Traveling itu bisa sambil menyelam minum air. Saya beberapa kali melakukannya. Yaitu jalan-jalan sambil kondangan. Terhitung sudah tiga kali saya kondangan ke daerah Jawa Tengah lalu diikuti oleh kegiatan traveling. Dua yang pertama saya ke Semarang, dan Solo. Yang ketiga, yang akan saya ceritakan berikut, adalah yang paling berkesan. Ke tanah istimewa Yogyakarta. Selain Kota Yogya dengan kelegendarisannya, cerita saya ini juga melibatkan Tebing Breksi.
Namun, jauh sebelum saya menerima undangan pernikahan di Yogya tersebut, saya lebih dahulu mengenal Renky. Seorang sahabat yang saya kenal pertama kali di SMA. Anaknya sangat biasa. Baik dari segi fisik maupun prestasi Renky ini tidak ada yang istimewa. Tetapi ada yang membedakan dia dengan teman-teman sebaya saya yang lain. Teman berhidung bangir saya itu sudah tahu apa yang diinginkannya di masa depan. Minatnya ada fotografi, seni, traveling, dan design grafis sudah tertanam sejak SMA di mana sebagian besar anak seumuran kami masih bingung lulus SMA mau lanjut ke mana. Akhirnya kita lulus, bertahun- tahun menjalani kehidupan masing-masing, lalu di satu waktu bertukar kabar dan saya ketahui dia telah menjadi editor untuk sebuah katalog produk fashion. Keren, kan? Apa yang dicita-citakannya kini dia jalani sebagai hidupnya.
Hingga suatu hari di akhir jam kerja, Renky ke kantor saya. Mengabarkan bahwa dia akan menikah, lalu memberi saya sepucuk undangan. Again, memang dasar anaknya seni dan traveling banget, konsep undangannya saja bikin saya nyengir. Dicetak pada lembaran kertas luks dengan cover hijau, bergambar Garuda versi sendiri, lalu di dalamnya ada informasi mengenai venue resepsi, undangan itu adalah paspor yang diimitasikan. Lucu. Saya melihat adanya gabungan antara passion design, dan traveling di sana.
Namun, jauh sebelum saya menerima undangan pernikahan di Yogya tersebut, saya lebih dahulu mengenal Renky. Seorang sahabat yang saya kenal pertama kali di SMA. Anaknya sangat biasa. Baik dari segi fisik maupun prestasi Renky ini tidak ada yang istimewa. Tetapi ada yang membedakan dia dengan teman-teman sebaya saya yang lain. Teman berhidung bangir saya itu sudah tahu apa yang diinginkannya di masa depan. Minatnya ada fotografi, seni, traveling, dan design grafis sudah tertanam sejak SMA di mana sebagian besar anak seumuran kami masih bingung lulus SMA mau lanjut ke mana. Akhirnya kita lulus, bertahun- tahun menjalani kehidupan masing-masing, lalu di satu waktu bertukar kabar dan saya ketahui dia telah menjadi editor untuk sebuah katalog produk fashion. Keren, kan? Apa yang dicita-citakannya kini dia jalani sebagai hidupnya.
Hingga suatu hari di akhir jam kerja, Renky ke kantor saya. Mengabarkan bahwa dia akan menikah, lalu memberi saya sepucuk undangan. Again, memang dasar anaknya seni dan traveling banget, konsep undangannya saja bikin saya nyengir. Dicetak pada lembaran kertas luks dengan cover hijau, bergambar Garuda versi sendiri, lalu di dalamnya ada informasi mengenai venue resepsi, undangan itu adalah paspor yang diimitasikan. Lucu. Saya melihat adanya gabungan antara passion design, dan traveling di sana.
Cover undangan |
Tempat resepsinya yang di Tebing Breksi, mengharuskan saya untuk ke Yogyakarta. Ah, dasar Renky, dia bahkan membuat tamu undangannya bisa sekalian berlibur. Bersama dengan dua kawan saya yang lain, berangkatlah saya ke Yogya.
Di Yogya, dari penginapan saya di dekat Malioboro, saya harus menyewa sepeda motor untuk menuju Tebing Breksi. Ke arah Sleman. Seperti umumnya penginapan di Yogya, tempat bermalam saya pun menyediakan jasa sewa sepeda motor. Untuk review singkat penginapannya bisa dicek di kanal Youtube saya.
Gerimis menemani perjalanan saya dari pusat kota ke Tebing Breksi. Bermodalkan GPS dan keramahan orang Yogya yang saya tanya, tidak sulit menemukan jalur ke sana. Memasuki arah Piyungan, saya harus meningkatkan level kewaspadaan pada tingkat maksimal karena jalan yang menanjak dan licin. Saya yang belum pernah ke Tebing Breksi dalam hati ‘mengutuk’ kegilaan Renky yang bisa-bisanya kepikiran pilih venue nikah di tempat dengan lokasi edan seperti ini. Orang-orang ke Tebing Breksi buat jalan-jalan, atau foto-foto. Lah saya malah buat kondangan. Gokil!
Di Yogya, dari penginapan saya di dekat Malioboro, saya harus menyewa sepeda motor untuk menuju Tebing Breksi. Ke arah Sleman. Seperti umumnya penginapan di Yogya, tempat bermalam saya pun menyediakan jasa sewa sepeda motor. Untuk review singkat penginapannya bisa dicek di kanal Youtube saya.
Gerimis menemani perjalanan saya dari pusat kota ke Tebing Breksi. Bermodalkan GPS dan keramahan orang Yogya yang saya tanya, tidak sulit menemukan jalur ke sana. Memasuki arah Piyungan, saya harus meningkatkan level kewaspadaan pada tingkat maksimal karena jalan yang menanjak dan licin. Saya yang belum pernah ke Tebing Breksi dalam hati ‘mengutuk’ kegilaan Renky yang bisa-bisanya kepikiran pilih venue nikah di tempat dengan lokasi edan seperti ini. Orang-orang ke Tebing Breksi buat jalan-jalan, atau foto-foto. Lah saya malah buat kondangan. Gokil!
Sampai di Tebing Breksi cuaca masih gerimis. Lokasi resepsinya tepat di depan tebing tinggi berwarna krem. Full outdoor. Pelaminannya digelar secara sederhana di hadapan deret kursi-kursi berformasi setengah lingkaran bak amfiteater. Tamu-tamu yang datang nantinya akan duduk di kursi tersebut sambil menikmati hidangan dan titik fokus berada pada pelaminan. Jadi seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukkan teater.
Sehabis melahap mie jawa dua piring |
Beruntung gerimis reda, dan acara yang sempat tertunda bisa dimulai. Saya tidak mengenal mempelai wanita yang kini sudah menjadi istrinya Renky. Tapi dalam susunan acara, MC menceritakan singkat kisah mereka. Jadi intinya mereka ini sama-sama suka adventure dan traveling. Penggemar fotografi dan digital imaging juga, bisa dilihat dari display foto-foto prewedding mereka yang berkonsep travel, dan alam dengan sentuhan editing berkelas.
Saya makan mie goreng jawa di salah satu sudut deret kursi amfiteater. Teringat kembali lebih dari setahun lalu saya dan Renky kondangan bareng ke Semarang. Sekarang saya yang menempuh Jakarta-Yogyakarta dan kondangan ke dia. Waktu cepat berlalu.
Melihat tamu-tamu yang juga sangat menikmati acara resepsi yang khidmat itu, saya jadi iri setengah mati. Renky bekerja dalam bidang yang sangat dia cintai, lalu menemukan jodoh dengan passion sama dengannya, kemudian melangsungkan pernikahan dengan konsep yang mereka berdua sangat gemari. Rasanya tidak ada hidup sesempurna itu. Sahabat saya itu tidak perlu repot keluar zona nyaman untuk mendapatkan semuanya. Saya ikut senang.
Saya makan mie goreng jawa di salah satu sudut deret kursi amfiteater. Teringat kembali lebih dari setahun lalu saya dan Renky kondangan bareng ke Semarang. Sekarang saya yang menempuh Jakarta-Yogyakarta dan kondangan ke dia. Waktu cepat berlalu.
Melihat tamu-tamu yang juga sangat menikmati acara resepsi yang khidmat itu, saya jadi iri setengah mati. Renky bekerja dalam bidang yang sangat dia cintai, lalu menemukan jodoh dengan passion sama dengannya, kemudian melangsungkan pernikahan dengan konsep yang mereka berdua sangat gemari. Rasanya tidak ada hidup sesempurna itu. Sahabat saya itu tidak perlu repot keluar zona nyaman untuk mendapatkan semuanya. Saya ikut senang.
Timbul pertanyaan, "kapan giliranku?" |
Dalam perjalanan pulang Yogyakarta-Jakarta, di dalam kereta Gajah Wong, saya bertanya-tanya. Doa seperti apa yang dirapalkan, sujud selama apa yang dilakukan, dan amalan dicintai Tuhan yang bagaimana telah dilakukan Renky? Sehingga bisa mempersatukan antara passion, dan cinta di Tebing Breksi. Asik.
Wah asyik Yah bisa menyatukan cinta passion dan cita cita... Ih jadi pengin... Hehe.. Mas kening lebar kapan nih... Hehe
ReplyDeleteBtw dulu ke tebing breksi saat belum punya blog.. Yah jadi ga di tulis deh pengalaman nya... 😂😂😂
Doakan saja aku segera menyusul. Amin.
DeleteTulis, dong!
wah pernikahan di tebing ini sensasinya luar biasa ya , alam yang menyatu bikin khidmat juga ya
ReplyDeleteIya. Unik. Baik mempelai maupun tamu punya pengalaman yang enggak biasa dalam hal resepsi pernikahan.
DeleteGokil boleh di tiru tuh konsep nya.
ReplyDeleteI like it
Gokil banget emang. Berkesan dan bakal susah dilupain sama tamu udangannya.
DeleteAnjir, keren banget venuenya. Sempet tanya-tanya budget untuk bikin acara di venue kaya begini?
ReplyDeleteBelom sempet tanya-tanya, sih. Mungkin sama kayak pasaran gedung-gedung resepsi gitu.
DeleteKonsepnya nikahnya unik dah, tapi klo hujan bagaimanna yaa? Klo outdoor cuacanya yang tak terduga
ReplyDeleteKeren ya mas.
ReplyDeleteMulai dari undangan dan acar unik, hehehe.
Nanti kalo nikah mau buat kayak gini juga ah. Hhahah :))
Wah, pengantennya keren banget memilih tempat pernikahan. Iya sesuai dengan jiwa mereka yang suka traveling ya Mas..Dalam undangan mungkin ada peringatan untuk membawa payung kali ya, Mas?
ReplyDeleteasikk banget bareng sama si doi kesana poto bareng, kalo sendiri mah sama motor aja :v
ReplyDeleteWaah keren tulisannya mas. Ngakak pas baca bagian awal...emang anaknya biasa aja sih. Ga ada lebihnya kecuali bulu di badannya doang yang banyak banget 😂😂😂. Salam kenal 🤘
ReplyDeleteHahaha...geblek. Makasih ya Bal udah sempetin dateng. Semoga cepet nyusul menikah.
ReplyDelete