Monday, 13 June 2022

Inkonsistensi Yang Membuat Indonesia Susah Maju Dilihat dari Sudut Pandang Bapak-bapak Komplek Sebelah


Salah satu kunci sukses yang paling mendasar menurut saya adalah konsistensi. Bahkan, konsisten gagal adalah jalan menuju sukses. Kalau kata Pak Bob Sadino, “habiskan jatah gagalmu sampai sukses”. Kalimat itu menyiratkan bahwa gagal dengan intensitas stabil bisa membawa kita ke pintu keberhasilan.

Masalah kenapa negara kita susah maju, kenapa enggak pernah masuk Piala Dunia, kenapa gini-gini aja, salah satunya ya karena kita kebiasaan dengan ikonsistensi. Malah diperparah dengan kurang spesifiknya informasi ketika berkomunikasi Contohnya nih,

1. Habis [insert waktu sholat]

Ini biasanya untuk merujuk waktu ketika janjian atau prediksi kapan suatu peristiwa akan terjadi. Yang jarang sholat saja kalau janjian sering menyebut “habis maghrib lah gue jalan”. Saya pernah janjian sama teman di hari minggu, dia jawab, “tunggu gua balik gereja, ya. Abis zuhur, lah.” LAH.

Yang jadi masalah untuk penunjuk waktu sehabis sholat ini adalah tentu saja ketidakkonsistenan karena setiap orang pasti punya standarnya sendiri. Misalnya habis ashar, kapan itu persisnya? Apakah ketika tepat muadzin selesai adzan? Adzan di masjid yang mana? Apakah ketika balita-balita habis mandi dengan muka penuh bedak mulai keluar main sama mbak-mbaknya? Ataukah menjelang maghrib? Bukankah waktu isyapun masuk habis ashar?

Coba bayangkan kalau lembaga intelejen suatu negara mendapat informasi kurang valid karena kebiasaan pakai penunjuk waktu ini,
"Target terlihat sedang bergerak, Pak! Ganti kijang satu."
"Kijang dua terima. Bergerak ke arah mana? Ganti."
"Utara. Ganti."
"Kapan kira-kira sampai lokasi? Ganti."
"Ummm...habis lohor, lah."
Singkat cerita kijang satu abis dikeroyok musuh karena kijang dua baru datang jam tiga kurang.


2. Habis Gajian

Sobat UMR pasti paham, nih. Untuk yang pengangguran bisa skip poin ini. Untuk yang punya cicilan mestinya sangat akrab dengan penunjuk waktu ini karena di sinilah hari di mana saldo rekening menggelembung dan menyusut di hari yang sama. Penunjuk waktu karet ini juga sering dimanfaatkan mereka yang pinjam uang ke teman, “gue ganti abis gajian”, begitu janjinya.

Dan lagi, habis gajian ini sangat tidak konsisten. Gajian setiap orang tidak sama. Yang PNS, yang pegawai swasta, yang gaji istrinya lebih gede, yang UMR Yogya gaya CEO startup, yang gajiannya di bank yang ATM-nya jarang, yang kerja di SCBD gaji capede, gajiannya pasti berbeda. Ada yang akhir bulan, ada yang awal bulan. Belum lagi kalau ditelaah lebih detail, habis gajian ini kapan persisnya. Setelah gaji habis? Atau sesaat setelah gaji masuk rekening? Enggak konsisten, kan? Makanya jangan heran banyak yang bikin thread di sosmed ngamuk-ngamuk piutangnya enggak terbayar karena yang berutang seperti aktivis negara Togo jaman dulu yang suka kritik pemerintah, alias hilang.


3. Segede Gaban

Pernah baca kalau istilah ini ada karena dahulu pernah ada patung Gaban di Dufan dengan ukuran raksasa di salah satu wahananya. Untuk yang belum tahu, sekadar informasi bahwa Gaban adalah salah satu superhero metal buatan Jepang tahun 80-an. Nah, mungkin waktu itu masih relate dengan istilah segede Gaban, tetapi untuk milenial akhir dan gen Z, kemungkinan besar hanya ikut-ikutan saja ketika menggambarkan sesuatu yang besar dengan satuan ukur ‘segede Gaban’. Ini enggak konsisten, karena preferensi orang tentang Gaban ini pasti berbeda. Ada yang membayangkan Gaban asli, ada juga Gaban versi Dono di film Warkop, ada juga Gaban yang jadi lagu anak ‘Gaban-gaban Kita Berjumpa Lagi’.

Ini Gaban ori versi Jepang. Gambar ini saya design sendiri. Yang mau saya bikinin design buat cover blogpostnya, boleh banget, harga nego.


Menurut saya, sih, karena istilah Gaban ini sudah umum, lebih baik dijadikan standar baku saja di Indonesia. Para ilmuwan, insinyur, ahli bahasa, dan Pak Luhut mesti duduk bersama untuk menentukan segede gaban ini ukuran tinggi, panjang, lebar, dan dimensi lainnya seberapa besar. Supaya kalau ada orang yang jual barang lumayan besar di Shopee enggak perlu repot menjelaskan ukuran dimensinya. Tinggal tulis saja, ‘segede Gaban’. Atau bakukan juga di KBBI biar ada kosakata baru dalam berperibahasa, “Semut di seberang lautan kelihatan, gajah segede Gaban di pelupuk mata tidak kelihatan”.

Itu contoh inkonsistensi yang menurut saya ikut berkontribusi kenapa masih banyak warga Indonesia yang hobi nontonin orang live TikTok mandi lumpur sementara negara lain sudah familiar dengan teknologi WC duduk yang air buat ceboknya terdiri dari berbagai varian rasa dan suhu.

Saya masih punya beberapa cerita menarik lagi soan ketidakkonsistenan ini. Gimana, mau lanjut gak? Lihat hasil postingan ini dulu, deh. Kalau rame lanjut part 2…



Share:

10 comments:

  1. Waaah lama sekali nggak main ke sini.. Halo Bang Yos yang selalu kocak kalo bikin postingan. Ditunggu part 2 nya, ya. Kalo udah tayang nanti habis magrib aku mampir lagi...

    ReplyDelete
  2. Baru tau lho kalau gaban itu diambil dari tokoh superhero Jepang. Kirain memang istilah buat penguatan gitu. Hehe

    ReplyDelete
  3. wahahaha aku sering banget pake istilah segede gaban. mungkin ini merujuk ke film Robot Jepang yang bisa berubah jadi gede kalau ngadepin monster kali ye hehe

    ReplyDelete
  4. Emang paling susah kalo janjian sama buibu Indonesia. Kadang janjian berangkat ke acara jam 1, ehhh malah jam 2 baru berangkat..
    Di tunggu part 2 nya bang.

    ReplyDelete
  5. Hah bener juga ya apalagi tuh inkonsistensi perihal waktu. Jadi sekarang ngasih jam aja sih kalau janjian dan lainnya. Tanggal juga kudu jelas

    ReplyDelete
  6. Gegara tulisan Om Yos yang ini akhirnya aku tau apaan yang dimaksud dengan Gaban. Soalnya beneran baru banget kemarin kelikiran dan penasaran, cek KBBI ternyata gak nemu hasil. Makasih loh. :D

    ReplyDelete
  7. Betul, Mas. Patokan waktu pas janjian setelah shalat itu memang luas batasannya wkwkw. Jam 11 siang aja kan bisa disebut habis Subuh, nah pokoknya meliuk-liuk sesuai tafsiran masing-masing. Ga kompak dan menghargai waktu jadi kita sulit maju. Jadi mikir nih😁

    ReplyDelete
  8. Ahahaha emang kesel kalau ada yang ngajak janian trus bilang "abis dhuhur", itu kan gak jelas banget waktunya. Mending pakai jam berapa langsung.
    Wkwkw yg habis gajian emang nyesek siihh, soalnya abis itu ada cicilan dan kebutuhan lain wkwk

    ReplyDelete
  9. Biasanya Bapack-bapack ini kalau janjian memang gak ada waktu yang pasti sekaligus masih bisa bertemu tanpa waktu yang pasti tersebut.
    ((kagum))

    Kalau emak-emak, nah, "Uda sampai mana?"
    "Uda di jalan"
    Sejam kemudian ditanya, jawabannya masih sama "Uda di jalan".

    Kan KZL yaak..
    Hahhaa.. inilah fenomena yang ada dalam diriku.

    ReplyDelete
  10. Wkkkka bisa aja nih. Bikin saya senyum2 lho baca ini. Kayaknya ibu2 komplek sebelah juga sama. Pakai istilah ini semua

    ReplyDelete