukan lain di luar migas untuk menjaga stabilitas perekonomian, misalnya dengan menggenjot sektor pariwisatanya. Mereka mulai membuka diri, mencoba fleksibel dengan budaya agar masyarakat dunia luar tertarik datang untuk tamasya. Contoh lain datang dari negara tetangga kita, Brunei Darussalam. Negara monarki yang tajir melintir karena minyaknya yang melimpah itu, kini sudah berpikir untuk memotong tunjangan warganya demi menyelamatkan ekonomi negara yang goyah karena cadangan minyaknya menipis. Dalam jangka panjang, jika ini terus terjadi, maka kedua negara tersebut akan mengurangi ekspor minyak mereka. Ekspor berkurang, maka peredaran minyak dunia akan menurun di tengah permintaan yang tetap tinggi. Akibatnya terjadi kenaikan harga, dan kita semua tahu apa multiply effect dari naiknya harga minyak dunia.
Memang harus ada ‘teriakan’ “do something!”. Arab Saudi, dan Brunei hanya dua contoh kecil bahwa ketergantungan manusia akan sumber daya hayati unrenewable ini merupakan masalah serius. Sinyal ini harus ditangkap betul oleh semua produsen, dan konsumen bahan bakar fosil.
Ada beberapa cara supaya manusia, setidaknya, tidak kehabisan energi tak terbarukan ini sebelum energi alternatif ditemukan.
1. Menghemat Penggunaan Bahan Bakar
Diversifikasi produk bahan bakar untuk penggunaan yang tepat bagi jenis kendaraan bisa dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Shell. Perusahaan energi sejak 1907 dan sekarang berkantor pusat di Belanda ini membuat beberapa varian bahan bakar agar sesuai dengan kendaraan yang kita gunakan agar efisien, dan berujung pada penghematan. Bisa dilihat dari 4 produknya:-
Shell Regular
-
Shell Super
-
Shell V-Power
-
Shell Diesel Bio
Bahan bakar tersebut di atas sudah bisa dinikmati di Indonesia di 70 pom bensin yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Sumatera Utara.
2. Melibatkan Masyarakat Dunia Untuk berpartisipasi Dalam Upaya Peghematan
Harus diakui, mencari sumber energi terbarukan ini selain sulit, biaya investasinya sangat mahal. Shell sebagai perusahaan energi yang memilikin tujuan strategis sebagai provider bahan bakar yang bersih, nyaman, dan kompetitif sangat memahami ini. Shell melibatkan warga masyarakat dunia untuk bersama-sama mencari solusi atas ketergantungan manusia kepada bahan bakar fosil.
Bentuk nyatanya berupa event Shell Eco-Marathon. Yaitu ajang kompetisi antarmahasiswa di seluruh dunia untuk memberikan ide dalam mendesain dan mengembangkan mobil-mobil sangat hemat energi. Untuk kawasan Asia, di mana Indonesia berpartisipasi di dalamnya, diadakan pada tanggal 8-11 Maret 2018, di Changi Exhibition Centre, Singapura. Seperti apa mobil hemat energi yang diharapkan? Gambarannya ada pada Shell Eco-Marathon 2017, di mana pemenang regional Asia mobil desainnya mampu menempuh jarak 2.289km dari Singapura ke Chiang Mai di utara Thailand hanya dengan 1 liter bahan bakar! Kalau di Indonesia, itu berarti hampir setara Jakarta-Surabaya pulang-pergi.
Event bertema Make The Future yang kelak akan memunculkan Tony Stark-Tony Stark baru, tokoh penemu teknologi jenius fiktif di cerita superhero, ini memiliki tiga ketegori:
Denah venue Shell Eco-Marathon Singapore 2018 |
Event bertema Make The Future yang kelak akan memunculkan Tony Stark-Tony Stark baru, tokoh penemu teknologi jenius fiktif di cerita superhero, ini memiliki tiga ketegori:
Kategori Penghargaan On-Track
Peraturan utama kategori ini adalah, desain mobil yang mampu menempuh jarak terjauh dengan konsumsi bahan bakar semiminimal mungkin sebagai syarat utama untuk juara. Kategori ini dibagi lagi menjadi dua subkategori: Yaitu prototype dan urban concept. Dua kategori itu memiliki kelas-kelas tersendiri.
PROTOTYPE
- Internal Combustion Award: Kategori ini melombakan desain mobil yang mampu menempuh jarak paling jauh dengan kuantitas bahan bakar paling sedikit. Shell Eco-Marathon Asia menobatkan Panjavidhya Technological College (Thailand) sebagai pemenang, dengan pencapaian 2.341,1km/liter. Dan berarti itu memecahkan rekor tahun lalu.
- Battery Electric Award: Peraturannya sama, namun bahan bakar pada penghargaan ini adalah penggunaan tenaga listrik sebagai sumber energi
- Hydrogen Fuel Cell Award: Bahan bakar pada subkategori ini adalah hidrogen yang ramah lingkungan.
Berikut adalah hasil lengkap dari masing-masing subkategori:
Urban concept pada dasarnya adalah sebuah cetak biru mobil yang akan diproduksi seacra masal di masa depan dan dapat dikendarai diperkotaan. Berbeda dengan prototype yang memang hanya diciptakan satu atau terbatas. Nah, di sini Indonesia patut berbangga karena ada beberapa wakil yang juara. Penilaian kelasnya pun sama:
- Internal Combustion Award
- Battery Electric Award
- Hydrogen Fuel Award
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Kategori Penghargaan Off-Track
Tim Garuda UNY |
Drivers’ World Championship
Arena pacu peserta Drivers' World Championship |
Indonesia mengirim lima tim dari universitas terbaiknya di Drivers’ World Championship regional Asia ini. Kabar membanggakan bagi Indonesia kembali berhembus dari ajang ini, di mana peringkat 1-5 didominasi oleh pengemudi yang membawa misi mengibarkan Sang Merah Putih. Podium tertinggi diaraih oleh Tim Semar Urban UGM, dengan mobilnya Semar Urban 3.0 bersama sosok di balik kemudi, yaitu Tito Setyadi Wiguna dengan catatan 9 putaran dan menyisakan 0.9% bahan bakar. Sebuah prestasi luar biasa mengingat pebalap kaliber Lewis Hamilton saja belum tentu bisa.
Di sela-sela kunjungannya ke paddock tim Indonesia, presiden direktur PT. Shell Indonesia, Darwin Setiadi, memuji pencapaian garuda-garuda muda ini. "Bukti nyata dan inspiratif bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki
talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif tidak hanya di regional,
tetapi juga di tingkat global.” Katanya.
Tim Semar Urban UGM berhak mewakili regional Asia untuk kembali bertanding di ajang World Drivers’ Championship tingkat global. Di mana pemenangnya akan mengunjungi markas tim F1 Scuderia Ferrari! Pengalaman sekali seumur hidup karena tidak semua orang punya kesempatan masuk langsung ke ‘dapur’ tim legendaris ajang balap jet darat yang pernah dibela Michael Schumacer dan Fernando Alonso itu.
Selain menjanjikan ketatnya kompetisi, hajatan Shell Eco-Marathon ini juga tidak melupakan sisi hiburan penuh pencerahan untuk menambah semarak acara. 15.000 pengunjung mendapatkan pemahaman tentang berbagai tantangan dan permasalahan energi global dalam sesi Energy Theatre. Terobosan tahun ini ditandai dengan adanya modul lantai dansa kinetik bagi pengunjung yang ingin merayakan event ini dengan menari. Tidak kalah penting, ada juga demonstrasi dari beberapa rekanan Shell yang menawarkan energi alternatif di luar bahan bakar fosil. Misalnya bagaimana caranya biji-biji kopi selain sebagai bahan baku untuk membuat minuman yang nikmat, juga bisa sebagai penghasil energi pengganti bahan bakar fosil. Atau sebuah tekhnik bernama Liter of Light, yang mampu menghasilkan energi bagi kota dan desa di Filipina hanya dengan panel surya dan sebotol air. Dan ada juga forum diskusi terdiri dari 150 pemimpin delegasi membahas berbagai tantangan energi masa depan dalam Shell Powering Progress Edition Asia edisi kelima.
Kita tentu berharap ajang Shell Eco-Marathon ini bisa mengonsolidasikan semua pemangku kepentingan di bidang energi mulai dari produsen, perusahaan, hingga masyarakat sebagai end user supaya menyadari bahwa energi bahan bakar harus dihemat semaksimal mungkin. Bukan saja demi bisnis dan ekonomi, tapi juga bagi bumi tempat kita tinggal. Sebuah persembahan dari Shell yang berdampak global demi tercapainya energi masa depan.
Khususnya di kawasan Asia, karena kawasan ini tempat bernaung dari 60% persen populasi dunia. Sebuah angka yang besar baik dari sisi komersial, maupun efek dari efisiensi bahan bakar. Setiap tahun di ajang ini 120 mahasiswa terbaik dari Asia Pasifik dan Timur Tengah bertanding merancang mobil futuristik dan berkompetisi untuh gelar paling hemat energi.
Pengurangan konsumsi bahan bakar fosil memang sudah seharusnya dikurangi secara massif mulai dari sekarang.Gelaran Shell Eco-Marathon membuat mimpi dunia menjadi lebih baik dengan ketercukupan energi semakin mendekati kenyataan. Jangan sampai bahan bakar yang kita pakai sekarang habis sebelum waktunya. Shell bersama warga dunia memastikan itu.