Tahun 2021 memang luar biasa. Tanpa mengecilkan arti tahun-tahun luar biasa sebelumnya, tetapi 2021 ini memang begitu spesial.
Pandemi Covid-19 buat saya tidak melulu soal duka, dan kesusahan.
Keadaan yang dibawanya membawa saya secara ajaib, dengan campur tangan Tuhan juga tentunya, membawa
saya ke situasi yang justru ideal buat hidup saya. Keadaan yang saya cari
selama ini dalam perjalanan-perjalanan yang saya tempuh, pada puncak-puncak
gunung yang saya daki, dalam terumbu karang-terumbu karang lautan yang saya salami.
Saya merasa menemukan pulang. Pulang. Tujuan sebenarnya dari segala perjalanan.
Pandemi membuat saya banyak berdiamdiri. Tidak ke mana-mana.
Traveling sudah tidak bisa, toh jika pun bisa, bahaya virus corona selalu
menjadi momok menakutkan. Namun, di dalam diam dan sepinya lockdown kala itu
perlahan saya menyadari, hidup kemarin yang isinya jalan-jalan penuh
petualangan justru terasa ‘gini-gini aja’. Kesendirian membuat kehilangan dan
jauh dari orang terdekat menjadi kian berlipat dukanya. Melihat teman-teman
yang dikala pandemi memiliki kemewahan berupa waktu lebih bersama keluarga,
membuat saya ingin menukar seluruh pengalaman traveling saya dengan kemewahan
itu. Kemewahan bernama pulang. Kembali ketempat yang seharusnya.
Perlahan saya menata jalan pulang. Walau clueless jalan mana
yang harus saya lalui, tetapi saya memutuskan untuk memasuki jalur terdekat
lebih dahulu. Pangkal dari jalan yang terlihat adalah menngambil tawaran kerja
dengan upah yang lebih tinggi. Perbaikan keuangan adalah hal terpenting setelah
tahun sebelumnya uang selalu habis untuk bepergian lalu tiba-tiba mesti
berjibaku dengan kejamnya efek pandemi.
Pekerjaaan saya sekarang masih jauh dari ideal,tetapi itu
merupakan tiket pulang saya. Perlahan saya bisa melunasi cicilan, dan menabung.
Proses yang sungguh menyakitkan. Saya bahkan pernah berada dalam satu titik di
mana saya menyesali semua perjalanan-perjalanan sayayang banyak membakar uang
tanpa bekas.
Hal berikutnya yang saya lakukan adalah, ini mungkin
keputusan terbesar dalam hidup saya, memutuskan untuk berkomitmen dengan
seseorang. Menjemput dia yang namanya sudah dituliskan dalam Lauh Mahfuz lima
puluh ribu tahun sebelum dunia fana ini diciptakan. Menika .Waktu masih aktif
traveling, rasanya berkeluarga adalah hal terakhir yang terpikir karena saya
kira dua hal itu bertentangan. Sekarang, jika dilihat dari sudut pandang lain traveling
dan berkeluarga justru dua sisi pada mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan.
Tidak bisa membohongi diri sendiri, waktu saya melamar
perempuan pilihan saya,adalah momen paling emosional buat saya. Bukan saja
karena lamarannya, tetapi juga kelegaan luar biasa melihat air mata bahagia ibu
saat itu. Air mata bahagia yang bisa saya dengar suaranya, “Anakku akhirnya
pulang”.
Awal Agustus 2021 ini Insya Allah saya menikah. Mohon doakan
dan dukung tulisan ini jadi tulisan favoritsupaya dapat hadiah. Lumayan buat
booking fotografer.
2021 belum selesai memberi saya kesenangan. Akhir pekan kemarin,
setelah penantian delapan tahun lamanya akhirnya AC Milan, klub sepakbola
Italia dengan segala dinamikanya yang saya favoritkan setengah mati, kembali
berlaga di Liga Champions, liga para juara. Kompetisi tempat seharusnya Milan
bermain. Saya pulang, AC Milan pun pulang.
Tuhan, jika hamba di kemudian hari lupa cara bersyukur,
mohon ingatkan mahluk lemah ini tentang nikmatMu di momen ini. Hamba akan selalu
ingat jalan pulang. Forza Milan.
Allahu akbar, Allahu akbar, waa lilla ilhamd…