Friday, 13 March 2020

5 Fakta Soal ROG Phone II Yang Bikin Hapemu Terlihat Cupu

Hape kentang adalah aib bagi mereka yang suka bermain game mobile. Karena selain bisa menghambat kemampuan kita sebagai pemain, hape kentang juga rawan jadi bahan ledekan saat sedang mabar alias main bareng. Walau sebenarnya ledekan macam itu dilontarkan sebagai bentuk candaan, terkadang orang yang mendapat ledekan tersebut akan membuat mereka minder. Apalagi.. Ya, kita ini kan hidup di Indonesia. Dimana omongan orang lain bisa sangat berpengaruh pada mindset dan hidup seseorang

Tapi kalau ternyata hapemu bukan ROG Phone 2, mending nggak usah ikut-ikutan meledek, deh! Malu, lah. Udah ngeledekin hape orang, eh ternyata hapenya sendiri juga biasa saja. Saya sendiri sih tak pernah meledek seperti itu. Tapi setelah melihat dan mencoba ROG Phone 2 milik seorang teman, entah mengapa diri ini langsung merasa kalau hape yang saya pakai selama ini tuh kentang banget. Tinggal dipotong-potong aja, terus digoreng sampai jadi french fries.



Kalau untuk urusan main game sih harus diakui kalau ROG Phone 2 ini terasa punya kasta yang berbeda jika dibandingkan dengan smartphone lain yang bahkan berada di kelas flagship sekalipun. Kalian pasti tidak percaya, kan? Saya pun demikian awalnya. Tapi seletah mencobanya sendiri (walau cuma modal minjem), saya menemukan setidaknya ada 5 fakta soal ROG Phone 2 yang bikin hapemu jadi terlihat cupu:

1. Performa


Ibarat kata, produk keturunan ROG itu sudah pasti kencang sejak bawaan orok. Karena produsen PC dan laptop gaming ini memang sudah terkenal tidak pernah bercanda untuk urusan performa. Termasuk untuk produk smartphone yang mereka rilis. Berdasarkan data dari Antutu yang merupakan aplikasi benchmark populer untuk menguji performa dari smartphone, ROG Phone 2 sukses menempati posisi puncak klasemen.



Bagaimana tidak? Di sektor dapur pacunya, hape ini dijejali dengan chipset mobile paling powerful saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 855 plus. Yang merupakan versi overclock dari Qualcomm Snapdragon 855 "biasa" yang sejatinya juga sudah amat kencang. Chip ini punya CPU octa-core berbasis Kryo 485 dengan maksimum clockspeed 2.95GHz. Dalam membangun chip ini. Qualcomm menggunakan teknologi fabrikasi 7nm yang diatas kertas akan membuatnya lebih powerful sekaligus tetap hemat daya.

Ditambah dukungan dari RAM LPDDR4X berkapasitas 8GB sampai 12GB, serta penyimpanan UFS 3.0 berkapasitas 128GB sampai 512GB yang akan membuat performa multitasking serta kecepatan membaca dan menyimpan data menjadi lebih optimal. Iya iya, saya tahu anda butuh pembuktian. Sama seperti wanita-wanita diluar sana yang menunggu dilamar karena sudah bosan digombalin terus. Nih, sudah saya siapkan hasil pengujian performanya:



Jika anda mengikuti perkembangan gadget, tentu anda sudah tahu bahwa ada beberapa smartphone lain yang lebih mahal, yang juga menggunakan chipset dan kapasitas RAM yang sama. Lalu, bagaimana bisa ROG Phone 2 memiliki performa yang mengungguli semua smartphone lain tersebut? Jawabannya adalah karena ROG Phone 2 tak hanya mengandalkan bagian hardware, tapi juga mengoptimalkan software nya. Yaitu dengan penerapan ROG UI yang punya segudang fitur pendukung gaming. Termasuk di dalamnya adalah fitur X-mode yang berguna untuk meningkatkan performa dari smartphone ini.

Tapi, menurut yang punya hape ROG Phone 2 yang saya pinjam ini, sebaiknya kita pakai aksesori original seperti AeroActive Cooler yang merupakan kipas pendingin aktif eksternal jika kita ingin merasakan performa yang optimal saat X-mode diaktifkan. Karena kalau pakai mode ini, ROG Phone 2 akan terasa lebih panas dari normalnya akibat performa yang ditingkatkan tersebut.

Walau demikian, menurut saya tanpa X-mode pun sebenarnya hape ini sudah sangat powerful. Ia mampu menjalankan berbagai game dengan amat lancar di settingan grafis rata kanan. Dan demi menjaga temperatur agar tetap di batas aman saat digunakan bermain game, ROG Phone 2 juga punya sistem pembuangan panas dengan teknologi 3D Vapor Chamber yang terhubung ke heatsink. Nantinya, panas yang diterima oleh heatsink akan dilepaskan melalui ventilasi yang terdapat di bagian belakang body ROG Phone 2. Sehingga, panas yang dihasilkan oleh chipset super kencang tersebut tidak terjebak di dalam smartphone.



2. Layar


Pernah dengar nyinyiran netizen untuk para pemilik supercar? "Itu yang punya mobil super kenceng, mau ngebut dimana?". Nyinyiran yang menurut saya cukup beralasan. Yang menggambarkan betapa mubazirnya performa super dari mobil-mobil tersebut di jalanan Indonesia. Kecepatan mobil yang seharusnya bisa mencapai lebih dari 250km/jam itu tak akan bisa dirasakan benefitnya di tengah padatnya lalu lintas di Indonesia.

Hal serupa sebenarnya juga terjadi dalam dunia smartphone. Hampir semua smartphone flagship yang beredar saat ini memang punya performa tinggi. Tapi, mereka masih menggunakan layar dengan refresh rate standar yaitu 60Hz. Sehingga, mau setangguh apapun performanya saat digunakan bermain game, layarnya hanya mampu menampilkan animasi pergerakan game hingga maksimal 60 frame per detik saja. Lalu, untuk apa punya performa tinggi kalau tampilan layarnya tak bisa diajak ngebut? Mubazir!

Inilah hal yang membuat ROG Phone 2 berbeda dengan smartphone lain. Karena performa ngebut dari dapur pacunya akan dapat ditampilkan secara optimal. Berkat layar AMOLED beresolusi Full HD+ di hape ini yang sudah mendukung refresh rate hingga dua kali lebih cepat dibandingkan layar hape pada umumnya, yaitu 120Hz. Yang artinya, layar tersebut mampu menampilkan animasi pergerakan pada game hingga 120 frame per detik. Sehingga benefit performa tinggi dari hape ini akan bisa kita rasakan secara nyata dan terasa sangat berbeda.



Bukan cuma buat game sih. Karena saya rasa pergerakan di layarnya ini juga terasa sangat mulus ketika kita melakukan scroll pada tampilan layar. Jadi bisa disimpulkan bahwa layar dari ROG Phone 2 juga sangat menyenangkan untuk aktifitas rebahan sambil scroll layar. Anak socmed pasti suka.

Masih soal tampilan layar. Panel yang digunakan oleh ROG Phone 2 sudah didukung dengan teknologi 10-bit HDR. Dan memiliki tingkat reproduksi warna sebesar 100% pada color space DCI-P3. Yang artinya, akurasi warna yang ditampilkan adalah sesuai dengan apa yang ingin dihadirkan oleh developer game.

Kenyamanan saat mengontrol permainan juga mendapatkan perhatian khusus bagi ASUS sebagai pembuat hape ini. Mereka mengklaim bahwa waktu respon yang dibutuhkan setelah pemain menyentuh layar adalah hanya dalam waktu 49 milidetik saja! Pemain juga bisa mengontrol permainan dengan lebih akurat karena layar sentuhnya ini punya touch sampling rate secepat 240Hz. Dengan demikian, layar dapat merespon sentuhan dan pergerakan jari dengan sangat cepat. Sesuatu yang juga saya rasakan sendiri saat bermain game.

3. Fitur Pendukung Gaming

Kalau kamu merasa bahwa apa yang sudah saya sebut tadi sudah lebih dari cukup untuk mendukung urusan gaming, maka tunggulah sampai kamu mencoba fitur AirTrigger pada ROG Phone 2. Fitur ini mirip seperti tombol L1 dan R1 pada controller console game. Letaknya juga persis berada di bagian atas ketika kita menggunakan hape ini dalam mode landscape. Peletakannya pun saya rasa sudah tepat karena ia berada persis dimana jari telunjuk saya sandarkan.

AirTrigger bukan merupakan tombol fisik. Namun akan ada sedikit feedback berupa getaran saat ia mendeteksi adanya input. Menurut keterangan dari ASUS, ia menggunakan sensor sentuh ultrasonic yang mampu mendeteksi dan membedakan antara input tap dan juga input slide (geser). Uniknya lagi, kita bisa mengatur sensitifitas dari sensor ini, lho!

Ia takkan merespon jika kita hanya meletakkan jari diatasnya. AirTrigger baru akan merespon jika ia mendeteksi adanya tekanan. Nah, kekuatan tekanan inilah yang bisa kita atur sensitifitasnya. Sesuai dengan preferensi dari masing-masing pemain. Selain dapat terhindar dari resiko salah input, kenyamanan pemain dapat tetap terjaga karena jari telunjuk tidak harus terus diangkat.



Fungsi dari AirTrigger sendiri bisa dibilang merupakan pintasan yang bisa kita setting untuk bantu menyentuh bagian pada layar yang juga bisa kita tentukan dengan leluasa. Misalnya, AirTrigger bagian kanan bisa kita setting untuk menekan tombol scope, sedangkan AirTrigger bagian kiri kita setting untuk menekan tombol tembak. Bagi saya yang terbiasa menggunakan kontrol dua jari saat main game fps macam PUBG Mobile, fitur ini amat sangat membantu untuk memudahkan dalam mengontrol permainan.  Perpaduan antara respon layar yang cepat serta bantuan dari AirTrigger memungkinkan kita untuk mengendalikan permainan dengan lebih lincah.

Yang membuat ROG Phone 2 bahkan lebih greget lagi, kita bisa mengatur untuk membatasi sinkronisasi background. Sehingga koneksi internet dapat dioptimalkan untuk penggunaan gaming. Dalam pengujian saya, fitur yang bisa kita temukan pada aplikasi Armory Crate tersebut mampu mengurangi latensi koneksi saat bermain game.



Dalam aplikasi Armory Crate, kita juga dapat melakukan berbagai setting yang berkaitan dengan game. Termasuk diantaranya adalah setting sensitifitas AirTrrigger, setting performa hape saat menjalankan masing-masing game, hingga melakukan setting lampu RGB yang ada di bagian belakang body ROG Phone 2. Temperatur serta aktifitas dari CPU dan GPU juga dapat dimonitor dari sini.



Lalu ada pula fitur Game Genie yang bisa kita akses dengan melakukan swipe bagian tepi kiri layar saat bermain game, untuk melakukan setting mapping AirTrigger pada masing-masing games, memblokir notifikasi, mengaktifkan X-mode, hingga melakukan perekaman layar ataupun live streaming. Para yucuber gaming pasti merasa terpanggil nih.

Hadirnya port 3.5mm Jack Audio pada ROG Phone 2 juga akan semakin memanjakan para gamers. Mengingat cukup banyak game populer seperti Mobile Legends dan juga PUBG Mobile yang memiliki fitur voice chat untuk berkomunikasi dengan team. Sebenarnya sih bisa kalau misal ingin mengaktifkan voice chat tanpa earphone atau headset. Tapi, kita tahu sendiri, kan? Terkadang ada saja pemain yang mengeluarkan kata-kata toxic layak sensor saat sedang dalam permainan. Ya malu lah kalau sampai didengar tetangga kosan. Apalagi pada game PUBG Mobile, detail suara bisa sangat mempengaruhi permainan. Karena kita dapat mendengarkan darimana asal bunyi jejak kaki dari musuh.



Dalam pengujian yang saya lakukan, hape ini sanggup untuk digunakan bermain game PUBG Mobile dengan settingan grafis rata kanan selama lebih dari 5 jam. Itupun baterainya masih sisa, lho! Kalau memakai settingan grafis yang lebih rendah serta menggunakan koneksi WiFi, tentu akan bisa lebih lama lagi.

Sedangkan kalau dipakai untuk keseharian tanpa game, baterai berkapasitas 6000 mAh di hape ini sanggup bertahan hingga dua hari lamanya. Baterai jumbo tersebut menurut saya tak hanya akan membuat pengalaman gaming jadi semakin puas, namun juga bermanfaat untuk berbagai hal lain termasuk saat sedang dalam perjalanan jauh.



Berdasarkan keterangan dari ASUS, hape ini punya fitur yang diberi nama HyperCharge Technology yang memungkinkan untuk melakukan pengisian baterai hingga 4.300mAh dalam waktu 56 menit saja. Dengan catatan, ia harus menggunakan charger khusus 30W dari ROG. Sementara charger bawaan untuk versi RAM 8GB adalah 18W.

Keseriusan ASUS dalam membangun  ROG Phone 2 sebagai smartphone gaming semakin terlihat dari dengan dihadirkannya dua opsi port pengisian daya. Yaitu dari bawah ataupun dari samping. Port bagian samping atau disebut juga sebagai side-mouted port akan lebih cocok digunakan untuk melakukan pengisian daya ketika sedang aktif bermain game. Karena, posisi kabelnya takkan mengganggu tangan pemain.

4. Aksesoris Pendukung Gaming


Side-mounted port yang saya sebut tadi tak hanya berguna untuk charging saja. Karena tepat di sebelah port USB Type-C terdapat sebuah custom port yang berfungsi sebagai konektor untuk aksesoris original yang juga disediakan khusus untuk hape ini. AeroActive Cooler adalah aksesori paling sederhana yang merupakan sebuah kipas pendingin untuk menjaga temperatur dari ROG Phone 2 saat X-mode diaktifkan.

Lalu ada Kunai GamePad yang merupakan kontroler fisik berupa tombol dan juga joystick analog yang akan membuat ROG Phone 2 terasa seperti layaknya sebuah gaming console.



Aksesori yang lebih canggih yaitu TwinView Dock II akan memberikan sebuah layar tambahan dan juga baterai tambahan sebesar 5000mAh untuk ROG Phone 2.



Dan yang terakhir ada Desktop Docking yang dilengkapi dengan berbagai port, termasuk diantaranya ada LAN Port, HDMI, Display Port, Audio Jack, dan juga 4 buah USB 3.1 yang memungkinkan kita untuk mengontrol game menggunakan Mouse, Keyboard dan juga bisa menghubunkan dan menampilkan permainan di monitor eksternal. Wah, ini hape, atau PC portable?


5. Kamera

Walau ROG Phone 2 difokuskan untuk gaming, bukan berarti fitur kamera akan dilupakan begitu saja. Dan ya, buat travel blogger wanna be seperti saya, fitur ini amat sangat membantu dalam mengabadikan momen sebagai backup jika saya tak sempat mengaktifkan kamera dengan cepat. Atau, saat saya tak ingin ribet untuk membawa kamera DSLR yang cukup memakan ruang. Sehingga, peranan fitur kamera pada sebuah smartphone saya rasa menjadi cukup penting.

Kabar baiknya, ROG Phone 2 juga telah memiliki kamera dengan sensor Sony IMX586 beresolusi maksimal 48 megapixel. FYI, sensor tersebut adalah sensor yang juga banyak digunakan oleh smartphone kelas flagship. Ia memiliki teknologi yang disebut sebagai Quad-bayer technology. Fungsinya adalah untuk membuat hasil foto terlihat lebih cerah dengan menggabungkan 4 buah piksel menjadi satu. Dengan resolusi efektif adalah 12 megapixel.



Lensa yang digunakan adalah 6p Largan Lens ber-aperture f/1.79. Keuntungan dari aperture lensa yang besar tersebut adalah untuk dapat menangkap lebih banyak cahaya saat berfoto di area low light. Menariknya, aplikasi kamera pada smartphone ini juga sudah memungkinkan untuk melakukan setting manual pada ISO, shutter speed, fokus, hingga white balance, layaknya sebuah kamera mirrorless atau DSLR.

Fitur EIS alias Electronic Image Stabilization pada ROG Phone 2 juga sangat terasa manfaatnya ketika saya coba mengambil video sambil berjalan. Biar hasil videonya nggak kebanyakan gempa gitu. Siapa tau nanti bisa merambah ke dunia yucup juga yakan? Bisa record resolusi 4K 60fps, Timelapse, sampai slow motion 480fps pun ada.

Kalaupun misalnya ingin mengambil foto atau video panorama, ROG Phone 2 juga punya sebuah kamera wide-angle dengan sudut pandang 125 derajat beresolusi 13 megapixel. Lengkap dengan mode manual juga. Kamera depannya? 24 megapixel, ada mode kamera jahatnya, tapi harus diaktifkan terlebih dahulu. Berikut adalah hasil fotonya.






Kesimpulan


Gimana? Setelah baca ini, hapemu sudah berasa seperti hape kentang belum? Performa tinggi, tampilan output layar juga ngebut, kontrol akurat dan cepat, terus, fiturnya lengkap banget lagi. Saya yang cuma main game sesempatnya saja jadi betah pakai ROG Phone 2. Apalagi kamu, yang doyan nge-game berjam-jam?

Untuk keseharian pun oke. Karena ia punya fitur yang masih bisa dimanfaatkan untuk aktifitas non gaming. Misalnya soal ketahanan baterai, dan juga kameranya. Dengan baterai jumbo itu, sepertinya tak perlu khawatir akan lobat saat ingin mengambil banyak footage. Ya, saya belum coba, sih. Terlebih lagi, kapasitas penyimpanannya juga jumbo. 128GB cuy! Masalahnya cuma satu: hape ini agak berat. Jadi, pastikan kalian menggenggamnya dengan benar. Karena kalau sampai terlepas dan jatuh... Duh, jangan dibayangin deh! Ngeriii ...

#ASUSROGID #ASUSROGPhoneII #SmartphoneGamingPalingKeren
Share:

Sunday, 1 March 2020

Traveling ke Filipina: 5 Fakta Tentang Filipina, Nomor 3 Akan Membuatmu Biasa Saja

Finally, sampai juga saya di Filipina. Ini adalah negara ASEAN ke-7 yang saya sambangi. Sejujurnya trip ini tidak berjalan seperti yang saya mau. Karena di itinenary awalnya saya dan teman-teman memasukkan wisata pantai dan pulau-pulau ke El Nido, Palawan. Tiket promo dari Cebu Pacific PP Jakarta-Manila-Jakarta pun sudah diamankan dengan harga dibawah satu juta rupiah saja!

Lalu seperti kehidupan pada umumnya, keadaan “manusia hanya berencana takdir Tuhan lah yang menentukan” terjadi pada rombongan kecil kami. Beberapa orang mundur dari trip ini, lalu menyebabkan biaya yang membengkak jika harus dipaksakan ke El Nido. Saya bongkar itinenary, selama sembilan hari di Filipina diputuskan untuk sight seeing Manila dan Tagaytay saja. Dan hasilnya justru teman-teman saya akhirnya hanya tinggal bertiga yang benar-benar berangkat ke Manila. Ada yang tidak berminat kalau hanya traveling ke Manila dan sekitarnya saja, ada juga yang mebatalkan karena berita tentang corona virus yang kian hari semakin memburuk. Terkait soal corona virus di Filipina akan saya bahas sedikit di postingan ini, so, keep reading yak!

Saya katakana tadi saya sembilan hari di Manila dan Tagaytay. Waktu yang terbilang lama untuk ukuran bobot itinenary yang ‘cuma’ memasukkan dua kota di Filipina, tanpa ada wisata biru-biru angin sepoi dan indahnya pasir pantai yang mestinya jadi menu wajib jika traveling ke negara kepulauan. Sangat disayangkan memang saya melewatkan El Nido, tapi mau bagaimana lagi, keterbatasan budget menjadi handicap yan tidak bisa dikompromikan. 
Mabuhay!


Daripada tiket promo hangus dan saya benar-benar kehilangan kesempatan ke Filipina yang entah kapan datang lagi, sembilan hari hanya di Manila dan sekitarnya pun tak apa. Toh masih ada yang bisa saya dapatkan dari sembilan hari traveling di negara olahraga basketnya jago banget ini.

Saya mencoba mengumpulkan fakta-fakta menarik tentang Manila secara khusus, dan mungkin tentang Filipina secara umum menurut sepengamatan saya. Berikut fakta-faktanya, nomor lima akan membuatmu biasa saja:

1. PALING MIRIP INDONESIA, PALING MIRIP JAKARTA   
Pergilah ke Malaysia atau Singapura, di sana bahkan petugas di bandaranya bisa menebak kita orang Indonesia, atau setidaknya bukan dari negara mereka tanpa kita menujukkan paspor. Tapi di Manila tidak begitu. Saya baru menyadari bahwa secara ciri-ciri fisik, orang Indonesia bagian barat hingga tengah itu paling sama dengan Filipina. Di Manila setiap saya berbicara, membeli sesuatu, menanyakan lokasi, bayar angkutan umum, pasti diajak ngomong pakai bahasa Tagalog. Biasanya berujung mereka bete karena sudah berbicara panjang lebar, saya hanya membalas, “Sorry, I don’t speak Tagalog”. Ini tidak terjadi sekali-dua kali, tetapi di sepanjang perjalanan saya di Filipina. Awalnya saya kira yang peling dekat ciri-ciri fisiknya dengan kita adalah rumpun Melayu di Malaysia, ternyata bukan. Kita lebih mirip, bahkan sama, dengan orang-orang Filipina. Saat antri beli tiket masuk Fort Santiago, saya teman-teman bahkan disuruh antri di antrian turis lokal.

Itu dari segi ciri fisik manusianya. Fisik kotanya juga nyaris sama dengan Jakarta. Komposisi gedung-gedungnya, crowd-nya, Jakarta hanya unggul sedikit soal intensitas kemacetan lalu lintas. Misalnya Doctor Strange iseng memakai kekuatan teleportasinya ke seseorang dengan memindahkan orang itu dari Jakarta ke Manila, itu orang selama beberapa saat tidak akan sadar sudah berpindah negara. Manila ada MRT, Jakarta punya punya. Manila punya Bonifacio Global City, yang mirip plek plek sama kawasan SCBD, Sudirman, Thamrin. Di Manila ada America Cemetary, di Jakarta ada Ereveld Menteng Pulo. Berburu senja di Ancol? Di Manila Bay juga bisa! Setiap baliho, neon box, hingga papan pengumuman ditulis dengan huruf latin dan sebagian besar bahasa Inggris, jadi masih similar dengan Jakarta. Beda dengan di Bangkok, Ho Chi Min, atau mungkin Pnom Penh yang bisa langsung dikenali karena sebagian besar aksara di sana menggunakan huruf palawa dan Vietnam. Di kedua kota ini, Manila dan Jakarta, juga tumbuh subur mall dari mulai kelas ITC sampai kelas premium yang luasnya nyusahin kuli bangunan pas bikin itu mall. 


2. TENTANG CORONA VIRUS DI FILIPINA  
Saya berangkat ke Filipina ketika berita tentang corona virus sedang menguasai di hampir semua kanal berita. Filipina adalah salah satu negara yang sudah dikonfirmasi terpapar virus ini. Hingga tulisan ini dipublish, ada tiga pasien yang positif terjangkit dan satunya meninggal dunia. Tidak takut? Ya takut, dong. Sehari menjelang berangkat saja banyak yang mengingatkan saya. 

Tetapi mengapa saya memutuskan tetap berangkat? Sebagian besarnya, sih, karena belum ada semacam travel advice dari kedua negara baik Indonesia atau Filipina yang merekomendasikan untuk tidak bepergian ke Filipina. Artinya kedua negara masih pede untuk tetap membuka diri saling mengunjungi. Saya percaya saja, karena isu global yang WHO saja turun tangan, kedua negara pasti tidak main-main dengan keselamatan warga dan pengunjung. Pendeknya, saya tidak bilang menjamin Filipina aman dari corona virus, tetapi dibanding Singapura, Thailand, dan Malaysia, Filipina is clearly safer to visit.

Upaya di Filipina juga cukup antisipatif terhadap corona virus ini. Sesaat setelah mendarat di Ninoy Aquino International Airpot, ada screening suhu tubuh. Di semua tempat umum seperti hostel, mall, tempat wisata bertebaran pampflet atau selebaran tentang informasi pencegahan penyebaran virus yang berawal dari Wuhan itu. Pengecekan suhu tubuh juga dilakukan di tempat-tempat yang saya sebutkan di atas, lalu sebelum masuk pengunjung wajib membasuh tangan hand sanitizer.


3. MAKAN JUNK FOOD DENGAN SENDOK-GARPU
Gerai junk food sangat tumbuh subur di Manila, bahkan saya menganggapnya seperti tidak terkendali. Restoran seperti McD dalam satu kawasan bisa berjarak hanya hitungan satuan meter. Itu belum gerai lain seperti KFC, dan Junk Food lokal Filipina yang terkenal, JolliBee. Herannya, walaupun jarak antar gerai begitu rapat, tetapi tidak pernah ada yang sepi alias laku semuanya. Orang Filipina kayaknya terobsesi makan ayam goreng tepung dan minum cola.

Hidangan junk food di Filipina disajikan lengkap dengan sendok dan garpu. Pertama kali melihat itu, WHAT??? APA ENAKNYA MAKAN PAKET NASI AYAM DUA PAKAI SENDOK GARPU?!?!?! PERLU GUE PANGGIL PSIKOLOG GAK SIH, INI?. Ini membuat saya yang dari Indonsia, kalau makan junk food model KFC pakai tangan, terlihat amat bar-bar di mata warga lokal. Gila sih, apa rasanya makan ayam KFC tidak sampai tulang-tulangnya , coba?

4. TIDAK ADA KULINER ENAK 
Entah saya yang kurang eksplor atau bagaimana, tetapi selama sembilan hari di Filipina saya tidak pernah menjumpai makanan enak. Ada sih yang lumayan enak, semacam nasi goreng pingir jalan dengan beef soup, itu pun jadi enak karena ada kecap dicampur sama bawang goreng. Selebihnya, flat.

Di daerah Makati, sebuah kawasan terkenal di Manila, harapan sempat timbul ketika saya makan di sebuah bazaar street food. Beraneka daging mulai dari yang halal, sampai yang membawa kita selangkah lebih dekat kepada api neraka tersedia. Saya memesan tumis cumi-cumi karena sepertinya menggoda sekali. Oke, pesan.

“Spicy, sir?” Tanya yang dagang.

“Very spicy!” Jawab saya. Sekadar informasi, saya tidak suka pedas, tapi selama hampir seminggu makan dish yang tidak memiliki identitas rasa yang spesifik, makan superpedas boleh dicoba.

Tumis cumi datang. Tampilannya menggoda, terlihat sangat apetizing untuk dimakan pakai nasi panas langsung dengan tangan.

Coba sesuap, 
Gak ada rasa.


Sesuap lagi, 
Masih. Belum. Ada. Rasa.


Sesuap lagi,
Gue tadi pesen cumi pedes, apa hubungan yang udah dua tahun tapi udah saling bosen, sih? Hambar gini.


Sesuap lagi,
PENGEN NGAJAK RIBUT YANG JUAL YA ALLAH, TAPI HAMBA BUKAN ANAK KAMPUNG SINI *CRY*

Rasa flat yang biasa saja itu bukan hanya pada makanan, tetapi minuman juga. Saya sempat mencoba boba-bobaan, dan es kelapa beraneka rasa dan rasa manisnya hanya sampai diujung lidah. Kayaknya orang Filipina kalau nyobain Kopi Kenangan langsung pada diabetes. Ngopi di café juga begitu, kopi dan gula terpisah, kalo kopinya kurang manis tinggal tambah gulanya. Di sini problemnya, mau ditambahin gula berapa sendok pun kopinya tidak mau manis. Sudahlah, kayaknya selera kuliner orang Filipina memang yang flat-flat saja.


5. TENTANG BIOSKOP 
Untuk membunuh waktu sebelum kepulangan ke Jakarta, saya memutuskan untuk nonton. Waktu itu nonton Sonic The Hedhog yang lebih cepat beberapa hari rilisnya dari Indonesia. Yang menarik adalah, harga tiket bioskop di Filipina ini beda-beda tergantung film. Film Hollywoood baru keluar biasanya yang paling mahal, diikuti film Hollywood lama tetapi masih ada ditangga box office, dan yang paling murah adalah film asia atau lokal.

Kalau dipikir, strateginya oke juga. Film lokal sama film luar memang harusnya harganya beda, karena biayanya kan juga beda. Film lokal secara hitung-hitungan umum pasti lebih murah biayanya dari film luar yang harus diimpor, kena pajak, dan kendala distribusi lainnya. Ini membuat tiket film lokal lebih murah, dan itu memberi stimulus untuk orang mempertimbangkan nonton film lokal. Secara tidak langsung, penetapan harga seperti ini bisa jadi insentif buat film lokal. Bagaimana? Mau menirunya kah XXI, CGV, dan Cinepolis?

Oh iya, bioskop di Filipina tidak ada subtitle-nya loh, ya. Jadi pastikan kalau mau nonton di sini kita mengerti bahasa filmnya, kalau saya memutuskan nonton Sonic karena berbahasa Inggris. Tidak jago bahasa Inggris sih saya, tapi dibandingkan harus nonton film lokal berbahasa Tagalog atau film Korea, film berbahas Inggris jelas lebih masuk akal. Dan di daerah Makati, bioskop bahkan di gratiskan untuk manula.

Masih banyak sih sebetulnya fakta-fakta tentang Filipina ini. Akan saya ceritakan di posting berikutnya. Stay tune terus di blog kesayangan…kesayangan siapa hayoooo? =)



Share: